3.4.6 Uji total plate count TPC Fardiaz 1992
Prinsip kerja dari analisis TPC adalah perhitungan jumlah koloni bakteri yang ada di dalam sampel dengan pengenceran sesuai keperluan dan dilakukan
secara duplo. Seluruh pekerjaan dilakukan secara aseptik untuk mencegah kontaminasi dan pengamatan secara duplo dapat meningkatkan ketelitian.
Sebanyak 10 ml sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 90 ml larutan NaCl 0,85 larutan garam fisiologisgarfis sehingga didapatkan pengenceran
10
-1
. Penelitian ini menggunakan sampel kasa yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml sehingga didapatkan pengenceran 10
. Sebanyak 1 ml dari larutan tersebut dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisi 9 ml larutan garam fisiologis untuk memperoleh pengenceran 10
-1
. Pengenceran disesuaikan dengan pendugaan tingkat koloni bakteri pada luka. Dari
setiap tabung reaksi pengenceran tersebut diambil dengan menggunakan pipet sebanyak 1 ml selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah
disterilkan. Setiap pengenceran dilakukan secara duplo. Kemudian setiap cawan tersebut digerakkan secara melingkar di atas meja agar media NA nutrient agar
merata. Media agar ditambahkan ke dalam cawan petri dengan metode tuang
sebanyak 20 ml dan digoyangkan sampai merata. Cawan petri diinkubasi dalam inkubator bersuhu 37
C selama 48 jam. Setelah masa inkubasi, koloni yang
tumbuh pada cawan petri dihitung dengan jumlah koloni yang dapat diterima 30-300 koloni percawan.
Perhitungan jumlah bakteri totalgram dapat dihitung dengan memperhitungkan jumlah pada tingkat pengenceran dan pada cawan petri.
3.4.7 Analisis derajat infeksi luka
Analisis derajat infeksi luka dilakukan dengan mengamati infeksi yang terjadi pada luka oleh pengamat yang terdiri dari peneliti dan konsultan dan
kemudian membandingkan hasil pengamatan untuk selanjutnya diuji beda infeksinya. Derajat infeksi luka secara klinis dihitung berdasarkan teori penelitian
Hulton et al. 1994 dalam Henry 2007, yaitu : a.
Derajat 0 : tanpa infeksi b.
Derajat 1 : Eritema kemerahan dipinggir dan sekitar luka kemudian meluas setelah 24 jam, tanpa cairan serousa cairan bening
c. Derajat 2 : Eritema kemerahan dengan cairan serousa cairan bening
atau sanguinus darah dari luka d.
Derajat 3 : Cairan purulen cairan bernanah dari bagian luka tanpa pemisahan tepi luka
e. Derajat 4 : Cairan purulen cairan bernanah bercampur darah dari luka
dengan pemisahan tepi luka.
3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data Steel dan Torrie 1993