Selanjutnya dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat sebagai
berikut: kemotaksis, menangkap, memakan, fagositosis, memusnahkan dan mencerna Baratwidjaja 2006.
Supriyadi 1995, mengungkapkan bahwa antibodi atau zat anti adalah suatu senyawa protein gama-globulin, immunoglobulin yang terbentuk karena
adanya antigen benda asing yang masuk kedalam tubuh. Sifat dari antibodi yang dihasilkan biasanya sangat spesifik artinya hanya dapat bereaksi terhadap suatu
organisme yang memiliki susunan molekul yang sama dengan perangsangnya antigen asal. Antibodi memiliki tiga fungsi, yaitu 1 menetralisasikan toksin agar
tidak lagi bersifat toksik, 2 mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen dan 3 membusukan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.
Antibodi akan terbentuk jika sel limfosit sel B telah berfungsi dengan baik Yahya 2000.
Mekanisme pertahanan tubuh yang sinergis antara pertahanan humoral dan seluler dimungkinkan oleh adanya interleukin, interferon dan sitokin dan
berfungsi sebagai komunikator dan amplikasi dalam mekanisme pertahanan humoral dan selular ikan Anderson 1992.
2.4 Bakteri Aeromonas hydrophila
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri bersifat gram negatif, berbentuk batang, motil. Irianto 2005, mengungkapkan bahwa Aeromonas hydrophila
merupakan agensia penyebab hemoragik septikemia Bakterial Hemorrhagic Septicemia, BHS atau MAS Motile Aeromonas hydrophila pada beragam
spesies ikan air tawar. Menurut Kabata 1985, Aeromonas hydrophila berukuran panjang berkisar antara 1.0 – 1,5 µ. Bakteri ini bersifat motil bergerak aktif
dengan satu flagela polar yang terletak pada bagian ujung, dan dapat berkembang biak dengan baik pada medium Tryp Soy Agar TSA pada suhu kamar 20-30
C. Irianto 2005 mengungkapkan bahwa Aeromonas hydrophila merupakan
patogen oportunistik. Dikenal sebagai patogen fakultatif yang masuk ke jaringan ikan yang stres berat dan secara fisik lemah oleh penyebab penyakit lain Plumb et
al. 1976. Faktor stres lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan kualitas air
yang buruk, mempertinggi perkembangan penyakit. Faktor-faktor tersebut diantaranya suhu air tinggi, kadar amonia dan nitrat tinggi, gangguan pH, dan
oksigen terlarut rendah. Kepadatan parasit dan ikan yang tinggi, beban bahan organik di air yang tinggi, aktivitas pemijahan, penanganan dan transportasi yang
kasar juga dapat memicu timbulnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila Camus et al. 1998. Ikan yang terserang bakteri ini
biasanya memperlihatkan gejala-gejala berupa: warna tubuh ikan menjadi gelap, kemampuan berenang menurun, mata ikan rusak dan agak menonjol, sisik
terkuak, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan, ikan terlihat megap-megap di permukaan air, insangnya rusak sehingga sulit bernapas, kulit
ikan menjadi kasat dan timbul pendarahan selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok-borok, perut ikan kembung dropsi, dan apabila dilakukan pembedahan
maka akan terlihat pendarahan pada hati, ginjal, dan limpa Kordi dan Ghufran 2004.
Galur A. hydrophila menghasilkan berbagai toksin ekstraselular dan enzim ekstraselular yang disebut ECP Extracellular Product yang mungkin adalah
faktor virulen dan virulen determinan Angka et al. 1995. Salah satu struktur permukaan sel yang utama pada bakteri gram negatif adalah LPS
lipopolisakarida yang dikenal sebagai endotoksin. Toksin jenis ini penyebab demam dan radang pada hewan inang. LPS dari patogen ikan Aeromonas
hydrophila mempunyai rantai polisakarida O dari panjang rantai homogenus, beda dengan panjang rantai heterogenus dari polisakarida galur Aeromonas lain
Dooley et al. 1985. 2.5 Imunostimulan
Imunostimulan merupakan senyawa kimia, obat atau bahan lainnya yang mampu meningkatkan mekanisme respon spesifik dan non spesifik ikan
Anderson 1992. Imunostimulan merupakan bahan yang bisa menigkatkan resistensi organisme terhadap infeksi patogen Treves-Brown 2000. Menurut
Dugger and Joy 1999, mengungkapkan bahwa pemberian imunostimulan secara luas dengan maksud untuk mengaktifkan sistem imun non spesifik seperti
makrofag pada vertebrata dan hemocyte pada avertebrata.
Penggunaan imunostimulan dilakukan pada budidaya ikan karena kemoterapi yang diberikan pada ikan menyebabkan resistensi pada bakteri
tertentu. Imunostimulan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit infeksi, bukan karena meningkatnya respon imun spesifik tapi oleh meningkatnya
mekanisme pertahanan imun non-spesifik. Imunostimulan penting untuk mengontrol penyakit ikan dan berguna pada budidaya ikan Sakai 1999.
Sedangkan menurut Tizard 1988, Beberapa materi atau substansi yang terlibat dalam proses spesifik adalah imunisasi akrif dan pasif, baik oleh virus, bakteri
maupun cendawan, sedangkan yang non-spesifik berupa stimulasi limfosit dan makrofag.
Raa et al. 1992, mengatakan bahwa masuknya imunostimulan akan merangsang makrofag untuk memproduksi interleukin yang akan menggiatkan sel
limfosit yang kemudian membelah menjadi limfosit T dan B. Limfosit T memproduksi interferon yang akan meningkatkan kemampuan makrofag sehingga
dapat memfagositosis sel bakteri, virus dan partikel asing lainnya yang masuk ke tubuh ikan. Imunostimulan akan merangsang makrofag untuk memproduksi lebih
banyak lisozim dan komplemen. Interleukin menggiatkan limfosit B menjadi lebih banyak memproduksi antibodi. Ikan yang diberikan imunostimulan biasanya
menunjukkan peningkatan aktifitas sel fagositik. Aktifitas sel fagositik dapat dideteksi dengan fagositosis, killing dan chemotaxis Kajita et al. 1990.
Imunostimulan yang diketahui dengan baik adalah komponen dari dinding sel bakteri, seperti lipopolysaccharide LPS Goets et al. 2004. Komponen
sintetis, polisakarida, ekstrak hewan dan tumbuhan atau vitamin dapat meningkatkan respon imun non-spesifik Siwicki 1987; siwicki 1989; Hardie et
al. 1991; Thampson et al. 1995. Beberapa adjuvan dan imunostimulan seperti b- glukan, kitin dan polisakarida asal bakteri biasanya digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit dan untuk meningkatkan imunitas ikan Anderson 1996; Sakai 1999. Imunostimulan dapat diaplikasikan melalui penyuntikan, perendaman atau
secara oral Jeney dan Anderson 1993; Sakai 1999; Yin et al. 2006. Komponen karbohidrat dan asam nukleat yang terdapat pada dinding bakteri gram-negatif
dipercaya sebagai imunostimulan, bila dicampur ke dalam pakan akan memberikan respon kekebalan Sakai 1998.
Hasil penelitian Alifuddin 1999, menunjukkan bahwa pemberian imunostimulan yaitu lipopolisakarida, levamisol dan S. cerevisiae dengan dosis 60
ppm secara perendaman selama 10 menit dapat meningkatkan: Respon non spesifik respon seluler yakni leukosit total dan jenis-jenis leukosit, aktivitas
fagositik respon seluler, respon spesifik humoral yakni antibodi terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Selanjutnya Imunostimulan tidak berpengaruh
terhadap status kesehatan ikan dan tidak mengakibatkan penyimpangan kondisi fisiologi ikan; dalam hal ini dilihat dari kadar hematokrit, hemoglobin, jumlah
eritrosit dan kadar glukosa plasma darah. pemaparan imunostimulan meningkatkan tingkat kelulushidupan ikan dan efektif terhadap bakteri Gram
negatif dan bakteri Gram positif. Hasil Penelitian Junita 2002 menunjukkan bahwa Spirulina plantesis
dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin Pangasius djambal yang terlihat dari meningkatnya respon kekebalan non-spesifik yang meliputi total
leukosit, jenis leukosit, dan aktifitas fagositik. Pemberian Spirulina plantesis 4 secara diskontinyu memberikan hasil terbaik dalam mengingkatkan respon
kekebalan dengan lama waktu pemberian satu bulan. Selanjutnya pemberian Spirulina plantesis 4 secara diskontinya menghasilkan tingkat persentase
kelangsungan hidup ikan patin 76.7 setelah diuji tantang dengan Aeromonas hydrophila.
Hasil Penelitian Jasmanindar 2009 menunjukkan Ekstrak Gracilaria verrucosa memiliki kemampuan untuk menstimulasi sistem ketahanan pada udang
vaname Litopenaeus vannamei. Pemberian 50 µgg bobot udang ekstrak G verrucosa menghasilkan kelangsungan hidup udang vanamei hingga 73,3. Dosis
ekstrak 50 µgg bobot udang menunjukkan aktifitas phenoloxidase 0,42 ± 0,07 unit dan clearance effciency 74,0 ± 3,3 dari hemosit udang mengalami
peningkatan hingga hari keempat pengamatan, sedangkan aktifitas fagositosis 44,3 ±3,5 mengalami peningkatan hingga hari kedua pengamatan. Pemberian
ekstrak G.verrucosa yang berulang dengan interval waktu tertentu yaitu 2 kali pemberian selama 30 hari pemeliharaan sudah mampu memberikan kelangsungan
hidup hingga 86,7.
Hasil penelitian Suryati 2009 menunjukkan bahwa pemberian k- karagenan sebagai imunostimulan dapat meningkatkan respon imun non-spesifik
pada ikan lele dumbo, yang terukur dari kadar hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, diferensial leukosit dan indeks
fagositik. Pemberian kappa karaginan dapat mencegah perkembangan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, berdasarkan gejala klinis maupun histopatologi
pada organ kulit, ginjal dan hati, dengan tingkat kerusakan yang lebih ringan. Pemberian kappa karaginan secara berulang dengan frekuensi empat kali, dapat
meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele dumbo tertinggi yaitu 93,33±5,77 pasca infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
Dengan pemberian imunostimulan maka status kesehatan ikan dapat lebih terjaga, sehingga dapat meningkatkan produksi melalui peningkatan ketahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi Robertson et al. 1990; Anderson 1992. Imunostimulan tidak memperlihatkan efek samping yang negatif sebagaimana
yang terjadi pada penggunaan vaksin dan antibiotik terhadap lingkungan dan konsumen Anderson 1996; Sakai 1999.
III. METODOLOGI PENELITIAN