Tujuan Kitosan Sumber dan Mutu Kitosan

Kitosan sangat potensial sebagai antibakteri karena senyawa ini merupakan polimer alami hasil senyawa turunan kitin sehingga diharapkan aman bagi manusia. Hingga saat ini aktivitas antibakteri oligomer kitosan dalam berbagai bidang dengan model inovasinya masih menjadi hal baru untuk diteliti. Sifat patogen pada beberapa bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Salah satu jenis penyakit yang diakibatkan bakteri patogen dan mendominasi di kalangan masyarakat adalah masalah infeksi akibat proses penutupan luka yang kurang efektif. Resiko terjadinya infeksi menurut National Research Council NRC USA pada operasi bersih terkontaminasi secara keseluruhan adalah 7-20 Henry 2007. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengembangkan aplikasi penutup luka secara sistem penghantaran obat melalui potongan kasa transdermal patch dengan modifikasi zat aktif kitosan yang diketahui sebagai alternatif untuk mengurangi aktivitas bakteri dan mempercepat penyembuhan luka. Sistem penghantaran obat secara transdermal merupakan salah satu inovasi modern untuk mengatasi problema bioavailabilitas obat jika diberikan melalui jalur lain seperti oral NHF 2008. Oleh karena itu, diperlukan alternatif modifikasi plester kitosan untuk mempercepat penyembuhan luka ringan pada lapisan epidermis kulit dan diharapkan dapat mencegah meluasnya luka terinfeksi. Menurut Mutia 2009, berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, maka luka dibagi menjadi luka stadium I-stadium IV. Plester luka ini ditujukan untuk luka pada stadium I, yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit bagian atas.

1.2 Tujuan

Penelitian aplikasi kitosan pada modifikasi plester ini bertujuan untuk; 1 Menentukan efektivitas antibakteri konsentrasi terbaik dari plester kitosan Chitoplast 2 Membandingkan kemampuan antibakteri Chitoplast berbasis kitosan dengan plester komersil. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitosan

Kitosan biasanya ditemukan di alam sebagai kitin, yang secara natural merupakan komponen makromolekul berupa polisakarida yang dibentuk dari n-asetil-2-amino-2-deoksi-d-glukosa melalui ikatan -1,4 glikosida. Kitosan terbentuk ketika beberapa gugus asetil dihilangkan dari kitin. Pada tiga dekade terakhir kitosan digunakan dalam proses detoksifikasi air. Apabila kitosan disebarkan diatas permukaan air, mampu menyerap lemak, minyak, logam berat, dan zat yang berpotensi sebagai toksik lainnya Kumar 1998. Biasanya produk dengan nilai derajat deasetilasi lebih dari 60 dapat dilarutkan dalam larutan asam yang disebut kitosan. Struktur kimia dari kitosan disajikan pada Gambar 1 Teng 2012. Gambar 1 Struktur kimia kitosan Sumber: Teng 2012 Senyawa kimia kitin dan kitosan mudah menyesuaikan diri, bersifat hidrofobik dan memiliki reaktivitas kimia yang tinggi karena memiliki kandungan gugus OH dan gugus NH 2 yang bebas serta ligan yang bervariasi Prashanth dan Tharanathan 2006. Kitosan mempunyai gugus amin yang reaktif dan gugus hidroksil yang banyak serta kemampuannya membentuk gel maka kitosan dapat berperan sebagai komponen yang reaktif, pengkelat, pengikat, pengabsorbsi, penstabil, pembentuk film, penjernih, flokulan dan koagulan Shahidi 1999.

2.2 Sumber dan Mutu Kitosan

Kitosan merupakan merupakan polimer karbohidrat alami yang dapat ditemukan dalam kerangka dari krustasea, seperti kepiting, udang dan lobster, serta dalam eksoskeleton zooplankton laut, termasuk karang dan jellyfish. Selain terdapat pada hewan laut kitin juga ditemukan pada serangga, seperti kupu-kupu dan kepik yang juga memiliki kandungan kitin di sayap mereka, serta terdapat di dinding sel ragi dan jamur Shahidi dan Abuzaytoun 2005. Mutu kitosan dapat ditentukan berdasarkan parameter fisika dan kimia, parameter fisis diantaranya penampakan, ukuran mesh size dan viskositas, sedangkan parameter kimia yaitu nilai proksimat dan derajat deasetilasi DD. Semakin baik mutu kitosan semakin tinggi nilai derajat deasetilasinya dan semakin banyak fungsinya dalam aplikasinya. Adapun standar spesifikasi mutu kitosan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Spesifikasi mutu kitosan Spesifikasi Kitosan Farmasi Penampakan SerpihanBubuk putihkekuningan Kadar air berat kering ≤ 10 Kadar abu berat kering ≤ 2 Kadar N berat kering 5 Derajat Deasetilasi ≥70 Sumber : Protan Laboratories dalam Suptijah et. al 1992 Produksi kitosan dapat dilakukan secara kimia dan enzimatis. Produksi kitosan secara termokimia menggunakan alkali kuat seperti NaOH pada suhu tinggi, namun proses ini menghasilkan mutu kitosan yang beragam dan menghasilkan limbah dan produk samping yang berpotensi toksikan bagi lingkungan. Produksi kitosan secara enzimatis, yakni deasetilasi enzimatis dengan kitin deasetilase CDA dalam bentuk larutan kitosan akan berlangsung lebih mudah, reaksinya lebih homogen disetiap bagian larutan. Menurut hasil penelitian Kolodziesjska et al. 2000, deasetilasi enzimatis terhadap kitinkitosan dalam bentuk larutan dapat mencapai derajat deasetilasi 88-99 . Proses pembuatan kitosan secara enzimatis lebih mudah dikendalikan, spesifik dan meminimalkan produk samping Tsigos et al. 2000. Produk samping yang dapat diminimalkan untuk menjadi produk zero waste diantaranya adalah protein dan beberapa produk turunan lainnya. Kitosan sebagian besar diperoleh dari bahan baku cangkang krustasea, kapang, cumi-cumi dan lain-lain, melalui proses demineraisasi menggunakan HCl 1:7 vv, dilanjutkan dengan proses deproteinasi menggunakan NaOH 1:10 vb, dan deasetilasi menggunakan NaOH 50. Masing-masing proses memiliki tujuan yang berbeda. Proses demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan kandungan mineral dalam cangkang, deproteinasi bertujuan untuk menghilangkan protein yang terdapat pada cangkang, sedangkan proses deasetilasi bertujuan untuk menghilangkan gugus asetil. Proses ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas fungsi dari kitosan Angka dan Suhartono 2000.

2.3 Sifat-Sifat Kitosan sebagai Zat Anti-Bakteri