Kualitas air sifat kimia air Kondisi fisik perairan

berupa rawa dengan vegetasi homogen dan kondisi yang tidak memungkinkan karena terapung di atas air danau dengan kedalaman sekitar 3 meter. b Perairan Sifat fisik dan kimia perairan sangat berpengaruh terhadap jenis flora dan fauna yang hidup di dalam air. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tipe sungai, arus, kedalaman, kecerahan, suhu, pH, warna air, kadar gas terlarut dan kadar unsur-unsur terlarut dalam air Sumawidjaja 1997. Perairan yang produktif dan ideal memili pH 6,5 – 8,5 serta osigen terlarut lebih dari 2 mgliter. Sedangkan untuk suhu berfluktuasi setiap harinya, tetapi fluktuasi yang disukai oleh ikan tidak lebih dari 2,8 o C dari suhu normal atau suhu rata-rata suatu perairan Ricker 1973. Sehingga data perairan yang dipergunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Kualitas air sifat kimia air

Parameter kualitas air yang diukur meliputi : suhu, pH, padatan tersuspensi, dan daya hantar listrik DHL. Untuk data padatan tersuspensi dan daya hantar listrik DHL diperoleh dari hasil analisa di laboratorium. Pengerjaan di lapangan adalah mengambil sample air dengan water sampler dan mengukur pH serta suhu disetiap lokasi ditemukannya buaya air tawar Irian maupun jejaknya.

2. Kondisi fisik perairan

Kondisi fisik danau yang diukur adalah sebagai berikut : Tabel 1 Metode pengukuran kondisi fisik perairan No. Data Metode Peralatan yang digunakan 1 Tipe perairan Observasi - 2 Kedalaman Manual Balok kayu berskala dan bambu 3 Kecerahan Manual Secchi disk 4 Warna air Observasi - 5 Keliling danau Analisis Peta PC Komputer, perangkat lunak software terdiri dari Arc View 3.2, ERDAS Imagine 8.5, MS Office, dan Adobe Photoshop CS3 6 Luas badan air Analisis Peta PC Komputer, perangkat lunak software terdiri dari Arc View 3.2, ERDAS Imagine 8.5, MS Office, dan Adobe Photoshop CS3 c PotensiKetersediaan Makanan Buaya merupakan satwa karnivora, yaitu satwa pemakan daging. Makanan anak buaya terdiri dari serangga dan ikan. Tumbuh semakin besar makanan buaya meningkat ke ikan besar, burung, ular, monyet dan mamalia lain serta bahkan manusia. Buaya air tawar Irian memiliki makanan utama berupa unggas-unggas air Neil 1946 dalam Harto 2002. Oleh karena itu, untuk ketersediaan makanan ini dilakukan pencatatan ke dalam tally sheet semua jenis satwa selain buaya air tawar Irian yang ditemui di lokasi penelitian. Data potensi yang diambil dalam penelitian meliputi jenis dan jumlah individu yang berhasil ditemukan saat pengamatan. Untuk ketersediaan makanan berupa ikan, dilakukan pemasangan jaring di sekitar lokasi ditemukan tempat berjemur dan sarangnya, serta di tempat yang tidak ditemukan jejak buaya sebagai bahan perbandingan yang kemudian dikaitkan dengan persebarannya. 2 Sebaran Spasial Data sebaran spasial digunakan untuk mengetahui sebaran buaya air tawar Irian di tiap bagian Danau Rawa Biru. Data ini diambil menggunakan metode transek dan GPS, yaitu : 1 Posisi atau koordinat perjumpaan dengan buaya air tawar Irian, sarang maupun tempat berjemurnya. Data koordinat ini diambil menggunakan GPS dengan mengeplotkan setiap titik atau koordinat tempat ditemukannya buaya air tawar Irian baik secara langsung, sarang maupun tempat berjemurnya. Data sebaran juga diambil menggunakan metode pengamatan berupa transect dengan metode VES Visual Encounter Survey , yaitu dengan time search selama 2 jam bersih. Karena lokasi penelitian berbentuk danau, maka panjang jalur pengamatan merupakan keliling danau dengan titik awal dan titik akhir pengamatan sama. Tetapi karena luas danau yang menjadi lokasi penelitian sangat luas yaitu 85,188 ha, maka keliling danau dibagi menjadi 2 jalur. Jalur pertama yaitu dari zona tengah sampai zona hulu atau arah kali mati, dan jalur kedua dari zona tengah sampai zona hilir danau bagian kepala danau. Pengamatan dilakukan dengan menyusuri semua bagian tepi atau keliling danau hingga selesai pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00 WIT ketika buaya berjemur dan sore hari pukul 15.00-17.00 WIT saat buaya mencari makan. Selain itu juga dilakukan pengamatan pada malam hari pukul 19.00 – 21.00 WIT disaat buaya berendam. Gambar 2 Metode Pengamatan Transek Titik akhir Titik awal O Titik perjumpaan satwa X Y Ket. : X = Jarak titik perjumpaan dari titik O pengamatan titik awal. Y = Jarak dari garis transek kekiri dan kekanan. Jarak titik perjumpaan dari titik O pengamatan titik awal diperoleh dari data pergerakan yang tercantum di GPS. Sedangkan jarak dari garis transek kekiri dan kekanan diukur menggunakan meteran. 2 Melakukan pencatatan kedalam tally sheet jumlah buaya yang dijumpai, 3 Mencatat ukuran panjang dan lebar tempat berjemur buaya air tawar Irian yang dijumpai, 4 Mencatat jarak sarang dari tepi perairan dan media yang digunakan dalam membuat sarang. 3 Interaksi Penduduk dengan Buaya dan Pengelolaan Selain habitat dan sebaran spasial, data lainnya yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa interaksi penduduk dengan buaya yang berhubungan dengan kelestarian buaya di Danau Rawa Biru, gangguan habitat yang diakibatkan oleh pencemaran atau aktivitas manusia sehingga dianggap mempengaruhi eksistensi buaya air tawar Irian, dan pengelolaan yang telah dilakukan untuk kelestarian buaya air tawar Irian. Ketiga data tersebut diambil dengan menggunakan metode observasi dan wawancara.

C. Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Habitat