Keawetan Kayu Rayap Keawetan Balok Laminasi dari Kayu Rakyat Terhadap Serangan Rayap Tanah.

2.3.5 Akasia Acacia mangium Wiild

Menurut Pandit dan Kurniawan 2008, kayu akasia memiliki teras yang berwarna cokelat pucat sampai cokelat tua, kadang-kadang cokelat zaitun sampai cokelat kelabu, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai jerami. Memiliki corak yang polos atau berjalur-jalur yang berwarna gelap dan terang yang bergantian pada bidang radial. Selain itu kayu akasia memiliki tekstur yang halus sampai agak kasar dan merata, arah serat yang lurus, kadang-kadang berpadu dan memiliki permukaan yang agak mengkilap dan licin. Kayu akasia juga memiliki tingkat kekerasan dari agak keras sampai keras. Kemudian untuk nilai berat jenis yang dimiliki rata-rata 0,61 dengan interval nilai berkisar antara 0,43-0,66. Kelas awet kayu akasia memiliki nilai III dan untuk nilai kelas kuat berkisar antara kelas kuat II sampai III. Menurut Pasaribu dan Roliadi 1990 diacu dalam Malik et al. 2000 kandungan sifat kimia kayu akasia memiliki kandungan selulosa sebesar 46,39, lignin 24,, dan silika 0,24. Kayu akasia memiliki kegunaan untuk bahan konstruksi ringan sampai berat, seperti rangka pintu dan jendela, almari, lantai, papan dinding, tiang, tiang pancang, gerobak dan rodanya, pemeras minyak, gagang alat, alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir dan kayu lapis, pulp dan kertas, selain itu baik juga untuk kayu bakar dan arang Pandit dan kurniawan 2008.

2.4 Keawetan Kayu

Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang sesuai bagi organisme yang bersangkutan Martawijaya 1981. Menurut Seng 1990 klasifikasi keawetan kayu di Indonesia terdiri dari lima kelas awet yaitu; kelas awet I, kelas awet II, kelas awet III, kelas awet IV, dan kelas awet V. Klasifikasi keawetan kayu Indonensia akan dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi keawetan kayu Indonesia menurut Seng 1990 Kondisi tempat Kelas Awet I Kelas Awet II Kelas Awet III Kelas Awet IV Kelas Awet V Selalu berhubungan dengan 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat Sangat tanah pendek pendek Hanya dipengaruhi cuaca, 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa Sangat tetapi dijaga supaya tidak tahun pendek terendam air dan tidak terendam udara Dibawah atap, tidak Tidak Tidak Sangat Beberapa Pendek berhubungan dengan tanah terbatas terbatas terbatas tahun lembab dan tidak kurang udara Seperti di atas tetapi Tidak Tidak Tidak 20 tahun 20 tahun dipelihara dengan baik dan terbatas terbatas terbatas dicat teratur Serangan rayap tanah Tidak Jarang Cepat Sangat Sangat Cepat cepat Serangan bubuk kayu kering Tidak Tidak Hampir Tidak Sangat tidak berarti cepat Sumber : Seng 1990

2.5 Rayap

Menurut Sigit dan Hadi 2006, rayap merupakan serangga primitif yang sangat dekat kekeluargaannya dengan kecoa. Di alam, rayap sangat berguna mengubah kayu mati dan bahan organik lainnya yang mengandung selulosa untuk dijadikan humus. Dari aspek tersebut, rayap merupakan serangga yang sangat berguna, namun apabila manusia mulai membangun gedung dengan komponen kayu sebagai bahan bakunya, maka rayap dapat merusak bangunan tersebut sebagai habitat dan makanannya. Rayap mempunyai mikroorganisme di dalam ususnya yang dapat mengubah selulosa menjadi bahan-bahan lain yang dapat dicerna oleh tubuh rayap. Rayap merupakan serangga sosial, dan terdapat pembagian kerja di antara kastanya. Hampir setiap jenis rayap mempunyai kasta reproduktif, kasta prajurit, dan kasta pekerja yang mempunyai tugas yang sangat spesifik yaitu membangun sarang, mengumpulkan makanan dan memberi makan kasta reproduktif dan prajuritnya Sigit dan Hadi 2006. Menurut Nandika et al. 1996 dalam setiap koloni rayap pada umumnya terdapat tiga kasta yang diberi nama menurut fungsinya masing-masing yaitu kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif yang terdiri atas kasta primer raja dan ratu serta kasta reproduktif suplementer: a Kasta pekerja mempunyai jumlah anggota yang terbesar dalam koloni, berbentuk seperti nimfa dan berwarna pucat dengan kepala hipognat tanpa mata majemuk. Mandibelnya relatif kecil jika dibandingkan dengan kasta prajurit, sedangkan fungsinya adalah mencari makanan, merawat telur serta membuat dan memelihara sarang. b Kasta reproduktif primer terdiri dari serangga –serangga dewasa yang bersayap dan menjadi pendiri koloni raja dan ratu. Masa bersialang swarming ini merupakan masa perkawinan dimana sepasang imago jantan dan betina bertemu selanjutnya dengan segera menanggalkan sayapnya serta mencari tempat yang sesuai didalam tanah atau kayu. Pekerjaan semasa hidupnya hanya menghasilkan telur, sedangkan untuk makanannya dilayani oleh para pekerja. Seekor ratu dapat hidup 6 sampai 20 tahun, bahkan sampai berpuluh –puluh tahun. c Kasta prajurit mudah dikenal karena bentuk kepalanya besar dengan penebalan kulit yang nyata. Anggota –anggota kasta ini mempunyai rahang mandibel atau rostum yang besar dan kuat. Fungsi kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar. Selain itu, dalam hidupnya rayap memiliki beberapa sifat khusus seperti Nandika et al. 2003: 1. Sifat Trofalaksis, yaitu sifat rayap untuk saling menjilat dan melakukan pertukaran makanan. 2. Sifat Kriptobiotik, yaitu sifat rayap untuk menyembunyikan diri dan tidak menyenangi cahaya. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap calon kasta reproduktif dimana selama periode yang pendek dalam hidupnya memerlukan cahaya. 3. Sifat Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah dan sakit. Sifat ini menonjol jika rayap berada dalam keadaan kekurangan makanan. 4. Sifat Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya. C. curvignatus mampu menyerang suatu bangunan melalui berbagai cara yaitu, a melalui lubang atau retakan kecil pada pondasi, celah-celah dinding dari semenbeton, lantai ubinkeramik, tiang-tiang, pipa-pipa saluran air maupun kabel b lewat bagian bangunan dari kayu yang berhubungan dengan tanah c rayap menembus penghalang fisik seperti plat logam, plastik dan lain-lain. Jenis ini merupakan rayap perusak dengan tingkat serangan paling ganas. Tidak mengherankan mereka mampu menyerang hingga ke lantai atas suatu bangunan bertingkat. Meskipun tidak bersentuhan langsung dengan tanah, selama sarang rayap sesekali memperoleh kelembaban misalnya lewat tetesan-tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor atau saluran air dekat instalasi pendingin ruangan, rayap perusak ini akan memperluas serangannya dengan membuat sarang yang cukup lembab, karena rayap perusak ini merupakan jenis rayap yang paling memerlukan air dan tanah kelembaban yang cukup sebagai kebutuhan mutlak dalam koloninya Sigit dan Hadi 2006. Menurut Nandika et al. 2003, rayap tanah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kepala berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat; antena terdiri dari 15 segmen, segmen kedua dan keempat sama panjangnya, mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antar sebelah dalam dari mandibel sama sekali rata; panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,56-1,68 mm; lebar kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm; dengan panjang badan 5,5-6,0 mm; bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri; abdomen berwarna putih kekuningan. Adanya rayap tanah dalam suatu bangunan kemungkinan tidak dapat di ketahui, hingga bagian-bagian kayu yang parah serangannya mulai terlihat adanya kerusakan. Namun ada juga tanda-tanda tertentu seperti terdapatnya saluran- saluran dari tanah pada fondasi-fondasi bata, batu, beton, pipa-pipa pemanas, atau sejenisnya, serta munculnya laron secara musiman menunjukkan adanya rayap tanah sebelum memimbulkan kerusakan yang lebih besar. Adanya rongga didalam tiang-tiang dan kayu-kayu besar lainnya yang terserang dapat diketahui dengan menurunnya resonansi kayu bila dipukul dengan palu atau alat sejenisnya Hunt Garrat 1986.

2.6 Berat Jenis