Limfosit Monosit HASIL DAN PEMBAHASAN

Diferensial Leukosit Differensial leukosit merupakan suatu nilai yang menggambarkan perbandingan jumlah sel leukosit limfosit, netrofil, monosit dan trombosit dengan jumlah seluruh sel darah putih. Hasil perhitungan differensial leukosit selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

a. Limfosit

Limfosit merupakan proporsi sel darah putih terbanyak Takashima Hibiya 1995. Secara morfologi, limfosit berupa sel darah kecil dengan nukleus yang besar menempati bagian terbesar dari sel tidak bergranula dan dikelilingi sejumlah kecil sitoplasma Chinabut et al. 1991. Berdasarkan hasil presentase jumlah limfosit yang teramati selama penelitian seperti disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase jumlah limfosit pada minggu ke-0 untuk semua perlakuan yaitu sebesar 66,45 ± 0,58. Persentase jumlah limfosit ini terus meningkat pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 untuk semua perlakuan. Limfosit merupakan sel-sel respon pertahanan tubuh yang penting dan diklasifikasikan dalam 2 subklas : Sel B respon imun spesifik humoral dan Sel Trespon imun spesifik seluler. Sel B mempunyai kemampuan untuk bertransformasi menjadi sel plasma yaitu sel yang memproduksi antibodi. Menurut Baratawidjaja 2006, bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi ini berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler atau bakteri serta menetralisir oksidannya. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan, salah satunya adalah sel Th1 yang berfungsi mengaktifkan makrofag monosit untuk menghancurkan mikroba patogen serta memusnahkan sel yang terinfeksi. Persentase jumlah limfosit tertinggi selama penelitian terdapat pada perlakuan B dengan persentase jumlah limfosit tertinggi yaitu sebesar 68,42 ± 1,00 pada minggu ke-3. Baratawidjaja 2006 menyatakan peningkatan limfosit berperan cukup besar terhadap peningkatan respon imun atau ketahanan tubuh ikan terhadap infeksi. Tabel 2. Persentase jumlah limfosit, monosit, netrofil dan trombosit ikan lele selama penelitian Perlakuan M0 M1 M2 M3 M4 Limfosit K 66,45 67,18 67,35 67,72 66,96 A 66,45 67,40 67,35 68,15 67,05 B 66,45 67,50 67,56 68,42 67,59 C 66,45 67,43 67,21 67,30 66,88 Monosit K 8,39 8,40 8,84 9,49 8,47 A 8,39 8,84 9,69 10,08 9,39 B 8,39 10,00 10,22 10,88 9,05 C 8,39 9,71 9,29 9,95 9,38 Netrofil K 10,32 9,16 9,52 10,13 10,17 A 10,32 8,84 9,69 10,48 10,50 B 10,32 9,50 10,67 11,58 11,31 C 10,32 9,14 10,38 10,90 10,00 Trombosit K 14,84 15,27 14,29 12,66 13,56 A 14,84 14,92 13,27 11,29 12,15 B 14,84 13,00 11,56 9,12 11,31 C 14,84 13,71 13,11 11,85 12,50

b. Monosit

Monosit ikan berbentuk bulat atau oval, intinya terletak di tengah sel dengan sitoplasmanya tidak bergranula Takashima Hibia 1995. Monosit mampu masuk ke jaringan dan berdeferensiasi menjadi makrofag. Peran monosit sangat penting sebagai sel fagosit utama dalam menghancurkan berbagai patogen yang menyerang dan berperan pula sebagai antigen presenting cells APC yang berfungsi untuk menyajikan antigen kepada sel limfosit Kresno, 2001 ; Kollner et al. 2002. Persentase jumlah monosit yang teramati selama penelitian untuk semua perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Fujaya 2004, monosit merupakan sel yang lebih kuat dalam memfagosit partikel atau antigen dibandingkan dengan neutrofil. Monosit yang berdiferensiasi menjadi makrofag di jaringan bahkan mampu memfagosit partikel yang berukuran besar dalam jumlah yang banyak hingga 100 bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase jumlah monosit pada minggu ke-0, untuk semua perlakuan sama yaitu sebesar 8,39 ±0,58. Pada minggu ke-1 sampai minggu ke-3 persentase jumlah monosit terus meningkat dengan persentase tertinggi yaitu pada perlakuan B sebesar 10,88 ± 0,58 dan pada minggu ke-4 terjadi penurunan. Ketika terjadi infeksi, terjadi alih fungsi yaitu respon imun yang bekerja terlebih dahulu adalah respon imun non spesifik berupa aktivitas fagositosis yang dilakukan oleh monosit dan neutrofil Iwama 1996.

c. Netrofil

Dokumen yang terkait

The Use of MHC I Molecular Marker in The Selection of Catfish Resistance to Aeromonas hydrophila Infection

2 12 80

Induction of gonadal maturation in female catfish (Clarias sp.) with PMSG hormone and Spirulina

0 3 184

Prevention of infection Aeromonas hydrophila on catfish Clarias sp. juvenile from 11 days to use garlic and meniran

0 4 69

The Effect of Application Probiotic Lactobacillus brevis and prebiotics Oligosaccharides for immune response and resistance Thai Catfish seeds (Pangasionodon hypophthalmus) Infected by Aeromonas hydrophila.

0 6 116

Extraction Optimization and Characterization of Fish Oil from Catfish (Clarias sp.) By-product.

0 4 59

Evaluation of Giving Silk Worms and Artificial Diet Combination on the Development of Digestive Organs and Enzymes to the Growth of African Catfish Larvae (Clarias sp.).

0 2 42

The Effect of Application Probiotic Lactobacillus brevis and prebiotics Oligosaccharides for immune response and resistance Thai Catfish seeds (Pangasionodon hypophthalmus) Infected by Aeromonas hydrophila

0 6 64

Induction of gonadal maturation in female catfish (Clarias sp.) with PMSG hormone and Spirulina

0 6 99

Efficacy of orally administered kappa carrageenan to enhance nonspecific immune responses and resistance of african catfish Clarias sp. against Aeromonas hydrophilla

1 10 94

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF Aeromonas spp. FROM DISEASED AFRICAN CATFISH (Clarias sp.) IN NGAWI REGENCY | Rejeki | Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) 26917 67809 1 PB

0 1 6