Perilaku buaya Buaya Air Tawar Irian Crocodylus novaeguineae

2.1.2 Biologi

Secara umum buaya mempunyai ciri-ciri khas, yaitu termasuk binatang bertulang belakang vertebrata, lubang dubur memanjang longitudinal dan bagian tubuh dilindungi oleh sisik yang berupa plat sisik dari zat tanduk pada bagian punggung. Kadang-kadang pada bagian perutnya disertai dengan sisik yang lebih kuat, mempunyai empat anggota badan, dan 2 dua kaki bagian depan dengan jari masing-masing 5 buah sedangkan 2 dua kaki bagian belakangnya masing-masing memiliki 4 empat jari dengan 3 tiga jari sebelah dalamnya berkuku. Ekornya sangat kuat dan panjang. Memiliki lubang-lubang dibagian anterior kepala, mata vertikal dan bagian telinganya dapat digerakan. Telur lonjong dan memanjang dengan kulit yang relatif keras. Untuk mengendalikan suhu tubuhnya, buaya selalu dapat beradaptasi dengan keadaan luar seperti cahaya matahari, air dan sebagainya Fahutan IPB PT. Inhutani II 1990. Menurut Whitaker 1980 dalam Harto 2002, Crocodylus novaeguineae Schmidt merupakan satu-satunya spesies yang baru ditemukan oleh Schmidt pada tahun 1928 dan relatif tidak pernah dipelajari. Ciri-ciri spesies ini adalah mempunyai 4-6 sisik post occipital yang besar. Tonjolan tulang di sisi depan rongga matanya tidak menyolok, dua tonjolan ada di tengah-tengah antara mata dan ujung moncongnya. Sisik perut besar dengan jumlah sisik 23-27, rata-rata 25 baris. Sisik dorsal rata-rata 8 baris. Warna biasanya kelabu atau kuning pudar, kehijauan dan hitam. Buaya ini berwarna gelap sesuai dengan umur, seperti pada buaya tua kelihatan hitam pekat. Selain itu, Kurniati 2002 mengatakan bahwa Crocodylus novaeguineae memiliki warna coklat muda atau abu-abu kehitaman pada punggungnya dan perut berwarna kuning. Terdapat garis-garis tebal dan bercak-bercak pada punggung serta ekor yang berwarna hitam. Jumlah baris sisik leher di bagian tenggorokan 37, dan panjang dewasa jenis buaya ini dapat mencapai 4 meter.

2.1.3 Perilaku buaya

Buaya merupakan hewan ectotherms yang artinya mereka bergantung kepada sumber panas dari luar untuk mengatur temperatur tubuhnya. Pada pagi hari ketika sinar matahari sudah mulai muncul, sekitar pukul 07.15, buaya keluar dari dalam sungai menuju ketepian untuk melakukan basking berjemur. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan suhu tubuhnya sehingga mencapai suhu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan normal dan untuk mengembalikan kalori yang hilang selama di dalam sungai pada malam harinya. Buaya umumnya membuka mulutnya sampai matahari terik sebagai mekanisme pendinginan untuk menjaga suhu tubuhnya. Kemudian buaya masuk kedalam semak-semak yang lembab atau kembali ke sungai dengan kondisi setengah tubuhnya terendam Anonim 1986 dalam Izzudin 1989. Buaya di alam bersifat “secretive” suka bersembunyi dan jarang terlihat dalam kelompok. Pada sore hari buaya keluar untuk mencari makan dan pada malam hari turun ke sungai berendam di dalam air karena suhu air lebih tinggi hangat daripada di darat Whitaker 1980 dalam Harto 2002. Buaya menggunakan ekornya sebagai dayung saat berenang dan mampu berjalan bermil-mil tanpa memperlihatkan jejak kecuali tulang-tulang sisa dari mangsanya sepanjang tepi sungai. Di darat buaya bergerak sangat lamban, tetapi jika terancam dapat berlari dengan kecepatan tidak terduga. Buaya juga dapat bergerak cepat saat memburu mangsanya baik di darat maupun di air. Kelemahan buaya adalah bahwa buaya kesulitan dalam membelokkan badannya yang tidak fleksibel karena adanya tulang rusuk yang terletak diperutnya. Oleh sebab itu, cara termudah lepas dari kejaran buaya adalah dengan membelokkan badan berbalik arah Harto 2002. Semua buaya memperbanyak keturunannya dengan cara bertelur. Kopulasi dilakukan di dalam air yang didahului dengan perkelahian antara buaya jantan dengan betinanya dan hanya berlangsung beberapa menit pada siang hari. Sebelum bertelur buaya betina mempersiapkan tempat untuk bertelur yang letaknya tidak jauh dari tepi-tepi sungai yaitu dengan mengumpulkan ranting dan daun yang telah busuk. Setelah telur diletakkan di dalam lubang yang dibuatnya, kemudian buaya tersebut menimbun sarang dengan ranting dan daun yang busuk yang bercampur dengan lumpur. Setelah itu buaya betina menjaga sarangnya hingga telur-telurnya menetas selama tiga bulan, lalu membawa anak-anaknya ke dalam sungai Anonim 1986 dalam Izzudin 1989.

2.1.4 Habitat dan penyebaran