c. Penggunaan struktur lain: untuk tower transmisi listrik, tonggak listrik dan
penggunaan lain untuk memenuhi persyaratan ukuran dan bentuk yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan tiang kayu konvensional.
2.2 Perekat
Perekat adhesive adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan Blomquist et al. 1983;
Forest Product Society 1999 diacu dalam Ruhendi et al. 2007. Perekat isosianat berdasarkan pada perekat reaktifitas radikal, -N=C=O.
Isosianat bergabung dengan senyawa polar yang kuat sehingga menghasilkan senyawa radikal yang baik dan mempunyai potensi untuk membentuk ikatan
kovalen subtrat yang memiliki hidrogen aktif. Isosianat yang biasa digunakan karena volatil yang rendah adalah diphenylmethane diisocyanate MDI Marra
1992. Kelebihan dari perekat isosianat diantaranya adalah membutuhkan lebih
sedikit MDI untuk produk papan yang sama, dapat menggunakan suhu pengempaan rendah, siklus pengempaan lebih cepat, lebih toleran terhadap kadar
air flake, energi yang diperlukan untuk pengeringan lebih sedikit dan tidak ada emisi formaldehida Marra 1992.
2.3 Sifat Dasar Beberapa Jenis Kayu Rakyat 2.3.1 Manii
Maesopsis eminii Engl
Kayu manii memiliki nama botanis Maesopsis eminii Engl. ini merupakan penghormatan kepada Emin Pasha 1840-1892 seorang penyidik Afrika,
administratur dan sebagai seorang ahli botani Gastan 2002. Kayu manii tumbuh alami pada 2
o
LS – 8
o
LS yang termasuk daerah tropis. Tempat tumbuh kayu manii aslinya di Afrika. Penyebaran kayu manii melalui Uganda, dan daerah
Nyanza yang termasuk koloni Kenya, Tanganyika, Barat Laut melalui Kongo sampai ke teluk Guinea, dari Kamerun sampai Liberia dan juga terdapat di
Fernando Po Eggeling and Harris 1939 diacu dalam Gastan 2002. Pada sebaran alami, jenis ini tumbuh di dataran rendah sampai hutan sub
pegunungan sampai ketinggian 1800 mdpl. Penanaman biasanya dilakukan di
dataran rendah dan tumbuh baik pada ketinggian 600-900 mdpl. Cocok tumbuh pada daerah dengan curah hujan 1200-3600 mmtahun dengan musim kering
sampai 4 bulan Direktorat Pembenihan 2002 diacu dalam Gastan 2002. Kayu manii tumbuh pada tanah dengan tekstur medium sampai ringan pada pH netral
sampai asam serta bebas drainase dan lebih bagus pertumbuhannya pada tanah subur dengan solum yang dalam Balai Teknologi Perbenihan, 2000 diacu dalam
Gastan, 2002. Kayu manii memiliki kerapatan 0,38 sampai 0,48 dan mudah digergaji.
Selain itu kayu manii mempunyai kandungan kimia berupa kadar selulosa 47,19 dan kadar lignin 20,45. Kegunaan kayu gergajinya adalah untuk konstruksi
ringan, furniture, kotak dan lain-lain. Sedangkan kayu bulatnya dapat digunakan untuk tonggak bangunan, pulp serat pendek dan kayu veneer. Kayu manii
termasuk kelas awet V dan kelas kuat IIIIV, bertekstur kasar dan kayunya mudah menyerap zat-zat cair. Kayu ini banyak dimanfaatkan untuk konstruksi ringan di
bawah atap, peti kemas, box, dan kayu lapis.
2.3.2 Jabon Anthocephalus cadamba Lamk.
Kayu jabon memiliki nama botanis Anthocephalus chinensis Lamk. A. Rich. Ex Walp. syn. Anthocephalus cadamba Miq., Famili Rubiaceae, dengan
nama daerah: jabon, jabun, hanja, kelampenyan, kelampaian Jawa; galupai, galupai bengkal. Selain itu daerah penyebarannya meliputi seluruh Sumatera,
Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya Martawijaya et al. 2005.
Habitus: tinggi pohon dapat mencapai 45 m dengan panjang batang bebas cabang 30 m, diameter sampai 160 cm. Batang lurus dan silindris, bertajuk tinggi
dengan cabang mendatar, berbanir dengan ketinggian 1,50 cm, kulit luar berwarna kelabu-cokelat sampai cokelat, sedikit beralur dangkal Martawijaya et al. 2005.
Kayu jabon memiliki ciri umum pada warnanya, kayu teras memiliki warna putih semu-semu kuning muda, lambat laun menjadi kuning semu-semu gading,
kayu gubal tidak dapat dibedakan dari kayu teras. Dari segi tekstur jabon memiliki teskur kayu yang agak halus sampai agak kasar. Kemudian jabon memiliki arah
serat yang lurus, kadang-kadang agak berpadu dan memiliki kesan raba pada
permukaan kayu licin atau agak licin. Selain itu terdapat permukaan kayu yang mengkilap atau agak mengkilap Martawijaya et al. 2005.
Sifat kimia yang dimiliki jabon berupa kadar selulosa sebesar 52,4, lignin 25,4, dan silika 0,1. Sifat fisis yang dimiliki jabon untuk berat jenis rata-rata
0,42 dengan interval nilai 0,29 sampai 0,56 dan termasuk kedalam kelas kuat III- IV. Keawetan kayu jabon dimasukkan kedalam kelas awet V, demikian juga
berdasarkan percobaan kuburan, jenis kayu ini termasuk kelas awet V. Daya tahan terhadap rayap kayu kering termasuk kelas II dan keterawetan kayu jabon
termasuk kelas sedang. Kegunaan kayu jabon dapat digunakan untuk korek api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, pulp, kelom, dan konstruksi
darurat ringan Martawijaya et al. 2005.
2.3.3 Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen syn
Kayu sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen syn memiliki nama daerah jeunjing dan sengon laut untuk di Jawa. Sengon memiliki penyebaran di
daerah Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Habitus sengon memiliki tinggi pohon sampai 40 m dengan panjang batang bebas cabang 10-30 m,
diameter sampai 80 cm, kulit berwarna putih atau kelabu, tidak berbanir, tidak beralur dan tidak mengelupas Martawijaya et al. 2005. Sengon memiliki warna
teras dan gubalnya sukar dibedakan, warnanya putih abu-abu kecokelatan atau putih merah kecokelatan pucat. Memiliki tekstur yang agak kasar sampai kasar,
arah seratnya terpadu dan kadang-kadang lurus sedikit bercorak. Tingkat kekerasan yang dimiliki agak lunak dan beratnya ringan Pandit dan Kurniawan
2008. Sifat kimia dari kayu sengon mempunyai kandungan selulosa sebesar
49,4, lignin 26,8, dan silika 0,2. Kayu sengon memiliki berat jenis rata-rata 0,33 dengan interval nilai antara 0,24 sampai 0,49. Kelas awet yang dimiliki
termasuk kedalam kelas IV sampai V. Daya tahan terhadap rayap kayu kering termasuk kelas III, sedangkan terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas II-IV.
Berdasarkan percobaan kuburan jenis kayu ini termasuk kelas awet IV-V. Keterawetan kayu jeunjing termasuk kelas sedang dan memiliki kelas kuat IV
sampai V Martawijaya et al. 2005
Kayu sengon digunakan oleh penduduk Jawa Barat untuk bahan perumahan papan, balok, tiang, kaso, dan sebagainya. Selain itu dapat juga digunakan untuk
pembuatanpeti, venir, pulp, papan semen wol kayu, papan serat, papan partikel, korek api tangkai dan kotak, kelom, dan kayu bakar. Dahulu di Maluku, kayu
sengon biasa dipakai untuk perisai, karena ringan dan liat serta sukar tertembus Martawijaya et al. 2005.
2.3.4 Pinus Pinus merkusii Jungh et de Vr
Nama botanis; Pinus merkusii Jungh et de Vr., Famili Pinaceae. Nama daerah; damar batu, damar bunga, huyam, kayu sala, kayu sugi. Daerah
penyebarannya meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, seluruh Jawa. Habitus tinggi pohon 20-40 cm dengan panjang batang bebas cabang 2-23 m,
diameter sampai 100 cm, dan tidak berbanir. Kulit luar kasar berwarna cokelat- kelabu sampai cokelat tua, tidak mengelupas, beralur lebar dan dalam. Ciri umum;
warna: kayu berwarna cokelat-kuning muda dengan pita dan gambar yang berwarna lebih gelap, kayu yang berdamar berwarna cokelat atau cokelat tua.
Kayu gubal berwarna putih atau putih kekuningan, tebal 6-8 cm. Sifat fisis : berat jenis dan kelas kuat : 0,55 0,40-0,75; III. Keawetan : kayu pinus dimasukkan ke
dalam kelas awet IV, namun berdasarkan percobaan kubur keawetannya termasuk kedalam kelas awet III-V. Daya tahan terhadap rayap kayu kering termasuk kelas
V. Keterawetan: keterawetan kayu tusam termasuk kelas mudah Martawijaya et al. 2005.
Sifat kimia dari kayu pinus mempunyai kadar selulosa sebesar 54,9, lignin 24,3, dan silika 0,2. Venir: kayu pinus dapat dibuat venir tanpa
perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 90 , tebal venir 1,5 mm dengan hasil
baik. Kayu lapis; perekatan venir kayu pinus dengan urea-formaldehida menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persayaratan standar Jerman. Kegunaan
kayu tusam dapat dipergunakan untuk bangunan perumahan, lantai, mebel kotak dan tangkai korek api, potlot dengan pengolahan khusus, pulp, tiang listrik
diawetkan, papan wol kayu dan kayu lapis Martawijaya et al. 2005.
2.3.5 Akasia Acacia mangium Wiild
Menurut Pandit dan Kurniawan 2008, kayu akasia memiliki teras yang berwarna cokelat pucat sampai cokelat tua, kadang-kadang cokelat zaitun sampai
cokelat kelabu, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai jerami. Memiliki corak yang polos atau berjalur-jalur yang berwarna gelap dan
terang yang bergantian pada bidang radial. Selain itu kayu akasia memiliki tekstur yang halus sampai agak kasar dan merata, arah serat yang lurus, kadang-kadang
berpadu dan memiliki permukaan yang agak mengkilap dan licin. Kayu akasia juga memiliki tingkat kekerasan dari agak keras sampai keras.
Kemudian untuk nilai berat jenis yang dimiliki rata-rata 0,61 dengan interval nilai berkisar antara 0,43-0,66. Kelas awet kayu akasia memiliki nilai III dan untuk
nilai kelas kuat berkisar antara kelas kuat II sampai III. Menurut Pasaribu dan Roliadi 1990 diacu dalam Malik et al. 2000 kandungan sifat kimia kayu akasia
memiliki kandungan selulosa sebesar 46,39, lignin 24,, dan silika 0,24. Kayu akasia memiliki kegunaan untuk bahan konstruksi ringan sampai berat,
seperti rangka pintu dan jendela, almari, lantai, papan dinding, tiang, tiang pancang, gerobak dan rodanya, pemeras minyak, gagang alat, alat pertanian, kotak
dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir dan kayu lapis, pulp dan kertas, selain itu baik juga untuk kayu bakar dan arang Pandit dan kurniawan
2008.
2.4 Keawetan Kayu