3.4.3 Eritrosit Total Blaxhall Daisley 1973
Penghitungan dilakukan dengan mengencerkan darah dengan larutan Hayem di dalam pipet pencampur berskala maksimum 101. Dalam pipet ini
terdapat bulir berwarna merah yang berfungsi sebagai pengaduk. Darah dihisap dengan pipet pencampur hingga skala 0,5 lalu dengan pipet yang sama dihisap
larutan Hayem hingga skala 101. Pipet kemudian digoyang membentuk angka delapan selama 3 - 5 menit agar darah tercampur secara merata. Sebelum
dilakukan penghitungan, larutan pada bagian ujung pipet yang tidak teraduk dibuang, selanjutnya diteteskan ke dalam haemositometer dan ditutup dengan
kaca penutup, diamati di bawah mikroskop. Penghitungan dilakukan pada 10 kotak kecil haemositometer, Σ eritrosit = Σ eritrosit terhitung x 10
4
selmm
3
. 3.4.4 Leukosit Total Blaxhall Daisley 1973
Penghitungan dilakukan dengan mengencerkan darah dengan larutan Turks di dalam pipet pencampur berskala maksimum 11. Darah dicampur dengan
pipet pencampur hingga skala 0,5 kemudian pipet yang sama dihisap larutan Turks hingga 11. Pipet kemudian digoyang membentuk angka delapan selama 3-
5 menit agar darah tercampur secara merata. Sebelum dilakukan penghitungan, larutan pada bagian ujung pipet yang tidak teraduk dibuang, tetesan berikutnya
dimasukkan ke dalam haemositometer dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati di bawah mikroskop. Penghitungan dilakukan pada 16 kotak besar
haemositometer, Σ leukosit = Σ leukosit terhitung x 50 selmm
3
.
3.4.5 Diferensial leukosit Amlacher 1970
Pengukuran diferensial leukosit sel darah putih dilakukan untuk mengetahui persentase tiap macam leukosit yang ada dalam darah. Penghitungan
dilakukan dengan mengamati preparat ulas darah. Darah diteteskan diatas gelas objek yang bersih direndam metanol, kemudian ujung gelas objek kedua
ditempatkan di atas gelas objek pertama hingga membentuk sudut 30
o
. Gelas objek kedua digeser kearah belakang menyentuh tetesan darah hingga menyebar.
Kemudian gelas objek kedua digeser kearah berlawanan hingga terbentuk lapisan tipis darah, dibiarkan hingga kering. Preparat difiksasi dengan methanol absolute
selama 5 menit, kemudian diangkat dan dibiarkan kering udara. Pewarnaan
preparat dilakukan selama 10 menit dalam wadah pewarnaan dengan larutan Giemsa, lalu diangkat dan dibilas dengan air mengalir dan dibiarkan kering
udara. Preparat ulas darah kemudian ditempatkan di bawah mikroskop, diteteskan minyak imersi dan diamati dengan pembesaran 1000 kali. Kemudian dihitung
jenis-jenis leukosit dan dihitung persentasenya. 3.4.6 Aktivitas Fagositik
Anderson Siwicki 1993
Pengukuran indeks fagositik dilakukan dengan cara, sebanyak 50 µl sampel darah dimasukkan ke dalam eppendorf, ditambahkan 50 µ l suspensi
Staphylococcus aureus dalam PBS 10
8
selml. Sampel darah dihomogenkan dan diinkubasi dalam suhu ruang selama 20 menit. Selanjutnya 5 µ l sampel
darah dibuat sediaan ulas dan dikeringkan udarakan, kemudian difiksasi dengan metanol selama 5 menit dan dikeringkan. Sediaan ulas direndam dalam
pewarna Giemsa selama 15 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tissue. Selanjutnya dihitung jumlah sel yang menunjukkan
proses fagositosis dari 100 sel fagosit yang teramati dengan rumus : Indeks Fagositik = Jumlah sel fagosit yang melakukan
fagositosisjumlah sel fagosit x 100
3.4.7 Histopatologi
Pengukuran parameter histopatologi dilakukan pada organ kulit, hati, dan ginjal ikan lele dumbo pada hari ke 7 setelah uji tantang. Histopatologi dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan organ akibat serangan bakteri patogen. Masing-masing perlakuan diambil 1 ekor ikan sebagai sampel. Hasil
preparat histopatologi dibandingkan dengan kontrol. Jika terlihat tingkat kerusakan jaringan pada perlakuan lebih kecil dari kontrol berarti perlakuan
memberikan pengaruh dalam menekan virulensi dari patogen. Prosedur pembuatan preparat histopatologi melalui empat tahapan yaitu : fiksasi atau
pengawetan jaringan, perlakuan processing jaringan, pemotongan jaringan dan pewarnaan jaringan.
a. Fiksasi