Analisis Data Kehilangan Berat

3.4 Analisis Data

Pengolahan data penelitian ini menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows Evaluation Version. Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian ini adalah faktorial RAL Rancangan Acak Lengkap. Analisis data kehilangan berat dua faktor, yaitu faktor A jenis kayu dan faktor B tipe balok laminasi dengan masing-masing 3 kali ulangan. Model rancangan percobaan statistik yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Y ijk = µ + α i + β j + αβ ij + ε ijk Keterangan : Y ijk = Nilai pengamatan pada jenis kayu ke-i, tipe balok laminasi ke-j dan ulangan ke- k µ = Rataan umum α i = Pengaruh utama jenis kayu pada taraf ke-i pinus, akasia, jabon, manii, dan sengon β j = Pengaruh utama tipe balok laminasi pada taraf ke-j tipe balok laminasi sejenis dan campuran αβ ij = Pengaruh interaksi antara jenis kayu ke-i dan tipe balok laminasi ke-j ε ijk = Pengaruh acak pada perlakuan jenis ke-i, tipe balok laminasi ke-j dan ulangan ke-k Perlakuan yang dinyatakan berpengaruh terhadap respon dalam analisis sidik ragam, kemudian diuji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kehilangan Berat

Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan nilai kehilangan berat kayu solid dan balok laminasi dilakukan pada pengujian laboratorium dan pengujian lapangan.

4.1.1 Pengujian Laboratorium

Hasil pengujian skala laboratorium, memperlihatkan bahwa jenis kayu solid pinus memiliki nilai kehilangan berat sebesar 11,84, sehingga apabila diklasifikasikan dalam nilai ketahanan terhadap serangan rayap menurut SNI 01. 7202-2006 termasuk kedalam nilai yang buruk. Selanjutnya untuk jenis kayu pinus, jenis balok laminasi pinus-sengon menghasilkan nilai kehilangan berat terbesar dengan nilai 15,25, apabila diklasifikasikan dalam nilai ketahanan terhadap serangan rayap menurut SNI termasuk kedalam nilai yang buruk. Hal ini disebabkan, zat ekstraktif pada sengon saponin kurang memberikan dampak mencegah rayap untuk memakan contoh uji sehingga rayap lebih cenderung memakan sengon dibandingkan pinus, selain itu diduga kadar saponin pada sengon sudah berkurang sehingga menghasilkan kerusakan balok laminasi yang berdampak pada nilai kehilangan berat sedangkan untuk nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh balok laminasi pinus-jabon dengan nilai kehilangan berat sebesar 6,51 dan termasuk kedalam ketahanan yang tahan. Pada balok laminasi pinus-jabon memiliki nilai yang rendah dikarenakan terdapat pengaruh dari penggunaan perekat isosianat, sehingga rayap tidak dapat memakan balok laminasi dan semua nilai kehilangan berat pengujian diuraikan pada Gambar 5. Kayu lain yang digunakan dalam penelitian adalah akasia. Kayu solid akasia menghasilkan nilai kehilangan berat 8,82, sehingga jika diklasifikasikan kedalam nilai ketahanan serangan rayap menurut SNI termasuk dalam nilai yang sedang. Selanjutnya jenis balok laminasi kayu akasia, nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh balok laminasi akasia-manii dengan nilai 1,16. Hal ini disebabkan, rayap menyerang bagian garis rekat antar lamina sehingga menghasilkan nilai kehilangan berat yang rendah. Pada keadaan yang luar biasa rayap juga bersifat kanibal di dalam koloninya, tetapi bukan predator Nandika et al. 2003. Selain itu dalam proses makan, rayap kasta pekerja memberikan makan ke kasta lain dengan cara melalui mulut atau melaui anus Nandika et al. 2003 sehingga kandungan perekat membuat rayap keracunan. Sedangkan nilai kehilangan berat terbesar dihasilkan oleh balok laminasi akasia-jabon. Nilai kehilangan berat balok laminasi akasia-jabon sebesar 13,72 dan jika diklasifikasikan dalam ketahanan terhadap serangan rayap menurut SNI termasuk kedalam nilai yang buruk. Hal ini disebabkan bagian yang diserang atau dimakan oleh rayap tanah berada pada bagian kayu jabon dari jenis balok laminasi akasia-jabon. Selain kayu solid pinus dan akasia, kayu solid jabon juga digunakan dalam penelitian ini. Kayu solid jabon menghasilkan nilai kehilangan berat sebesar 21,90, dan jika diklasifikasikan terhadap serangan rayap menurut SNI termasuk kedalam ketahanan yang sangat buruk dan untuk balok laminasi jabon-jabon menghasilkan nilai kehilangan berat sebesar 11,96 dan termasuk kedalam ketahanan yang buruk. Dari hasil kehilangan berat antara kayu solid jabon dengan balok laminasi jabon-jabon terjadi penurunan nilai kehilangan berat. Hal ini disebabkan bentuk serangan yang ada pada balok laminasi jabon-jabon dan diduga akibat pengaruh perekat isosianat dalam menghambat rayap untuk memakan contoh uji. Selanjutnya hasil dari pengujian kayu solid manii, kayu solid manii menghasilkan nilai kehilangan berat sebesar 14,77 dan jika diklasifikasikan kedalam ketahanan serangan rayap menurut SNI termasuk kedalam ketahanan yang buruk dan balok laminasi manii-manii sebesar 12,34 juga termasuk kedalam ketahanan yang buruk. Pada kayu solid dengan balok laminasi terdapat penurunan nilai kehilangan berat. Hal ini disebabkan, bentuk serangan rayap balok laminasi manii-manii terletak pada bagian garis rekat antar lamina, diduga pengaruh dari perekat isosianat yang menghambat rayap dalam menyerang contoh uji dan untuk kayu terakhir yang dijadikan contoh uji adalah kayu sengon. Kayu solid sengon menghasilkan nilai kehilangan berat sebesar 12,36 dan jika K ehil a n ga n B e ra t diklasifikasikan ketahanan kayu terhadap rayap tanah termasuk kedalam ketahanan yang buruk dan balok laminasi sengon menghasilkan nilai kehilangan berat sebesar 16,52 Gambar 5 juga termasuk kedalam ketahanan yang buruk. 30 25 20 15 11.84 10 5 10.22 6.51 13.29 15.25 8.82 11.97 13.72 1.16 13.50 21.90 11.96 14.77 12.34 12.36 16.52 18,94-31,96 Sangat Buruk 10,96-18,94 Buruk 7,50-10,96 Sedang 3,52- 7,50 Tahan 3,52 Sangat Tahan Kayu GPP GPJ GPM GPS Kayu GAA GAJ GAM GAS Kayu GJJ Kayu GMM Kayu GSS Solid Solid Solid Solid Solid Pinus Akasia Jabon Manii Sengon Gambar 5 Kehilangan berat contoh uji pada pengujian secara laboratorium terhadap rayap tanah C. curvignathus, dimana P = Pinus, A = Akasia, J = Jabon, M = Manii, S = Sengon, dan G = Balok laminasi. Secara keseluruhan kehilangan berat kayu solid terbesar dihasilkan oleh kayu jabon dengan nilai kehilangan berat 21,90. Kayu solid jabon memperoleh kehilangan berat terbesar dan sesuai dengan strandar JIS K 1571-2004 kehilangan berat contoh uji kontrol harus lebih besar dari 15. Hal ini disebabkan, jabon memiliki kadar selulosa sebesar 52,4, lignin 25,4, dan silika 0,1. Selain itu kayu solid jabon termasuk kedalam kelas awet V Martawijaya et al. 2005. Sedangkan untuk nilai kehilangan berat terendah dihasilkan kayu solid akasia 8,82. Kayu solid akasia memperoleh nilai kehilangan berat yang tidak sesuai dengan standar JIS K 1571-2004. Karena pada kayu akasia memiliki nilai kehilangan berat dibawah nilai 15. Hal ini diduga kayu akasia memiliki zat ekstratif yang dapat mempengaruhi proses makan rayap sehingga rayap menjadi enggan untuk memakan kayu akasia. Menurut Supriana 1983b satu jenis kayu mungkin sangat peka terhadap satu jenis rayap dan menimbulkan respon yang relatif kuat dibandingkan dengan jenis kayu lainnya karena adanya karakteristik sifat anatomi, fisik dan kimia kayu. Semakin tinggi tingkat kekerasan kayu, maka aktivitas makan akan berkurang. Menurut Pasaribu dan Roliadi 1990 diacu dalam Malik et al. 2000, akasia memiliki sifat kimia seperti kandungan selulosa sebesar 43,85, lignin 24,89, dan silika 0,99. Menambahkan keawetan alami kayu sangat dipengaruhi pula oleh kandungan senyawa ekstraktif di dalamnya yang memiliki sifat sebagai racun terhadap serangga. Umumnya semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat Wistara 2002. Jenis balok laminasi yang memiliki nilai kehilangan terbesar dihasilkan balok laminasi sengon-sengon dengan nilai kehilangan sebesar 16,52 sedangkan nilai kehilangan terendah dihasilkan balok laminasi akasia-manii dengan nilai 1,16 yang diuraikan pada Gambar 5. Hal ini dipengaruhi oleh jenis campuran balok laminasi antara kayu akasia-manii yang memiliki zat ekstraktif yang baik dan pengaruh perekat isosianat, perekat isosianat membuat rayap tersebut mati dan dapat dikatakan balok laminasi akasia-manii memiliki tingkat keawetan yang terbaik dari semua balok laminasi yang diujikan. Bagian yang pertama kali dimakan oleh rayap pada balok laminasi sengon- sengon adalah bagian yang tidak mengandung perekat, sehingga balok laminasi kayu sengon mengalami kehilangan berat terbesar. Sesuai dengan sifat dasarnya sengon merupakan kayu yang memiliki nilai keawetan yang rendah. Jika dilihat dari kehilangan berat, pengaruh dari balok laminasi merupakan tingkatan keawetan yang rendah. Hasil analisis ragam terhadap nilai kehilangan berat untuk contoh uji pada pengujian secara laboratorium dengan faktor jenis kayu, jenis balok laminasi dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kehilangan berat. Hasil uji lanjut interaksi menunjukkan bahwa nilai kehilangan berat balok laminasi akasia-manii tidak berbeda nyata dengan balok laminasi pinus-jabon. Namun balok laminasi akasia-manii berbeda nyata terhadap jenis kayu dan balok laminasi lainnya. Nilai rata-rata kehilangan berat balok laminasi akasia-manii paling kecil yaitu 1,16.

4.1.2 Pengujian Lapangan

Hasil pengujian lapangan, memperlihatkan bahwa nilai kehilangan berat untuk kayu solid pinus sebesar 21,83. Sedangkan untuk balok laminasi pinus, nilai kehilangan berat terbesar dihasilkan oleh balok laminasi pinus-sengon dengan nilai kehilangan berat sebesar 45,79 dan nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh balok laminasi pinus-pinus dengan nilai kehilangan berat sebesar 21,90 yang diuraikan pada Gambar 6. Nilai kehilangan berat antara pengujian laboratorium dengan pengujian lapangan memiliki nilai yang sama yaitu dihasilkan oleh balok laminasi pinus-sengon. Namun untuk nilai kehilangan berat terendah antara pengujian laboratorium dengan pengujian lapangan dihasilkan oleh jenis balok laminasi yang berbeda. Pada pengujian laboratorium nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh balok laminasi pinus-jabon sedangkan pada pengujian lapangan nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh balok laminasi pinus-pinus. Kayu lain yang digunakan adalah kayu akasia, kayu solid akasia menghasilkan nilai kehilangan berat sebesar 31,41, balok laminasi akasia-jabon menghasilkan nilai kehilangan berat terbesar dengan nilai sebesar 49,52, dan nilai kehilangan balok laminasi akasia-manii menghasilkan nilai kehilangan berat terendah dengan nilai sebesar 27,98 yang diuraikan pada Gambar 6. Jika dibandingkan nilai kehilangan berat antara pengujian skala laboratorium dengan skala lapangan, nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh jenis balok laminasi yang sama yaitu balok laminasi akasia-manii. Sedangkan untuk nilai kehilangan berat terbesar dihasilkan oleh jenis balok laminasi yang sama yaitu balok laminasi akasia-jabon. Selain jenis kayu pinus dan akasia, penelitian ini juga menggunakan jenis kayu jabon. Kayu solid jabon menghasilkan nilai kehilangan berat sebesar 85,65 dan balok laminasi jabon-jabon menghasilkan nilai kehilangan berat sebesar 64,11 yang diuraikan pada Gambar 6. Pada pengujian lapangan dan laboratorium memiliki nilai kehilangan yang sama, pada kehilangan berat laboratorium kayu solid jabon memiliki nilai kehilangan berat yang lebih besar dibandingkan jenis balok laminasi jabon-jabon. Hasil nilai kehilangan berat seperti ini juga dihasilkan kayu solid manii dan balok laminasi jabon dan kayu solid sengon beserta balok laminasi sengon-sengon. Berdasarkan hasil nilai kehilangan berat, nilai pengujian lapangan menghasilkan nilai kehilangan berat yang lebih besar dibandingkan dengan pengujian skala laboratorium, karena waktu pengumpanan yang dilakukan berbeda. Jika pada pengujian lapangan waktu pengumpanan yang dilakukan selama 3 bulan sedangkan untuk pengujian skala laboratorium memiliki waktu yang lebih pendek yaitu hanya 3 minggu, namun jika dilihat dari hasil kehilangan berat antara uji kubur dengan uji laboratorium kehilangan berat terbesar dihasilkan kayu yang sama yaitu solid jabon. Hal ini sesuai dengan sifat keawetan kayu jabon yang tergolong rendah. Secara keseluruhan kayu solid yang memiliki nilai kehilangan berat terendah antara pengujian skala lapangan dengan pengujian skala laboratorium, memiliki hasil yang berbeda. Pada pengujian skala laboratorium nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh kayu solid akasia sedangkan pengujian skala lapangan dihasilkan oleh kayu solid sengon. Pada pengujian kayu solid sengon memiliki nilai kehilangan berat terendah. Hal ini diduga, karena letak pengujian kubur kayu solid sengn berada jauh dari sarang rayap tanah. Pada habitat aslinya, rayap mempunyai sifat mencari makanan dengan jenis kayu yang memiliki kandungan selulosa yang besar dan tidak mengandung zat ekstraktif yang dapat mematikan rayap dan aktifitas makan rayap berhubungan dengan daya jelajah rayap untuk mencari makan. Menurut Tarumingkeng 1992 diacu dalam Husni et al. 1999 bahwa bila di sekitar koloni rayap banyak terdapat makanan maka rayap akan memilih tipe makanan yang paling sesuai yaitu yang cukup mengandung selulosa, mudah digigit dan dikunyah. Diduga kayu yang berada didekat rayap memiliki kandungan selulosa yang baik. Sehingga rayap tidak sulit untuk mencari makan. Jika sumber makanan yang diperlukan rayap berada pada jarak yang jauh, kemungkinan kayu sengon dapat hancur terserang oleh rayap tanah. Selain itu dalam pengujian lapangan, kayu dan balok laminasi yang dijadikan contoh uji memiliki nilai keawetan yang rendah dan cenderung untuk dikonsumsi oleh rayap. Selain itu sengon memiliki zat ekstraktif berupa saponin, diduga zat ekstraktif tersebut beracun terhadap rayap Atmosuseno 1994 diacu dalam Rudi 1999 sehingga menghasilkan nilai kehilangan berat yang rendah. Sedangkan untuk jenis balok laminasi, pada pengujian skala lapangan dengan skala laboratorium nilai kehilangan berat terendah memiliki hasil yang K ehil a n ga n B e ra t K ayu S o li d G P P G P J G P M G P S K ayu S o li d GAA GAJ GAM GAS K ayu S o li d G JJ K ayu S o li d G M M K ayu S o li d G S S berbeda. Pada pengujian skala laboratorium nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh balok laminasi akasia-manii dan untuk pengujian skala lapangan nilai kehilangan berat terendah dihasilkan oleh balok laminasi pinus-pinus. Nilai kehilangan berat terbesar pada pengujian skala laboratorium dihasilkan oleh balok laminasi sengon-sengon sedangkan untuk pengujian skala lapangan balok laminasi jabon-jabon menghasilkan nilai kehilangan berat terbesar. Hal ini disebabkan sifat keawetan dari kayu jabon termasuk kedalam kualitas keawetan yang rendah. Nilai kehilangan berat secara pengujian lapangan diuraikan pada Gambar 6. 90 80 70 60 50 40 30 21.83 21.90 20 10 45.00 30.07 45.79 31.41 38.80 49.52 27.98 30.83 85.65 64.11 69.26 26.32 5.62 27.45 Pinus Akasia Jabon Manii Sengon Gambar 6 Kehilangan berat contoh uji pada pengujian secara lapangan terhadap rayap tanah dimana P = Pinus, A = Akasia, J = Jabon, M = Manii, S = Sengon, dan G = Balok laminasi. Hasil analisis ragam terhadap nilai kehilangan berat untuk contoh uji pada pengujian lapangan dengan faktor jenis kayu, jenis balok laminasi dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kehilangan beratnya. Hasil uji lanjut Duncan, interaksi menunjukkan bahwa nilai kehilangan berat balok laminasi akasia-manii berbeda nyata dengan balok laminasi jabon-jabon, kayu solid manii, kayu solid jabon, dan kayu solid sengon, selain itu balok laminasi akasia-manii tidak berbeda nyata dengan jenis kayu dan balok laminasi lainnya. Pengujian terhadap kehilangan berat pada skala lapangan dihitung dari nilai kerusakan oleh serangan rayap. Pada pengujian lapangan, jenis kayu dan balok laminasi yang memiliki nilai kondisi serangan lebih besar dari 75 dari bagian cross section adalah jenis balok laminasi pinus-jabon, akasia-akasia, akasia-jabon, jabon-jabon, dan kayu jabon. Selanjutnya untuk contoh uji yang mendapat B e ra t J eni s K ay u S o li d G PP GPJ GPM GPS K ay u S o li d GAA GAJ GAM GAS K ay u S o li d GJJ K ay u S o li d GMM K ay u S o li d GSS serangan rendah dihasilkan oleh dua jenis kayu yaitu : kayu akasia dan sengon dengan nilai serangan 3-10 dari bagian cross section contoh uji dan 10-30 dari cross section contoh uji. Pada pengujian lapangan dilakukan perhitungan nilai berat jenis contoh uji. Kayu solid pinus memiliki nilai berat jenis sebesar 0,55 dan untuk jenis balok laminasi pinus ialah sebagai berikut; balok laminasi pinus-manii memiliki berat jenis terbesar dengan nilai 0,53 dan balok laminasi pinus-sengon menghasilkan nilai berat jenis terendah dengan nilai 0,39 Gambar 7. Jenis balok laminasi pinus-manii dan balok laminasi pinus-sengon menghasilkan nilai kehilangan yang berbeda. Hal ini disebabkan, balok laminasi berasal dari jenis kayu yang berbeda sehingga sifat anatomi kayunya pun berbeda. Jika sifat anatominya berbeda menghasilkan berat jenis yang berbeda juga. Pada kayu solid akasia memiliki nilai berat jenis sebesar 0,61 dan untuk jenis balok laminasi akasia memiliki nilai berat jenis sebagai berikut; balok laminasi akasia-akasia menghasilkan nilai berat jenis terbesar 0,55 dan balok laminasi akasia-sengon menghasilkan nilai berat jenis terendah 0,40. Selanjutnya, kayu jabon menghasilkan nilai berat jenis 0,42 dan balok laminasi jabon-jabon menghasilkan nilai berat jenis 0,36. Untuk kayu solid manii memiliki nilai berat jenis 0,43 dan untuk balok laminasi manii-manii menghasilkan nilai berat jenis 0,52. Sedangkan untuk kayu sengon berat jenisnya adalah 0,33 dan balok laminasi sengon-sengon memiliki nilai berat jenis sebesar 0,27. Berat jenis secara lengkap diuraikan pada Gambar 7. 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0.55 0.52 0.49 0.53 0.39 0.61 0.55 0.44 0.53 0.40 0.42 0.36 0.43 0.52 0.33 0.27 Pinus Akasia Jabon Manii Sengon Gambar 7 Berat jenis contoh uji pada pengujian secara lapangan terhadap rayap tanah dimana P = Pinus, A = Akasia, J = Jabon, M = Manii, S = Sengon dan G = Balok laminasi. Secara keseluruhan nilai berat jenis kayu solid lebih besar dari nilai berat balok laminasi sejenis. Hal ini dipengaruhi oleh sifat anatomi kayu dan kerapatan yang ada pada contoh uji. Contoh uji yang memiliki nilai berat jenis kayu solid lebih besar dari balok laminasi sejenis, adalah kayu solid pinus dengan balok laminasi pinus-pinus, kayu akasia dengan balok laminasi akasia-akasia, kayu jabon dengan balok laminasi jabon-jabon, dan kayu sengon dengan balok laminasi sengon-sengon. Berat jenis tidak berpengaruh terhadap nilai kehilangan berat. Hal ini dibuktikan dengan berat jenis kayu pinus yang tergolong sedang memiliki nilai kehilangan yang cukup besar. Penelitian ini memperkuat simpulan Seng 1990 bahwa hubungan antara berat jenis dengan keawetan kurang berlaku umum.

4.2 Mortalitas Rayap Tanah