3.3.3 Formulasi chitoplast yang diujikan pada tikus percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
plester kitosan transdermal patch c
hitoplast antibakteri adalah lapisan poliester adhesive plester, kasa steril dengan penambahan zat aktif kitosan larut asam dengan
perbedaan konsentrasi 0,5 , 1,0 , dan 1,5 yang selanjutnya diberi lapisan
pelindung kertas pelindung. Plester yang telah dihasilkan dengan perbedaan konsentrasi, yaitu konsentrasi asam asetat 1,0 atau kitosan 0 kontrol
negatif, kitosan cair dengan konsentrasi 0,5 , 1,0 , dan 1,5 serta pengujian dengan kontrol positif plester komersil. Selanjutnya kelima perlakuan tersebut
diuji efektivitasnya dalam pencegahan pertumbuhan bakteri terhadap sampel bakteri pada luka. Sampel bakteri diambil dari tikus percobaan yang dibuat luka
sayat di daerah punggung yang diberikan anestesi sebelumnya agar tidak menyakiti, kemudian diberikan pengobatan dengan diuji menggunakan chitoplast
dengan masing-masing perlakuan konsentrasi, kontrol positif dan kontrol negatif. Analisis waktu pengambilan sampel dilaksanakan dalam waktu 24 jam dan 48 jam
dengan perlakuan yang sama. Selanjutnya sampel kasa kitosan tersebut diuji sampel bakterinya untuk kemudian dimasukan ke dalam larutan garfis 90 ml dan
dilakukan pengenceran pada 10
-1
sampai pengenceran 10
-3
110, 1100 dan 11000 dan dilakukan inkubasi dengan suhu 37 ºC selama 24 jam Henry 2007.
Pengambilan sampel bakteri selanjutnya dianalisis menggunakan uji TPC. Selanjutnya hasil pengujian TPC dibandingkan dengan hasil uji kontrol negatif
kosentrasi kitosan 0 atau asam asetat 1,0 dan kontrol positif plester komersil.
3.4 Analisis Sampel Penelitian
Analisis sampel penelitian yang dilakukan berupa analisis kadar air, abu, nitrogen, derajat deasetilasi dan pengujian antibakteri kitosan pada beberapa
konsentrasi.
3.4.1 Analisis kadar air AOAC 2005
Analisis kadar air dilakukan dengan penguapan menggunakan oven. Tahap awal yang dilakukan adalah proses pengeringan cawan porselen dengan
menggunakan suhu 102-105
o
C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan dalam desikator kurang lebih 15 menit hingga dingin kemudian ditimbang. Sampel
sebanyak 5 gram dimasukan ke dalam cawan kemudian dikeringkan dengan suhu 102-105
o
C selama 6 jam. Setelah 6 jam cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin kemudian ditimbang bobotnya.
Perhitungan kadar air: Kadar air = B - C x 100
B – A
Keterangan: A = Berat cawan kosong gram B = Berat cawan yang diisi sampel gram sebelum dioven
C = Berat cawan dengan sampel gram setelah dioven
3.4.2 Analisis kadar abu AOAC 2005
Analisis kadar abu dilakukan dengan mengabukan sampel di dalam tanur. Tahap pertama cawan abu porselen dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada
suhu 105
o
C, lalu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam cawan pengabuan yang
akan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600
o
C selama 6 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Proses pengabuan
dilakukan sampai abu berwarna putih. Setelah itu cawan didinginkan dalam desikator selam 30 menit, kemudian ditimbang bobotnya.
Perhitungan kadar abu: kadar abu = C - A x 100
B – A
Keterangan: A = Berat cawan kosong gram B = Berat cawan yang diisi sampel gram sebelum ditanur
C = Berat cawan dengan sampel gram setelah ditanur
3.4.3 Analisis kadar nitrogen AOAC 2005
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, lalu ditambahkan 0,25 gram
selenium dan 3 mL H
2
SO
4
pekat. Contoh didestruksi pada suhu 410
o
C selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke
dalam labu Kjeldahl ditambahkan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40 ,
kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu destilator 100
o
C. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam
borat H
3
BO
3
2 dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 40 mL dan berwarna
hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca
dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Kadar nitrogen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
N = mL HCl – mL blanko x N HCl x 14,007 x faktor pengenceran x 100
mg contoh x faktor koreksi alat Faktor koreksi alat = 2,5
Kadar protein = N x 6.25 Faktor pengenceran= 10
3.4.4 Analisis pengukuran derajat deasetilasi Domszy dan Robert 1985