Evaluasi Aspek Finansial Pengusahaan kawasan Wisata Tana Toraja dan Pengembanganya

(1)

SEBARAN SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT

BUAYA AIR TAWAR IRIAN (

Crocodylus novaeguineae Schmidt,1928)

DI TAMAN NASIONAL WASUR

AJID ABDUL MAJID

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

SEBARAN SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT

BUAYA AIR TAWAR IRIAN (

Crocodylus novaeguineae Schmidt,1928)

DI TAMAN NASIONAL WASUR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

AJID ABDUL MAJID

E34104047

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

SUMMARY

AJID ABDUL MAJID (E34104047). Spatial Dispersion and Habitat Characteristic of Irian freshwater Crocodile (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) in Wasur National Park. Under Supervision of AGUS PRIYONO and LILIK BUDI PRASETYO.

Rawa BIRU lake is the biggest lake in Wasur National Park (WNP) and it is a habitat for Irian freshwater Crocodile (Crocodylus novaeguineae). Now adays, their population become decreasing and it caused by hunting, a less data about their habitat and not enough knowledge about their dispersion in every parts of the lake. If this condition still happened, the existence of Irian freshwater Crocodile will threatened and more over they will be extinct so for prevent this situation we need management action. therefore it needs a study about habitat characteristic of Irian freshwater Crocodile and their dispersion in every parts of the lake as a referention and consideration for the next management action.

The research was conducted in Rawa Biru lake, SPTN III Wasur, WNP, Merauke, Province of Papua, during April-May 2008 (Rainy season). This research is based on exploration method and taking samples for habitat, which is consist of cover, water and foods potential. Data of spatial dispersion using transect method and GPS (Global Positioning System) through around the edge of the lake. Besides, data of traditional knowledge, habitat disturbance and management using observation and interview methods.

Irian freshwater Crocodile use vegetations like tebu rawa (Hanguana malayana) and rumput pisau (Pandanus sp) around the lake as a place to nesting, basking, covering and searching the foods. The nest have a shape like a mound, it was made from leaf manuresof tebu rawa and rumput pisau, leaves and branches of pulai (Alstonia scholaris) and branches of Sagu (Metroxylon sagu) with length about 1,8-2,1 meters, width 2,1 meters and height about 60-75 centimeters, it lies under the stand. There also find a little mudhole and resting place of female crocodile closed by the nest. The breadth of basking place was influenced by body size, number of individual and utilizing intensity. In upper part zone of Rawa Biru lake (North side of the lake/kali mati) was found 4 crocodile, nesting and active basking places. Upper part zone is far from the village and it still far from human disturbance. One of the most common food of crocodile is sembilang fish. Middle part zone of the lake get a disturbance from human in the form of calladium plantation (Thyponium sp) upon roots of tebu rawa and rumput pisau, heavy traffic of boat also disturbance from human. It was found 1 mujahir fish and 3 long-neck turtle as crocodile's foods. In the lower course zone (South side of the lake/people called it was head of the lake) does not find any foot print or track of crocodile, it caused by lower course have the near distance from the village and it already get disturbance from human like back and forth of the boat and often using as a place to searching fish and along tome ago it was used as place to crocodile hunting. Irian freshwater Crocodile using Rawa Biru lake and vegetation under it as a places to nesting, basking, covering and searching their foods. Dispersion of their nesting and basking places in every zone of Rawa Biru lake was influenced by human disturbance and supply of their foods.


(4)

RINGKASAN

AJID ABDUL MAJID (E34104047). Sebaran Spasial dan Karakteristik Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO dan LILIK BUDI PRASETYO.

Danau Rawa Biru adalah danau terbesar di Taman Nasional Wasur (TNW) dan merupakan salah satu habitat buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae). Populasi buaya di danau ini terus mengalami penurunan, terjadi perburuan, sangat sedikit data tentang habitat, dan belum diketahui persebarannya pada tiap bagian danau. Apabila kondisi ini terus berlanjut, keberadaan buaya air tawar Irian dikhawatirkan akan habis bahkan punah sehingga untuk mencegahnya membutuhkan tindakan pengelolaan. Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap karakteristik habitat buaya air tawar Irian dan sebarannya pada tiap bagian danau sebagai bahan acuan dan pertimbangan tindakan pengelolaan yang harus dilakukan.

Penelitian dilakukan di Danau Rawa Biru SPTN Wilayah II Wasur Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke Propinsi Papua pada bulan April-Mei 2008 (musim hujan). Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi dan pengambilan sampel untuk data habitat yang terdiri dari cover, air dan potensi atau ketersediaan makanan. Data sebaran spasial menggunakan metode transek dan GPS (Global Positioning System) dengan mengelilingi bagian tepi danau. Selain itu, data kearifan tradisional masyarakat, gangguan habitat dan pengelolaan menggunakan metode observasi dan wawancara.

Buaya air tawar Irian memanfaatkan vegetasi tebu rawa (Hanguana malayana) dan rumput pisau (Pandanus sp) disekitar danau sebagai tempat bersarang, berjemur (basking), berlindung, dan mencari makan. Sarang berbentuk mound (gundukan) terbuat dari serasah daun tebu rawa, daun rumput pisau, serasah daun ranting pohon pulai, dan daun serta ranting sagu (Metroxylon sagu) dengan ukuran panjang = 1,8-2,1 meter, lebar = 2,1 meter, tinggi 60-75 cm dan berada di bawah naungan/tegakan. Dekat sarang terdapat parit/kubangan kecil dan tempat istirahat induk buaya. Luasan tempat berjemur buaya dipengaruhi oleh ukuran tubuh dan jumlah individu buaya, serta intensitas penggunaannya. Pada zona hulu Danau Rawa Biru (danau sebelah utara/arah kali mati) berhasil dijumpai 4 ekor buaya, sarang, dan tempat berjemur aktif. Zona hulu memiliki jarak paling jauh dari perkampungan dan belum mengalami gangguan manusia. Jenis makanan buaya yang sering dijumpai berupa ikan sembilang. Zona tengah danau telah mengalami gangguan manusia berupa kebun keladi (Thyponium sp.) di atas umbi tebu rawa dan rumput pisau, dan lalulintas perahu masyarakat yang pergi ke kebun. Makanan buaya yang dijumpai berupa 1 ekor ikan mujaer rawa dan 3 ekor kura-kura leher panjang. Pada zona hilir (selatan danau/disebut masyarakat sebagai kepala danau) tidak dijumpai jejak buaya sama sekali karena memiliki jarak paling dekat dengan perkampungan dan telah mengalami gangguan manusia berupa lalulintas perahu masyarakat yang pergi ke kebun dan sering digunakan sebagai tempat mencari ikan, serta pada masa lalu sering terjadi perburuan buaya.

Buaya air tawar Irian memanfaatkan Danau Rawa Biru dan vegetasi disekitarnya sebagai tempat bersarang, berjemur (basking), berlindung, dan mencari makan. Sebaran sarang dan tempat berjemur buaya air tawar Irian pada tiap zona Danau Rawa Biru dipengaruhi oleh faktor gangguan manusia dan ketersediaan makanan.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sebaran Spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing Ir. Agus Priyono, MS dan Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc, dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Ajid Abdul Majid NRP E34104047


(6)

Judul Skripsi : Sebaran Spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur

Nama : Ajid Abdul Majid

NRP : E34104047

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Ir. Agus Priyono, MS Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc NIP. 131 578 800 NIP. 131 760 841

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788

Tanggal Lulus :


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan pada junjungan kita, Nabi Muhammmad SAW, keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya termasuk kita semua hingga akhir zaman.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2008 ini adalah habitat buaya air tawar Irian, dengan judul “Sebaran Spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Dengan terselesaikannya penyusunan karya ilmiah berupa skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada World Wild Foundation (WWF) Jayapura yang telah memberikan bantuan dana, Balai Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke Propinsi Papua atas segala fasilitas dan keperluan yang dibutuhkan selama penelitian, serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan karya ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengelolaan dan kelestarian sumberdaya alam di hutan Indonesia, khususnya bagi pengelolaan dan kelestarian buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae).

Wa’alaikum salam wr. wb.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 16 Juli 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Jatma dan Ibu Antinah.

Pendidikan awal penulis dimulai dari SD Negeri Tegalaren II pada tahun 1992, kemudian dilanjutkan di SLTP Negeri I Jatiwangi pada tahun 1998. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri I Jatiwangi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan memilih Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, yakni sebagai anggota UKM Uni Konservasi Fauna (UKF), ketua Dept. Kewirausahaan & Sekretaris Umum (Sekum) DKM ‘Ibaadurrahmaan, Anggota Asean Forestry Student Association (AFSA), anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), staf Dept. Dalam Negeri Organisasi Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Majalengka di Bogor (HIMMAKA-Bogor), dan kepengurusan di Asrama Sylvasari. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Baturaden-Cilacap, KPH Banyumas Barat dan KPH Banyumas Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, dan Getas-Ngawi, KPH Ngawi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada tahun 2007. Pada tahun 2008 melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Wasur, Kab. Merauke, Papua. Di luar kampus, penulis menjadi ketua RT.09 RW.05 Desa Babakan, Kec. Dramaga, Kab. Bogor (2006-2007) dan fasilitator Penggalian dan Pengukuhan Kearifan Tradisional 4 Suku Tradisional di Taman Nasional Wasur, Kab. Merauke, Papua (2008). Selama kuliah penulis menerima beasiswa dari Yayasan Danamon Peduli.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Sebaran Spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur, di bimbing oleh Ir. Agus Priyono, MS. dan Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan bagi Nabi Muhammmad SAW yang telah membawa kita kepada jalan yang diridhoi-Nya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta (Bapak Jatma dan Ibu Antinah) dan adik tersayang (Rodiyah (Alm) & Ratna Dewi), yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dukungan, perhatian, kesabaran dan pengorbanannya, semoga Allah SWT membalas dengan surga-Nya, juga kepada “Neng Alit” yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan do’anya selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga besar di Tegalaren (‘Ma oyot Arsiti, Pa oyot Ratim (Alm), Wa Amah, Wa Mai, Ceu Yati, Mang Ading, Bi Icih, Jajang, Neng Teti dan kerabat yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu), keluarga besar di Koja (‘Ma oyot Aas, Pa oyot Konda (Alm), Wa Itok, Wa Utisah, Ceu Lela (Alm), ‘A Abil, Bi Uang, Mang Sadar, Iding, Nining, Dini, Bi Kasih, Mang Edi, Asep, Robi, Majid, Bi Ini, Mang Nana, Dede, Saroh dan kerabat yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu), Alm. Bapak Ustadz Drs. H. Nachrawi, dan Bapak Suhendy Casmita S.Pd atas motivasi, nasihat, dukungan dan do’anya sehingga penulis dapat kuliah di IPB. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan tersebut.

2. Bapak Ir. Agus Priyono, MS dan Bapak Dr. Ir. H. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc selaku dosen pembimbing atas segala pengarahan, bimbingan, nasihat, kesabaran, dan perhatiannya selama ini.

3. Bapak Dr. Ir. Bahruni, MS dari Departemen MNH dan Bapak Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc dari DHH selaku dosen penguji, atas semua saran, motivasi, nasihat dan dukungannya demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Tri Siswo Rahardjo, M.Si (Kepala Balai TN Wasur) atas ijin penelitian yang diberikan, saran dan bimbingannya selama di TN Wasur.


(10)

iv

5. Pak David (KSBTU TN Wasur) dan keluarga, staf kantor BTN Wasur (Kak Anes dan keluarga, Pak Asep beserta keluarga, Kak Herjan, Kak Alo, Kak Alwi, Kak Eki, Kak Sagala, Kak Yunus, Mas Wahono, Bu Rina, Bu Yeni, Mas Agung, Pak Manerep dan seterusnya), Pak Amin, Pak Zeth, Pak Arijan (Kepala SPTN I Agrindo), Pak Yarman (Kepala SPTN II Ndalir) dan Pak Mirino (Kepala SPTN III Wasur), atas bantuan, saran, dan kerjasamanya.

6. Para pejuang PEH TN Wasur (Kak Ferri cs), Polhut TN Wasur (Pak Markus Sombo cs), dan SPORC (Pak Badarudin cs), atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Kak La Hisa, Bapak dan Mama Marwan, serta Tete dan Nenek Apolinarius Mbanggu, atas rasa kekeluargaan, bantuan dan kerjasama selama kita bersama. Semoga suatu saat kita dapat bertemu kembali.

8. Yayasan Danamon Peduli dan Bank Danamon Tbk atas beasiswa yang diberikan dari awal sampai akhir selama kuliah di IPB. Semoga Allah SWT memberikan yang lebih baik.

9. Keluarga besar KSH 41 atas kekeluargaan, kebersamaan, kekompakan, “kenakalan” dan kerjasama. Semoga kita dapat berkumpul kembali tanggal 22 Februari 2020 mendatang, amiin. “KSH 41 memang berbeda ……

10.Keluarga besar Asrama Sylvasari IPB, khususnya angkatan 41 (Dwi, Puji, Febia, Aan, Heru, Yogi, Husein, Fahmi, Inama, Embang, Sulfan, Rendra, Adi, Patria, Tomi, Arief, Rio, Budiyanto, Edo, Adan, Sahab dan Yoga atas kekeluargaan, kerjasama, canda, tawa dan kebersamaannya.

11. Teman-teman seperjuangan di DKM ‘Ibaadurrahmaan, Uni Konservasi Fauna

(UKF), dan kelurahan Babakan, atas kerjasama, ilmu serta pengalaman yang berharga dan bermanfaat.

12.Alumni’98 SDN Tegalaren I, alumni’01 SLTPN I Jatiwangi, dan alumni SMUN I Jatiwangi tahun 2004 terutama kelas 2-6 dan 3 IPA 1, atas persahabatan dan kebersamaannya.

13. KPAP DKSHE (Bu Vivi, Bu Evan, But Titin, Bu Ratna, Bu Eti, Pak Acu, dan lainnya) atas bantuannya selama ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu mulai dari pencarian bahan, penyusunan proposal, kegiatan penelitian, seminar, sidang hingga penulisan skripsi ini.


(11)

SEBARAN SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT

BUAYA AIR TAWAR IRIAN (

Crocodylus novaeguineae Schmidt,1928)

DI TAMAN NASIONAL WASUR

AJID ABDUL MAJID

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

SEBARAN SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT

BUAYA AIR TAWAR IRIAN (

Crocodylus novaeguineae Schmidt,1928)

DI TAMAN NASIONAL WASUR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

AJID ABDUL MAJID

E34104047

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

SUMMARY

AJID ABDUL MAJID (E34104047). Spatial Dispersion and Habitat Characteristic of Irian freshwater Crocodile (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) in Wasur National Park. Under Supervision of AGUS PRIYONO and LILIK BUDI PRASETYO.

Rawa BIRU lake is the biggest lake in Wasur National Park (WNP) and it is a habitat for Irian freshwater Crocodile (Crocodylus novaeguineae). Now adays, their population become decreasing and it caused by hunting, a less data about their habitat and not enough knowledge about their dispersion in every parts of the lake. If this condition still happened, the existence of Irian freshwater Crocodile will threatened and more over they will be extinct so for prevent this situation we need management action. therefore it needs a study about habitat characteristic of Irian freshwater Crocodile and their dispersion in every parts of the lake as a referention and consideration for the next management action.

The research was conducted in Rawa Biru lake, SPTN III Wasur, WNP, Merauke, Province of Papua, during April-May 2008 (Rainy season). This research is based on exploration method and taking samples for habitat, which is consist of cover, water and foods potential. Data of spatial dispersion using transect method and GPS (Global Positioning System) through around the edge of the lake. Besides, data of traditional knowledge, habitat disturbance and management using observation and interview methods.

Irian freshwater Crocodile use vegetations like tebu rawa (Hanguana malayana) and rumput pisau (Pandanus sp) around the lake as a place to nesting, basking, covering and searching the foods. The nest have a shape like a mound, it was made from leaf manuresof tebu rawa and rumput pisau, leaves and branches of pulai (Alstonia scholaris) and branches of Sagu (Metroxylon sagu) with length about 1,8-2,1 meters, width 2,1 meters and height about 60-75 centimeters, it lies under the stand. There also find a little mudhole and resting place of female crocodile closed by the nest. The breadth of basking place was influenced by body size, number of individual and utilizing intensity. In upper part zone of Rawa Biru lake (North side of the lake/kali mati) was found 4 crocodile, nesting and active basking places. Upper part zone is far from the village and it still far from human disturbance. One of the most common food of crocodile is sembilang fish. Middle part zone of the lake get a disturbance from human in the form of calladium plantation (Thyponium sp) upon roots of tebu rawa and rumput pisau, heavy traffic of boat also disturbance from human. It was found 1 mujahir fish and 3 long-neck turtle as crocodile's foods. In the lower course zone (South side of the lake/people called it was head of the lake) does not find any foot print or track of crocodile, it caused by lower course have the near distance from the village and it already get disturbance from human like back and forth of the boat and often using as a place to searching fish and along tome ago it was used as place to crocodile hunting. Irian freshwater Crocodile using Rawa Biru lake and vegetation under it as a places to nesting, basking, covering and searching their foods. Dispersion of their nesting and basking places in every zone of Rawa Biru lake was influenced by human disturbance and supply of their foods.


(14)

RINGKASAN

AJID ABDUL MAJID (E34104047). Sebaran Spasial dan Karakteristik Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO dan LILIK BUDI PRASETYO.

Danau Rawa Biru adalah danau terbesar di Taman Nasional Wasur (TNW) dan merupakan salah satu habitat buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae). Populasi buaya di danau ini terus mengalami penurunan, terjadi perburuan, sangat sedikit data tentang habitat, dan belum diketahui persebarannya pada tiap bagian danau. Apabila kondisi ini terus berlanjut, keberadaan buaya air tawar Irian dikhawatirkan akan habis bahkan punah sehingga untuk mencegahnya membutuhkan tindakan pengelolaan. Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap karakteristik habitat buaya air tawar Irian dan sebarannya pada tiap bagian danau sebagai bahan acuan dan pertimbangan tindakan pengelolaan yang harus dilakukan.

Penelitian dilakukan di Danau Rawa Biru SPTN Wilayah II Wasur Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke Propinsi Papua pada bulan April-Mei 2008 (musim hujan). Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi dan pengambilan sampel untuk data habitat yang terdiri dari cover, air dan potensi atau ketersediaan makanan. Data sebaran spasial menggunakan metode transek dan GPS (Global Positioning System) dengan mengelilingi bagian tepi danau. Selain itu, data kearifan tradisional masyarakat, gangguan habitat dan pengelolaan menggunakan metode observasi dan wawancara.

Buaya air tawar Irian memanfaatkan vegetasi tebu rawa (Hanguana malayana) dan rumput pisau (Pandanus sp) disekitar danau sebagai tempat bersarang, berjemur (basking), berlindung, dan mencari makan. Sarang berbentuk mound (gundukan) terbuat dari serasah daun tebu rawa, daun rumput pisau, serasah daun ranting pohon pulai, dan daun serta ranting sagu (Metroxylon sagu) dengan ukuran panjang = 1,8-2,1 meter, lebar = 2,1 meter, tinggi 60-75 cm dan berada di bawah naungan/tegakan. Dekat sarang terdapat parit/kubangan kecil dan tempat istirahat induk buaya. Luasan tempat berjemur buaya dipengaruhi oleh ukuran tubuh dan jumlah individu buaya, serta intensitas penggunaannya. Pada zona hulu Danau Rawa Biru (danau sebelah utara/arah kali mati) berhasil dijumpai 4 ekor buaya, sarang, dan tempat berjemur aktif. Zona hulu memiliki jarak paling jauh dari perkampungan dan belum mengalami gangguan manusia. Jenis makanan buaya yang sering dijumpai berupa ikan sembilang. Zona tengah danau telah mengalami gangguan manusia berupa kebun keladi (Thyponium sp.) di atas umbi tebu rawa dan rumput pisau, dan lalulintas perahu masyarakat yang pergi ke kebun. Makanan buaya yang dijumpai berupa 1 ekor ikan mujaer rawa dan 3 ekor kura-kura leher panjang. Pada zona hilir (selatan danau/disebut masyarakat sebagai kepala danau) tidak dijumpai jejak buaya sama sekali karena memiliki jarak paling dekat dengan perkampungan dan telah mengalami gangguan manusia berupa lalulintas perahu masyarakat yang pergi ke kebun dan sering digunakan sebagai tempat mencari ikan, serta pada masa lalu sering terjadi perburuan buaya.

Buaya air tawar Irian memanfaatkan Danau Rawa Biru dan vegetasi disekitarnya sebagai tempat bersarang, berjemur (basking), berlindung, dan mencari makan. Sebaran sarang dan tempat berjemur buaya air tawar Irian pada tiap zona Danau Rawa Biru dipengaruhi oleh faktor gangguan manusia dan ketersediaan makanan.


(15)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sebaran Spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing Ir. Agus Priyono, MS dan Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc, dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Ajid Abdul Majid NRP E34104047


(16)

Judul Skripsi : Sebaran Spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur

Nama : Ajid Abdul Majid

NRP : E34104047

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Ir. Agus Priyono, MS Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc NIP. 131 578 800 NIP. 131 760 841

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788

Tanggal Lulus :


(17)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan pada junjungan kita, Nabi Muhammmad SAW, keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya termasuk kita semua hingga akhir zaman.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2008 ini adalah habitat buaya air tawar Irian, dengan judul “Sebaran Spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Dengan terselesaikannya penyusunan karya ilmiah berupa skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada World Wild Foundation (WWF) Jayapura yang telah memberikan bantuan dana, Balai Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke Propinsi Papua atas segala fasilitas dan keperluan yang dibutuhkan selama penelitian, serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan karya ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengelolaan dan kelestarian sumberdaya alam di hutan Indonesia, khususnya bagi pengelolaan dan kelestarian buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae).

Wa’alaikum salam wr. wb.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 16 Juli 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Jatma dan Ibu Antinah.

Pendidikan awal penulis dimulai dari SD Negeri Tegalaren II pada tahun 1992, kemudian dilanjutkan di SLTP Negeri I Jatiwangi pada tahun 1998. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri I Jatiwangi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan memilih Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, yakni sebagai anggota UKM Uni Konservasi Fauna (UKF), ketua Dept. Kewirausahaan & Sekretaris Umum (Sekum) DKM ‘Ibaadurrahmaan, Anggota Asean Forestry Student Association (AFSA), anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), staf Dept. Dalam Negeri Organisasi Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Majalengka di Bogor (HIMMAKA-Bogor), dan kepengurusan di Asrama Sylvasari. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Baturaden-Cilacap, KPH Banyumas Barat dan KPH Banyumas Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, dan Getas-Ngawi, KPH Ngawi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada tahun 2007. Pada tahun 2008 melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Wasur, Kab. Merauke, Papua. Di luar kampus, penulis menjadi ketua RT.09 RW.05 Desa Babakan, Kec. Dramaga, Kab. Bogor (2006-2007) dan fasilitator Penggalian dan Pengukuhan Kearifan Tradisional 4 Suku Tradisional di Taman Nasional Wasur, Kab. Merauke, Papua (2008). Selama kuliah penulis menerima beasiswa dari Yayasan Danamon Peduli.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Sebaran Spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae Schmidt, 1928) di Taman Nasional Wasur, di bimbing oleh Ir. Agus Priyono, MS. dan Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc.


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan bagi Nabi Muhammmad SAW yang telah membawa kita kepada jalan yang diridhoi-Nya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta (Bapak Jatma dan Ibu Antinah) dan adik tersayang (Rodiyah (Alm) & Ratna Dewi), yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dukungan, perhatian, kesabaran dan pengorbanannya, semoga Allah SWT membalas dengan surga-Nya, juga kepada “Neng Alit” yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan do’anya selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga besar di Tegalaren (‘Ma oyot Arsiti, Pa oyot Ratim (Alm), Wa Amah, Wa Mai, Ceu Yati, Mang Ading, Bi Icih, Jajang, Neng Teti dan kerabat yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu), keluarga besar di Koja (‘Ma oyot Aas, Pa oyot Konda (Alm), Wa Itok, Wa Utisah, Ceu Lela (Alm), ‘A Abil, Bi Uang, Mang Sadar, Iding, Nining, Dini, Bi Kasih, Mang Edi, Asep, Robi, Majid, Bi Ini, Mang Nana, Dede, Saroh dan kerabat yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu), Alm. Bapak Ustadz Drs. H. Nachrawi, dan Bapak Suhendy Casmita S.Pd atas motivasi, nasihat, dukungan dan do’anya sehingga penulis dapat kuliah di IPB. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan tersebut.

2. Bapak Ir. Agus Priyono, MS dan Bapak Dr. Ir. H. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc selaku dosen pembimbing atas segala pengarahan, bimbingan, nasihat, kesabaran, dan perhatiannya selama ini.

3. Bapak Dr. Ir. Bahruni, MS dari Departemen MNH dan Bapak Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc dari DHH selaku dosen penguji, atas semua saran, motivasi, nasihat dan dukungannya demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Tri Siswo Rahardjo, M.Si (Kepala Balai TN Wasur) atas ijin penelitian yang diberikan, saran dan bimbingannya selama di TN Wasur.


(20)

iv

5. Pak David (KSBTU TN Wasur) dan keluarga, staf kantor BTN Wasur (Kak Anes dan keluarga, Pak Asep beserta keluarga, Kak Herjan, Kak Alo, Kak Alwi, Kak Eki, Kak Sagala, Kak Yunus, Mas Wahono, Bu Rina, Bu Yeni, Mas Agung, Pak Manerep dan seterusnya), Pak Amin, Pak Zeth, Pak Arijan (Kepala SPTN I Agrindo), Pak Yarman (Kepala SPTN II Ndalir) dan Pak Mirino (Kepala SPTN III Wasur), atas bantuan, saran, dan kerjasamanya.

6. Para pejuang PEH TN Wasur (Kak Ferri cs), Polhut TN Wasur (Pak Markus Sombo cs), dan SPORC (Pak Badarudin cs), atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Kak La Hisa, Bapak dan Mama Marwan, serta Tete dan Nenek Apolinarius Mbanggu, atas rasa kekeluargaan, bantuan dan kerjasama selama kita bersama. Semoga suatu saat kita dapat bertemu kembali.

8. Yayasan Danamon Peduli dan Bank Danamon Tbk atas beasiswa yang diberikan dari awal sampai akhir selama kuliah di IPB. Semoga Allah SWT memberikan yang lebih baik.

9. Keluarga besar KSH 41 atas kekeluargaan, kebersamaan, kekompakan, “kenakalan” dan kerjasama. Semoga kita dapat berkumpul kembali tanggal 22 Februari 2020 mendatang, amiin. “KSH 41 memang berbeda ……

10.Keluarga besar Asrama Sylvasari IPB, khususnya angkatan 41 (Dwi, Puji, Febia, Aan, Heru, Yogi, Husein, Fahmi, Inama, Embang, Sulfan, Rendra, Adi, Patria, Tomi, Arief, Rio, Budiyanto, Edo, Adan, Sahab dan Yoga atas kekeluargaan, kerjasama, canda, tawa dan kebersamaannya.

11. Teman-teman seperjuangan di DKM ‘Ibaadurrahmaan, Uni Konservasi Fauna

(UKF), dan kelurahan Babakan, atas kerjasama, ilmu serta pengalaman yang berharga dan bermanfaat.

12.Alumni’98 SDN Tegalaren I, alumni’01 SLTPN I Jatiwangi, dan alumni SMUN I Jatiwangi tahun 2004 terutama kelas 2-6 dan 3 IPA 1, atas persahabatan dan kebersamaannya.

13. KPAP DKSHE (Bu Vivi, Bu Evan, But Titin, Bu Ratna, Bu Eti, Pak Acu, dan lainnya) atas bantuannya selama ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu mulai dari pencarian bahan, penyusunan proposal, kegiatan penelitian, seminar, sidang hingga penulisan skripsi ini.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae) ... 3

2.1.1 Klasifikasi ... 3

2.1.2 Biologi ... 4

2.1.3 Perilaku Buaya ... 4

2.1.4 Habitat dan Penyebaran ... 6

2.1.5 Gangguan Habitat ... 7

2.2 Sistem Informasi Geografi (SIG) ... 8

2.2.1 Definisi SIG ... 8

2.2.2 Komponen SIG ... 8

2.2.3 Cara Kerja SIG ... 10

2.2.4 Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Habitat ... 10

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 13

3.3.1 Jenis Data ... 13


(22)

vi

B. Data Sekunder ... 13 3.3.2 Prosedur Kerja ... 14 A. Kegiatan Pendahuluan ... 14 B. Kegiatan lapangan ... 14 1) Habitat ... 14 2) Sebaran Spasial ... 16 3) Interaksi Penduduk dengan Buaya dan Pengelolaan ... 17 C. Pengolahan Data ... 18 1. Pengolahan Data Habitat ... 18 2. Pengolahan Data Sebaran Spasial ... 18 3. Pengolahan Data Kearifan Tradisional Masyarakat,

Gangguan Habitat, dan Pengelolaan ... 20 3.4 Analisis Data ... 20 1) Kedalaman ... 20 2) Kecerahan Air ... 21 3) Bentuk Sebaran Spasial ... 21 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Lingkungan Fisik ... 23 4.1.1 Letak dan Luas Wilayah ... 23 4.1.2 Geologi dan Tanah ... 23 4.1.3 Topografi ... 24 4.1.4 Iklim ... 24 4.1.5 Hidrologi ... 25 4.2 Biologi ... 26 4.2.1 Formasi Vegetasi ... 26 4.2.2 Flora ... 27 4.2.3 Fauna ... 28 4.3 Kependudukan ... 30 4.4 Aksesibilitas ... 31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penutupan Lahan dan Sebaran Spasial ... 33 5.1.1 Penutupan Lahan ... 33


(23)

vii

5.1.2 Sebaran Spasial ... 36 A. Zona Hulu Danau Rawa Biru ... 36 B. Zona Tengah Danau Rawa Biru ... 37 C. Zona Hilir Danau Rawa Biru ... 38 5.1.3 Bentuk Sebaran Spasial ... 40 5.2 Habitat Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae) ... 40 5.2.1 Cover ... 40 A. Tempat Bersarang ... 41 B. Tempat Berjemur (Basking) ... 45 C. Tempat Berlindung ... 47 5.2.2 Perairan ... 48 A. Kualitas air (sifat kimia air) ... 49 B. Kondisi fisik perairan ... 50 5.2.3 Ketersediaan Makanan ... 52 5.3 Interaksi Penduduk dengan Buaya ... 54 5.3.1 Kearifan Tradisional Masyarakat ... 54 5.3.2 Gangguan Habitat ... 57 5.3.3 Ancaman Populasi ... 59 5.4 Pengelolaan ... 60 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 64 6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN ... 70


(24)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Metode pengukuran kondisi fisik perairan ... 15 2. Jumlah penduduk dan tingkat pendidikan masyarakat tiap kampung di

dalam kawasan Taman Nasional Wasur . ... 31 3. Jenis dan luas penutupan lahan di kawasan Taman Nasional Wasur .... 33 4. Analisis bentuk sebaran buaya di Danau Rawa Biru ... 40 5. Tempat berjemur buaya air tawar Irian di Danau Rawa Biru ... 45 6. Hasil analisis sampel air Danau Rawa Biru, Taman Nasional Wasur ... 49 7. Hasil pengukuran kedalaman dan kecerahan Danau Rawa Biru, Taman


(25)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian di Danau Rawa Biru TN Wasur ... 12 2. Metode Pengamatan Transek ... 17 3. Proses Pengolahan Data Spasial ... 19 4. Peta Penutupan Lahan Taman Nasional Wasur ... 35 5. Peta Zona Hulu Danau Rawa Biru ... 37 6. Peta Zona Tengah Danau Rawa Biru ... 38 7. Peta Zona Hilir Danau Rawa Biru ... 39 8. Tebu rawa (Hanguana malayana) dan rumput pisau (Pandanus sp) ... 41 9. (a) Sarang buaya air tawar Irianyang masih aktif dan (b) bekas cakaran

pada umbi tebu rawa (Hanguana malayana) di tempat induk menjaga sarang, di Danau Rawa Biru ... 42 10. Telur buaya air tawar Irianyang gagal menetas di sarang kedua ... 44 11. Tempat berjemur buaya air tawar Irian di Danau Rawa Biru (a) tampak

dari depan/di atas kole-kole dan (b) dari dekat ... 47 12. Anggota PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) Taman Nasional Wasur

sedang memilih pijakan untuk berjalan di umbi tebu rawa (Hanguana malayana) dan rumput pisau (Pandanus sp) ... 48 13. Profil kedalaman Danau Rawa Biru ... 52 14. (a) Perakaran rumput pisau (Pandanus sp) yang digunakan sebagai

tempat mijah udang batu (udang hitam) dan ikan kecil, dan (b) lumut di Danau Rawa Biru yang digunakan ikan sebagai tempat bermain dan mencari makan ... 53 15. (a) Tulang ikan Kakap Rawa (jejak makanan) dan (b) Kura-kura leher

panjang yang merupakan mangsa buaya air tawar Irian di Danau Rawa Biru ... 54 16. Kebun keladi (Thyponium sp.) di habitat buaya air tawar Iriandi Danau


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta Taman Nasional Wasur ... 71 2. Peta Pemukiman Masyarakat di Taman Nasional Wasur ... 72 3. Tabel koordinat ground check penutupan lahan di TN Wasur ... 73 4. Tabel Sarang Buaya Air Tawar Irian di Danau Rawa Biru ... 73 5. Peta Zonasi Lokasi Penelitian di Danau Rawa Biru, TN Wasur ... 74 6. Tally sheet Pengamatan Buaya Air Tawar Irian ... 75 7. Tabel Hasil Analisis Bentuk Sebaran Spasial ... 78 8. Foto Danau Rawa Biru ... 79 9. Foto (a) Ikan Kakap Rawa dan (b) Ikan Mujahir Rawa, Satwa Mangsa

Buaya Air Tawar Irian di Danau Rawa Biru ... 79 10. Foto Anakan Buaya Air Tawar Irian di Danau Rawa Biru ... 80 11. Foto Gangguan Habitat Oleh Manusia Berupa (a) Pemasangan Jaring

Buaya dan (b) Lalulintas Perahu Masyarakat ... 80 12. Akurasi Klasifikasi TN Wasur ... 81


(27)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia terdapat empat jenis buaya, yaitu buaya Sinyulong (Tomistoma schlegelii), buaya Siam (Crocodylus siamensis), buaya Muara (Crocodylus porosus), dan buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae). Keempat jenis buaya tersebut dilindungi berdasarkan PP. No.7 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa pemanfaatan semua jenis buaya di Indonesia harus seijin Menteri Kehutanan Indonesia (Kurniati 2002). Dua dari empat jenis buaya tersebut, yaitu buaya Muara dan buaya air tawar Irian berada di Propinsi Papua.

Buaya air tawar Irian merupakan jenis buaya yang hanya dapat dijumpai di perairan air tawar di Papua. Satwa ini merupakan salah satu satwa endemik Papua yang dilindungi berdasarkan SK. Mentan No.327/Kpts/Um/5/1978. Saat ini populasinya di alam mengalami penurunan. Akibat perburuan yang dilakukan masyarakat secara tradisional untuk dimanfaatkan, bahkan ada yang menjadikan perburuan buaya sebagai mata pencaharian. Selain itu perubahan status buaya air tawar Irian bersama dengan buaya Muaradari CITES Apendiks I menjadi CITES Apendiks II pada tahun 1990 dan SK Mentan yang menyatakan ranching sebagai strategi manajemen buaya menyebabkan pemanfaatan buaya untuk tujuan komersial banyak dilakukan, kondisi ini mengakibatkan status populasinya di alam dapat terancam punah (Kurniati 2002). Sementara itu data tentang habitat, populasi, dan sifat buaya air tawar Irian di Indonesia belum banyak diketahui. Kurangnya tenaga ahli tentang buaya air tawar Irian pun merupakan tantangan bagi usaha pembinaan maupun pemanfaatan jenis buaya tersebut sehingga dapat tetap lestari (Sandjojo 1982).

Merauke adalah salah satu kota di Papua yang terkenal dengan kerajinan kulit buayanya. Di kota ini terdapat banyak pengrajin dan penjual kerajinan kulit buaya. Mereka mendapatkan buaya dari wilayah Papua bagian atas (wilayah Memberamo) dan Kabupaten Merauke, terutama kawasan terdekat Kota Merauke. Adalah Danau Rawa Biru, danau terbesar di Taman Nasional Wasur dan merupakan salah satu habitat buaya air tawar Irian yang letaknya dekat dengan


(28)

2

Kota Merauke. Populasi buaya air tawar Irian di tempat ini terus mengalami penurunan, terjadi perburuan, sangat sedikit data habitat, dan belum diketahui persebarannya pada tiap bagian danau. Karena alasan tersebut maka dilakukanlah studi sebaran spasial dan karakteristik habitat buaya air tawar Irian di Taman Nasional Wasur yang diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam rangka konservasi jenis buaya air tawar Irian agar tetap lestari, terutama di Danau Rawa Biru.

1.2 Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik habitat buaya air tawar Irian di Danau Rawa Biru Kampung Rawa Biru SPTN Wilayah III Wasur Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke Propinsi Papua,

2. Mengidentifikasi sebaran spasial buaya air tawar Irian di Danau Rawa Biru Kampung Rawa Biru SPTN Wilayah III Wasur Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke Propinsi Papua berdasarkan pendekatan habitat dan gangguannya dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG).

1.3 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah menambah data dan informasi yang diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau data acuan untuk pengelolaan buaya air tawar Irian, terutama oleh pihak Balai Taman Nasional Wasur.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buaya Air Tawar Irian Crocodylus novaeguineae) 2.1.1 Klasifikasi

Menurut Direktorat Jenderal PHPA (1985) Indonesia memiliki 5 (lima) jenis buaya, antara lain :

1. Buaya Muara/Laut/Bekatak (Crocodylus porosus), terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Halmahera, dan Irian Jaya,

2. Buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae) terdapat di Irian Jaya, 3. Buaya Julung/Senyulong (Tomistoma schlegelii) terdapat di Sumatera dan

Kalimantan,

4. Buaya Siam (Crocodylus siamensis) terdapat pada air tawar di Pulau Jawa, dan

5. Buaya Muara (Crocodylus palustris) di Jawa.

Sedangkan Kurniati (2002) menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 4 (empat) jenis buaya, yaitu Tomistoma schlegelii, Crocodylus siamensis, Crocodylus novaeguineae dan Crocodylus porosus. Sedangkan di Papua khususnya di TN. Wasur terdapat hanya 2 jenis buaya, yaitu Crocodylus porosus dan Crocodylus novaeguineae.

Grzimek (1975) mengatakan klasifikasi dari buaya adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Vertebrata

Class : Reptilia

Ordo : Loricata atau Emidosauria

Famili : Crocodylidae

Subfamili : Crocodylinae Genus : Crocodylus

Spesies : Crocodylus novaeguineae Schmidt Crocodylus porosus Schneider Crocodylus palustris Lesson Crocodylus siamensis Schneider


(30)

4

2.1.2 Biologi

Secara umum buaya mempunyai ciri-ciri khas, yaitu termasuk binatang bertulang belakang (vertebrata), lubang dubur memanjang (longitudinal) dan bagian tubuh dilindungi oleh sisik yang berupa plat sisik dari zat tanduk pada bagian punggung. Kadang-kadang pada bagian perutnya disertai dengan sisik yang lebih kuat, mempunyai empat anggota badan, dan 2 (dua) kaki bagian depan dengan jari masing-masing 5 buah sedangkan 2 (dua) kaki bagian belakangnya masing-masing memiliki 4 (empat) jari dengan 3 (tiga) jari sebelah dalamnya berkuku. Ekornya sangat kuat dan panjang. Memiliki lubang-lubang dibagian anterior kepala, mata vertikal dan bagian telinganya dapat digerakan. Telur lonjong dan memanjang dengan kulit yang relatif keras. Untuk mengendalikan suhu tubuhnya, buaya selalu dapat beradaptasi dengan keadaan luar seperti cahaya matahari, air dan sebagainya (Fahutan IPB & PT. Inhutani II 1990).

Menurut Whitaker (1980) dalam Harto (2002), Crocodylus novaeguineae Schmidt merupakan satu-satunya spesies yang baru ditemukan oleh Schmidt pada tahun 1928 dan relatif tidak pernah dipelajari. Ciri-ciri spesies ini adalah mempunyai 4-6 sisik post occipital yang besar. Tonjolan tulang di sisi depan rongga matanya tidak menyolok, dua tonjolan ada di tengah-tengah antara mata dan ujung moncongnya. Sisik perut besar dengan jumlah sisik 23-27, rata-rata 25 baris. Sisik dorsal rata-rata 8 baris. Warna biasanya kelabu atau kuning pudar, kehijauan dan hitam. Buaya ini berwarna gelap sesuai dengan umur, seperti pada buaya tua kelihatan hitam pekat. Selain itu, Kurniati (2002) mengatakan bahwa Crocodylus novaeguineae memiliki warna coklat muda atau abu-abu kehitaman pada punggungnya dan perut berwarna kuning. Terdapat garis-garis tebal dan bercak-bercak pada punggung serta ekor yang berwarna hitam. Jumlah baris sisik leher di bagian tenggorokan 37, dan panjang dewasa jenis buaya ini dapat mencapai 4 meter.

2.1.3 Perilaku buaya

Buaya merupakan hewan ectotherms yang artinya mereka bergantung kepada sumber panas dari luar untuk mengatur temperatur tubuhnya. Pada pagi hari ketika sinar matahari sudah mulai muncul, sekitar pukul 07.15, buaya keluar


(31)

5

dari dalam sungai menuju ketepian untuk melakukan basking (berjemur). Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan suhu tubuhnya sehingga mencapai suhu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan normal dan untuk mengembalikan kalori yang hilang selama di dalam sungai pada malam harinya. Buaya umumnya membuka mulutnya sampai matahari terik sebagai mekanisme pendinginan untuk menjaga suhu tubuhnya. Kemudian buaya masuk kedalam semak-semak yang lembab atau kembali ke sungai dengan kondisi setengah tubuhnya terendam (Anonim 1986 dalam Izzudin 1989). Buaya di alam bersifat “secretive” (suka bersembunyi) dan jarang terlihat dalam kelompok. Pada sore hari buaya keluar untuk mencari makan dan pada malam hari turun ke sungai (berendam di dalam air) karena suhu air lebih tinggi (hangat) daripada di darat (Whitaker 1980 dalam Harto 2002).

Buaya menggunakan ekornya sebagai dayung saat berenang dan mampu berjalan bermil-mil tanpa memperlihatkan jejak kecuali tulang-tulang sisa dari mangsanya sepanjang tepi sungai. Di darat buaya bergerak sangat lamban, tetapi jika terancam dapat berlari dengan kecepatan tidak terduga. Buaya juga dapat bergerak cepat saat memburu mangsanya baik di darat maupun di air. Kelemahan buaya adalah bahwa buaya kesulitan dalam membelokkan badannya yang tidak fleksibel karena adanya tulang rusuk yang terletak diperutnya. Oleh sebab itu, cara termudah lepas dari kejaran buaya adalah dengan membelokkan badan berbalik arah (Harto 2002).

Semua buaya memperbanyak keturunannya dengan cara bertelur. Kopulasi dilakukan di dalam air yang didahului dengan perkelahian antara buaya jantan dengan betinanya dan hanya berlangsung beberapa menit pada siang hari. Sebelum bertelur buaya betina mempersiapkan tempat untuk bertelur yang letaknya tidak jauh dari tepi-tepi sungai yaitu dengan mengumpulkan ranting dan daun yang telah busuk. Setelah telur diletakkan di dalam lubang yang dibuatnya, kemudian buaya tersebut menimbun sarang dengan ranting dan daun yang busuk yang bercampur dengan lumpur. Setelah itu buaya betina menjaga sarangnya hingga telur-telurnya menetas selama tiga bulan, lalu membawa anak-anaknya ke dalam sungai (Anonim 1986 dalam Izzudin 1989).


(32)

6

2.1.4 Habitat dan penyebaran

Alikodra (2002) mengatakan bahwa komponen habitat yang terpenting untuk kehidupan satwa adalah makanan, air dan cover. Di alam, buaya menyukai lingkungan yang mempunyai ciri sebagai berikut :

1. Daerah rawa, baik rawa air payau maupun rawa air tawar, terutama daerah rawa yang terdapat banyak pohon penutup (nipah, pandan, dan lain-lain) yang dapat digunakan sebagai tempat bersembunyi terutama pada saat mengintai mangsanya sekaligus sebagai tempat berlindung.

2. Berada di daerah aliran air yang mempunyai arus tenang.

3. Di daerah danau-danau yang disekitarnya banyak ditumbuhi vegetasi.

4. Di muara (daerah pertemuan antara sungai dan laut) menjadi tempat favorit jenis buaya muara karena ketersediaan makanan yang cukup yaitu ikan yang banyak hidup di daerah ini.

Sebagai pembatas dari ruang pergerakan buaya adalah sifat biologis dari satwa tersebut. Daerah pergerakan terbatas pada kondisi habitat yang untuk masing-masing jenis dibatasi oleh tingkat salinitas perairan (Anonim 1986). Tingkat salinitas untuk buaya muara berkisar antara 0-35 per mill (Taylor 1979). Daerah lembab dengan sedikit sinar matahari merupakan daerah yang disukai buaya. Daerah seperti ini banyak ditemui di daerah tropis. Dalam kehidupan buaya, selain membutuhkan lingkungan seperti tersebut di atas, ternyata juga memerlukan tempat terbuka yang yang biasanya digunakan untuk berjemur. Pada umumnya buaya muara dapat hidup baik di air tawar maupun air asin, sedangkan buaya air tawar hanya bisa hidup di air tawar.

Kemampuan buaya hidup di air dan di darat memungkinkan buaya mendapatkan makanan yang beragam. Makanan anak buaya terdiri dari serangga dan ikan. Tumbuh semakin besar makanan buaya meningkat ke ikan besar, burung, ular, monyet dan mamalia lain serta bahkan manusia. Buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae) memiliki makanan utama berupa unggas-unggas air (Neil 1946 dalam Harto 2002).

Berdasarkan ketergantungan satwa terhadap air, maka buaya termasuk dalam “water animal’, artinya sangat tergantung pada adanya air. Air merupakan sebagian besar media hidup buaya. Perairan yang dihuni buaya dapat berupa


(33)

7

standing water (Lentic) ataupun Running water (Lotic) seperti sungai, rawa berair payau atau rawa air tawar.

Cover berfungsi sebagai tempat hidup, berkembang biak dan berlindung dari bahaya, bahkan dapat pula sebagai tempat mencari makan (Alikodra 2002). Pada buaya tempat hidupnya sebagian besar di air. Jika siang hari buaya berjemur di tepian sungai, di tempat terbuka. Tempat penelurannya terletak tidak jauh dari tepi sungai, biasanya berada di tepi parit kecil dan di daerah yang terbuka. Crocodylus novaeguineae merupakan jenis buaya yang hidup diperairan air tawar. Jenis yang satu ini suka bersembunyi (secretive) dan jarang kelihatan dalam kelompok. Pada waktu siang hari Crocodylus novaeguineae menghabiskan waktunya di dalam air. Buaya ini lebih senang daerah gelap dan menghindari panas, menggali terowongan dan bersembunyi. Pada musim kering mereka tampak bersama sekumpulan penyu di dalam lumpur (Britton 2000).

Disamping itu, buaya juga memerlukan tempat terbuka untuk berjemur. Khusus pada musim kemarau, dimana permukaan air surut, penyebaran buaya terkonsentrasi pada daerah-daerah yang relatif rendah (daerah genangan air), dan apabila musim penghujan dimana permukaan air naik, maka ruang gerak buaya akan lebih luas tersebar. Dinamika pergerakan tersebut masih memungkinkan sejauh dalam kondisi habitat.

Sifat fisik dan kimia perairan sangat berpengaruh terhadap jenis flora dan fauna yang hidup di dalam air. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tipe sungai, arus, kedalaman, kecerahan, suhu, pH, warna air, kadar gas terlarut dan kadar unsur-unsur terlarut dalam air (Sumawidjaja 1977). Perairan yang produktif dan ideal ada pada pH 6,5 – 8,5 dengan batas minimum O2 terlarut 2 mg/liter. Sedangkan untuk suhu berfluktuasi setiap harinya, tetapi fluktuasi yang disukai oleh ikan tidak lebih dari 2,8 oC dari suhu normal atau suhu rata-rata suatu perairan (Ricker 1973).

2.1.5 Gangguan habitat

Habitat buaya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik dapat berupa predasi atau pemangsaan, perburuan oleh manusia, ketersediaan makanan dan persaingan mendapatkan makanan.


(34)

8

Sedangkan faktor abiotik adalah suhu, pH, salinitas air, curah hujan, kerusakan habitat akibat eksploitasi hutan, ramainya lalu lintas sungai, pencemaran air dan tekanan penduduk (Anonim 1976).

Anak buaya yang baru menetas biasanya dimangsa oleh elang laut, burung enggang, musang, tikus, dan kura air tawar. Elang laut dapat membawa anak buaya yang berukuran 82 cm tanpa mengalami kesulitan. Predator buaya dewasa adalah harimau dan manusia (Grzimek 1975). Faktor terbesar yang menimbulkan gangguan habitat sehingga menurunkan populasi buaya air tawar Irian adalah adanya perburuan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, malahan ada yang menjadikannya sebagai mata pencaharian utama.

2.2 Sistem Informasi Geografi (SIG) 2.2.1 Definisi SIG

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem (berbasiskan komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasikan informasi-informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bersifat geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pengambilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran (Aronoff 1989 dalam Prahasta 2001).

Kelebihan SIG terutama berkaitan dengan kemampuannya dalam menggabungkan berbagai data yang berbeda struktur, format, dan tingkat ketepatan (Barus 1999). Sehingga memungkinkan integrasi berbagai disiplin keilmuan yang sangat diperlukan dalam penentuan pola penyebaran suatu satwa yang nantinya dapat menentukan sebaran spasial satwa tersebut dalam pada wilayah studi.

2.2.2 Komponen SIG

Menurut Lo (1995) Sistem Informasi Geografi (SIG) paling tidak terdiri dari subsistem pemprosesan, subsistem analisis data dan subsistem menggunakan informasi. Subsistem pemprosesan data mencakup pengambilan data, input dan


(35)

9

penyimpanan. Subsistem analisis data mencakup perbaikan, analisis data dan keluaran informasi dalam berbagai bentuk. Subsistem yang memakai informasi memungkinkan informasi relevan diterapkan pada suatu masalah.

Dalam rancangan SIG komponen input dan output data memiliki peranan dominan membentuk arsitektur suatu sistem. Hal tersebut penting untuk memahami kedalam prosedur yang dipakai dalam kaitannya dengan masalah input/output data, juga organisasi data dan pemprosesan data. Ada 3 kategori data secara luas untuk input pada suatu sistem, yaitu : Alfanumerik, Piktorial atau grafik dan data penginderaan jauh dari bentuk digital (Lo 1995).

Gistut (1994) dalam Prahasta (2001) SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain ditingkat fungsional dan jaringan. Sistem terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

1. Perangkat keras

SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC desktop, workstation, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik-karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC pun dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner.

2. Perangkat Lunak

SIG merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul sehingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing-masing dapat dieksekusi sendiri.

3. Data dan Informasi Geografi

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-Import-nya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara


(36)

10

mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

4. Manajemen

Suatu proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

2.2.3 Cara kerja SIG

SIG dapat mempresentasikan real world (dunia nyata) di atas monitor komputer yang kemudian mempresentasikan keatas kertas. Tetapi, SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibelitas daripada lembaran peta kertas. Obyek-obyek yang dipresentasikan diatas peta disebut unsur peta atau map features (contohnya taman, sungai, danau, kebun, jalan dan lain-lain). Peta yang ditampilkan bisa berupa titik, garis dan poligon serta juga menggunakan simbol-simbol grafis dan warna untuk membantu mengidentifikasi unsur-unsur berikut deskripsinya.

SIG menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-atribut basisdata. Kemudian, SIG membentuk dan menyimpannya dalam table-tabel. Setelah itu SIG menghubungkan unsur-unsur di atas dengan tabel-tabel bersangkutan. Dengan demikian, atribut-atribut dapat diakses melalui lokasi-lokasi unsur-unsur peta dan sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat diakses melalui atributnya. Karena itu, unsur itu bisa dicari dan dapat ditemukan berdasarkan atribut-atributnya.

SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atributnya di dalam satuan-satuan yang disebut layer. Sungai, bangunan, jalan, laut, batas-batas administratif, perkebunan, dan hutan merupakan contoh layer. Kumpulan layer tersebut membentuk basisdata SIG. Dengan demikian, perancangan basisdata merupakan hal yang esensial di dalam SIG. Rancangan basisdata akan menentukan efektifitas dan efisiensi proses-proses masukan, pengelolaan dan keluaran SIG (Prahasta 2001).

2.2.4 Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Habitat

Kendala/masalah utama dalam menjaga/melindungi (preserving) lingkungan global adalah bagaimana melindungi spesies tumbuhan dan satwa


(37)

11

langka hubungannya dengan keanekaragaman hayati dan pada waktu yang bersamaan kita juga harus mempertimbangkan kebutuhan lingkungan untuk manusia hidup. Identifikasi habitat satwaliar sangat diperlukan dalam rangka perlindungannya dan kemungkinan perluasan area habitat yang dibutuhkannya. Hal ini perlu untuk mengontrol kegiatan pembangunan yang sedang dilakukan dan sebaliknya mencegah spesies langka menjadi punah. Pertumbuhan populasi manusia pada dasarnya berpengaruh besar terhadap meningkatnya kemungkinan spesies langka tersebut punah karena dapat mempengaruhi kondisi lingkungan alam secara tiba-tiba.

Pemetaan kesesuaian habitat satwaliar (Wildlife habitat suitability mapping) merupakan suatu analisis hubungan komplek diantara beberapa variasi faktor lingkungan yang tersedia dalam bentuk geografis. Model kesesuaian habitat setiap spesies satwaliar yang menjadi spesies kunci (key spesies) suatu kawasan konservasi telah terlebih dahulu diidentifikasi. Setiap model membutuhkan data kondisi makanan dan tutupan vegetasi. Faktor lainnya yang diperlukan adalah tipe hutan, topografi, sumber air, jarak dari pusat kegiatan manusia (kota/desa), dan lain-lain. Analisis ini menjalankan setiap model dalam GIS dengan tujuan untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan yang sangat dan cukup sesuai sebagai habitat satwaliar kunci tersebut. Dalam sistem zonasi, studi/analisis ini sangat cocok dalam menentukan kawasan zona inti suatu taman nasional (Ayudi 2007).


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Danau Rawa Biru Kampung Rawa Biru SPTN Wilayah III Wasur Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke Propinsi Papua pada bulan April - Mei 2008 (musim hujan). Sedangkan untuk mengolah dan menganalisis data dilakukan di Lab. Analisis Spasial Lingkungan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB.


(39)

13

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan antara lain perangkat keras (hardware) terdiri dari PC Komputer, Printer, Scanner dan CD-R; perangkat lunak (software) terdiri dari Arc View 3.2, ERDAS Imagine 8.5, MS Office, dan Adobe Photoshop CS3; GPS (Global Positioning System) Garmin E-Trex Vista, kamera, perahu (kole-kole), senter, kompas, meteran, jaring ikan/jala, nephelometer, TDS Scan, botol sampel, hygrometer, pH paper, Tally sheet, secchi disk, termometer, stiker label, pelampung, dan alat tulis.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah peta rupa bumi Kabupaten Merauke, peta pemukiman Taman Nasional Wasur, peta penutupan lahan Taman Nasional Wasur, peta lokasi penelitian, formalin, dan alkohol.

3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Data yang digunakan terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

A. Data primer

Data primer merupakan data hasil pengukuran di lapangan. Data primer yang digunakan yaitu kondisi habitat yang terdiri dari cover, makanan, perairan, sebaran spasial. Data primer juga diperoleh melalui wawancara dengan pihak Balai Taman Nasional Wasur, masyarakat sekitar lokasi penelitian, BKSDA Kabupaten Merauke dan pengrajin kerajinan kulit buaya di kota Merauke.

B. Data sekunder

Merupakan data yang digunakan sebagai penunjang. Data ini diperoleh melalui studi pustaka (literatur) dan internet.


(40)

14

3.3.2 Prosedur Kerja A. Kegiatan Pendahuluan

1. Studi pustaka (literatur) dari buku dan skripsi di Perpustakaan LSI dan Fakultas Kehutanan IPB, LIPI, PIKA (Pusat Ilmu Konservasi Alam) Bogor, internet dan di Kantor Taman Nasional Wasur,

2. Menyiapkan data Citra Satelit Landsat 5 TM path/row 100/066 dari BTIC Biotrop Bogor dan peta rupa bumi Indonesia (RBI) dari Bapak Amin, staf Balai Taman Nasional Wasur,

3. Mengumpulkan informasi keberadaan, kondisi perburuan, dan habitat buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae) dari Balai Taman Nasional Wasur, masyarakat sekitar lokasi penelitian, BKSDA Kabupaten Merauke dan pengrajin kerajinan kulit buaya di Kota Merauke Propinsi Papua,

4. Melakukan orientasi lapangan dan konsultasi dengan pihak Balai Taman Nasional Wasur dan masyarakat yang ada di sekitar lokasi penelitian. Orientasi lapangan ini dilakukan sekaligus dengan PKLP (Praktek Kerja Lapang Profesi) yang dilakukan di tempat yang sama, yaitu Taman Nasional Wasur.

B. Kegiatan Lapangan 1) Habitat

Komponen habitat yang terpenting untuk kehidupan satwa adalah makanan, air dan cover (Alikodra 2002). Sehingga variabel habitat yang diambil harus mencakup ketiga unsur tersebut. Pengumpulan data habitat dilakukan dengan metode eksplorasi dan pengambilan sampel.

(a) Cover

Cover atau pelindung bagi buaya biasanya berupa vegetasi dan terdapat pada dua tempat, yaitu di darat dan di perairan. Untuk itu, pada variabel ini dilakukan pencatatan kedalam tally sheet berupa nama tumbuhan, jenis tumbuhan (tumbuhan bawah, semak atau pohon), dan jenis tumbuhan yang mendominasi disekitar lokasi ditemukannya buaya air tawar Irian. Pada variabel ini tidak dilakukan analisis vegetasi karena vegetasi yang ada disekitar Danau Rawa Biru


(41)

15

berupa rawa dengan vegetasi homogen dan kondisi yang tidak memungkinkan karena terapung di atas air danau dengan kedalaman sekitar 3 meter.

(b) Perairan

Sifat fisik dan kimia perairan sangat berpengaruh terhadap jenis flora dan fauna yang hidup di dalam air. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tipe sungai, arus, kedalaman, kecerahan, suhu, pH, warna air, kadar gas terlarut dan kadar unsur-unsur terlarut dalam air (Sumawidjaja 1997). Perairan yang produktif dan ideal memili pH 6,5 – 8,5 serta osigen terlarut lebih dari 2 mg/liter. Sedangkan untuk suhu berfluktuasi setiap harinya, tetapi fluktuasi yang disukai oleh ikan tidak lebih dari 2,8 oC dari suhu normal atau suhu rata-rata suatu perairan (Ricker 1973). Sehingga data perairan yang dipergunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Kualitas air (sifat kimia air)

Parameter kualitas air yang diukur meliputi : suhu, pH, padatan tersuspensi, dan daya hantar listrik (DHL). Untuk data padatan tersuspensi dan daya hantar listrik (DHL) diperoleh dari hasil analisa di laboratorium. Pengerjaan di lapangan adalah mengambil sample air dengan water sampler dan mengukur pH serta suhu disetiap lokasi ditemukannya buaya air tawar Irian maupun jejaknya.

2. Kondisi fisik perairan

Kondisi fisik danau yang diukur adalah sebagai berikut : Tabel 1 Metode pengukuran kondisi fisik perairan

No. Data Metode Peralatan yang digunakan

1 Tipe perairan Observasi -

2 Kedalaman Manual Balok kayu berskala dan bambu

3 Kecerahan Manual Secchi disk

4 Warna air Observasi -

5 Keliling danau Analisis Peta PC Komputer, perangkat lunak (software) terdiri dari Arc View 3.2, ERDAS Imagine 8.5, MS Office, dan Adobe Photoshop CS3 6 Luas badan air Analisis Peta PC Komputer, perangkat lunak (software)

terdiri dari Arc View 3.2, ERDAS Imagine 8.5, MS Office, dan Adobe Photoshop CS3


(42)

16

(c) Potensi/Ketersediaan Makanan

Buaya merupakan satwa karnivora, yaitu satwa pemakan daging. Makanan anak buaya terdiri dari serangga dan ikan. Tumbuh semakin besar makanan buaya meningkat ke ikan besar, burung, ular, monyet dan mamalia lain serta bahkan manusia. Buaya air tawar Irian memiliki makanan utama berupa unggas-unggas air (Neil 1946 dalam Harto 2002). Oleh karena itu, untuk ketersediaan makanan ini dilakukan pencatatan ke dalam tally sheet semua jenis satwa selain buaya air tawar Irian yang ditemui di lokasi penelitian. Data potensi yang diambil dalam penelitian meliputi jenis dan jumlah individu yang berhasil ditemukan saat pengamatan. Untuk ketersediaan makanan berupa ikan, dilakukan pemasangan jaring di sekitar lokasi ditemukan tempat berjemur dan sarangnya, serta di tempat yang tidak ditemukan jejak buaya sebagai bahan perbandingan yang kemudian dikaitkan dengan persebarannya.

2) Sebaran Spasial

Data sebaran spasial digunakan untuk mengetahui sebaran buaya air tawar Irian di tiap bagian Danau Rawa Biru. Data ini diambil menggunakan metode transek dan GPS, yaitu :

(1) Posisi atau koordinat perjumpaan dengan buaya air tawar Irian, sarang maupun tempat berjemurnya. Data koordinat ini diambil menggunakan GPS dengan mengeplotkan setiap titik atau koordinat tempat ditemukannya buaya air tawar Irian baik secara langsung, sarang maupun tempat berjemurnya. Data sebaran juga diambil menggunakan metode pengamatan berupa transect dengan metode VES (Visual Encounter Survey), yaitu dengan time search selama 2 jam bersih. Karena lokasi penelitian berbentuk danau, maka panjang jalur pengamatan merupakan keliling danau dengan titik awal dan titik akhir pengamatan sama. Tetapi karena luas danau yang menjadi lokasi penelitian sangat luas yaitu 85,188 ha, maka keliling danau dibagi menjadi 2 jalur. Jalur pertama yaitu dari zona tengah sampai zona hulu atau arah kali mati, dan jalur kedua dari zona tengah sampai zona hilir danau (bagian kepala danau). Pengamatan dilakukan dengan menyusuri semua bagian tepi atau keliling danau hingga


(43)

17

selesai pada pagi hari (pukul 07.00 – 10.00 WIT) ketika buaya berjemur dan sore hari (pukul 15.00-17.00 WIT) saat buaya mencari makan. Selain itu juga dilakukan pengamatan pada malam hari (pukul 19.00 – 21.00 WIT) disaat buaya berendam.

Gambar 2 Metode Pengamatan Transek

Titik akhir Titik awal (O)

Titik perjumpaan satwa

X Y

Ket. : X = Jarak titik perjumpaan dari titik O pengamatan (titik awal). Y = Jarak dari garis transek kekiri dan kekanan.

Jarak titik perjumpaan dari titik O pengamatan (titik awal) diperoleh dari data pergerakan yang tercantum di GPS. Sedangkan jarak dari garis transek kekiri dan kekanan diukur menggunakan meteran.

(2) Melakukan pencatatan kedalam tally sheet jumlah buaya yang dijumpai, (3) Mencatat ukuran panjang dan lebar tempat berjemur buaya air tawar Irian

yang dijumpai,

(4) Mencatat jarak sarang dari tepi perairan dan media yang digunakan dalam membuat sarang.

3) Interaksi Penduduk dengan Buaya dan Pengelolaan

Selain habitat dan sebaran spasial, data lainnya yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa interaksi penduduk dengan buaya yang berhubungan dengan kelestarian buaya di Danau Rawa Biru, gangguan habitat yang diakibatkan oleh pencemaran atau aktivitas manusia sehingga dianggap mempengaruhi eksistensi buaya air tawar Irian, dan pengelolaan yang telah dilakukan untuk kelestarian buaya air tawar Irian. Ketiga data tersebut diambil dengan menggunakan metode observasi dan wawancara.


(44)

18

C. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data Habitat a) Cover

Data yang didapat berupa jenis tumbuhan yang mendominasi habitat ditemukannya buaya air tawar Irian di Danau Rawa Biru dideskripsikan pengaruhnya terhadap keberadaan dan persebaran buaya di tiap bagian danau. Selain itu data ini dideskripsikan juga untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai cover oleh buaya air tawar Irian di Danau Rawa Biru. b) Perairan

Data perairan baik berupa sifat fisik maupun sifat kimia perairan yang berupa : suhu, pH, padatan tersuspensi, daya hantar listrik (DHL), kecerahan, dan warna air dideskripsikan pengaruh atau hubungannya dengan keberadaan buaya di Danau Rawa Biru.

c) Potensi/Ketersediaan Makanan

Dari jumlah dan jenis satwa selain buaya air tawar Irian atau potensi makanan yang berhasil dijumpai di lokasi penelitian dideskripsikan pengaruhnya terhadap keberadaan dan persebaran buaya air tawar irian di Danau Rawa Biru. Setelah itu dapat ditentukan jenis-jenis makanan buaya air tawar Irian yang terdapat di Danau Rawa Biru.

2. Pengolahan Data Sebaran Spasial

1). Posisi atau koordinat perjumpaan buaya. Data ini dipadukan dengan data spasial (overlay), kemudian dibuat peta sebaran spasial buaya air tawar Irian di tiap bagian Danau Rawa Biru,

2). Ukuran/dimensi sarang dan tempat berjemur serta jarak dari tepi perairan atau badan air dideskripsikan untuk mengetahui karakteristik buaya air tawar Irian, 3). Pengolahan Data spasial

Data spasial yang berupa peta rupa bumi Kabupaten Merauke, koordinat hasil penelitian, dan citra satelit landsat 5 TM dilakukan pengolahan dengan melakukan konvensi data tersebut sehingga dapat dibaca dan dilihat didalam software yang akan digunakan atau dijadikan peta digital. Data spasial yang diformat bisa berupa data format vektor dan data format raster. Data format vektor


(45)

19

berupa peta rupa bumi, sedangkan data format raster berupa citra satelit landsat 5 TM (path/row: 100/066) untuk wilayah Kabupaten Merauke.

Kegiatan – kegiatan dalam pengolahan data spasial atau pembuatan peta tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

 

Citra Satelit Landsat 5 TM Path/Row : 100/066, tanggal 2

Desember 2006

Peta RBI Kab. Merauke : ‐ Sungai *

Jalan *

‐ Batas Administrasi TN Wasur

‐ Desa

Klasifikasi Terbimbing

Koreksi *

- Data habitat buaya -Data gangguan habitat -Data potensi/ketersediaan

makanan

Titik koordinat (GPS) : - Sebaran buaya

- Sarang & tempat

berjemur

- Satwa selain buaya - Gangguan habitat - Jenis-jenis Vegetasi *

Gambar 3 Proses Pengolahan Data Spasial. Overlay

*

Peta Taman Nasional wasur Peta Zonasi Lokasi Penelitian

Peta Penutupan Lahan TN Wasur Wasur Peta Zona Hulu Danau Rawa Biru

Peta Pemukiman Masyarakat Peta Zona Tengah Danau Rawa Biru


(46)

20

3. Pengolahan Data Kearifan Tradisional Masyarakat, Gangguan Habitat, dan Pengelolaan

Kearifan tradisional masyarakat yang berhubungan dengan kelestarian buaya air tawar Irian dideskripsikan kemudian dilihat apakah masih dipegang teguh atau tidak sehingga dapat menyebabkan gangguan bagi kelestarian buayadi danau rawa Biru. Jenis gangguan di Danau rawa Biru baik yang bersifat alami atau akibat aktivitas manusia dideskripsikan sehingga berkaitan dengan persebaran dan keberadaan buaya air tawar Irian di tiap bagian danau dan dapat menjelaskan tentang jenis-jenis gangguan yang telah dan sedang terjadi di Danau Rawa Biru. Sedangkan pengelolaan yang ada dideskripsikan juga, sehingga dapat dilihat apakah pengelolaan yang telah ada tersebut telah optimal ataukah belum bagi kelestarian buaya air tawar Irian di Danau Rawa Biru.

3.4 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1). Kedalaman ( )

Kedalaman diukur dengan membagi lebar danau menjadi beberapa titik pengukuran yang sama jaraknya, minimal 3 titik pengukuran yaitu pada bagian sisi kanan, tengah dan sisi kiri danau. Setelah itu hasil dari pengukuran tadi dijumlahkan lalu dibagi dengan banyaknya titik pengukuran lebar danau, seperti rumus di bawah ini. Hasil selanjutnya yaitu disebut kedalaman rata-rata, dan data inilah yang nantinya digunakan.

Keterangan :

= d1 + d2 + d3 3

D = Kedalaman rata-rata

d1 = Kedalaman pada titik pengukuran ke-1 d2 = Kedalaman pada titik pengukuran ke-2 d3 = Kedalaman pada titik pengukuran ke-3


(47)

21

2). Kecerahan air

Kecerahan air memiliki korelasi yang sejalan dengan tingkat pencemaran air. Air yang tercemar akan memiliki kecerahan yang kecil karena mengandung banyak zat terlarut sehingga air menjadi lebih gelap. Sedangkan air yang masih baik akan memiliki tingkat kecerahan air yang tinggi. Kecerahan air ini diukur menggunakan secchi disk yang memiliki ukuran untuk tingkat kedalaman yang berhasil diukur, yaitu sebagai berikut :

Keterangan : L1 + L2

2 D L1 = Posisi Seechi disk masih terlihat L2 = Posisi Seechi disk tidak terlihat

= Kedalaman rata-rata D

3). Bentuk Sebaran Spasial

Sebaran spasial suatu komunitas dapat bernilai acak, homogen atau merata dan mengelompok atau agregat. Untuk menentukan bentuk sebaran buaya di Danau Rawa Biru, digunakan pendekatan beberapa indeks, yaitu rasio nilai tengah (μ) dan ragam (σ2), Indeks Dispersion (ID), Indeks of Clumping (IC), dan Indeks Green (IG). Indeks tersebut dinotasikan sebagai berikut :

a). Metode rasio ragam dan nilai tengah

Dilakukan dengan membandingkan nilai ragam dan nilai tengah hasil perhitungan.

Jika : σ2 = μ, maka pola sebaran acak σ2

> μ, maka pola sebaran mengelompok σ2

< μ, maka pola sebaran merata. b). Indeks Dispersion

S .

ID = X

Keterangan : S = keragaman contoh = rata-rata contoh X

Jika : ID = 1, maka satwa menyebar acak ID < 1, maka satwa menyebar homogen


(48)

22

c). Indeks of Clumping IC = ID-1

Keterangan : ID = Indeks Dispersion IC = Indeks of Clumping Jika : IC = 0, maka satwa menyebar acak

IC < 0, maka satwa menyebar homogen IC > 0, maka satwa menyebar kelompok d). Indeks Green

IC .

n-1 IG =

Keterangan : IG = Indeks Green IC = Indeks of Clumping Jika : IG ≤ 0, maka satwa menyebar acak


(49)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Lingkungan Fisik

4.1.1 Letak dan Luas Wilayah

Taman Nasional Wasur (TNW) berada di bagian tenggara pulau Irian Jaya dalam wilayah administratif Kabupaten Merauke Propinsi Papua. Secara geografis TNW berada dalam koordinat 140° 29' - 141° 00' BT dan 08° 04' - 09° 07' LS.

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997, luas Taman Nasional Wasur (TNW) ± 413.810 Ha. Batas-batas kawasan TNW tersebut adalah sebagai berikut :

Sebelah barat : Kota Merauke Sebelah Utara : Sungai Maro

Sebelah Timur : Perbatasan NKRI – Papua New Guineae Sebelah Selatan : Laut Arafura

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 1 Peta Taman Nasional Wasur.

Danau Rawa Biru merupakan danau terbesar di Taman Nasional Wasur. Menurut WWF, danau ini pada tahun 1997 memiliki luas badan air 100,2 ha. Danau ini dimanfaatkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Merauke untuk memenuhi kebutuhan air bersih di kota Merauke.

4.1.2 Geologi dan Tanah

Kawasan Taman Nasional Wasur berada pada dataran yang datar sampai bergelombang yang berasal dari dataran aluvial pleistosen tua (plato oriomo). Kawasan ini memiliki sedimen berlapis dengan batuan dasar kristalin. Sedimen-sedimen aluvial ini diperoleh dari erosi daerah dataran tinggi pada periode kuarter.

Secara umum jenis tanah di kawasan Taman Nasional Wasur adalah aluvial dan jenis lain yang merupakan hasil proses hidromorfik. Jenis tanah ini bertekstur halus, berlempung kuat dan lebih sering berada di bawah air pada musim hujan.


(50)

24

Di daerah dekat pasang surut pantai dan sungai, tanah menjadi lebih alkalin, namun semakin ke arah darat cenderung memiliki peningkatan kadar asam. Tanah di Desa Wasur dan Rawa Biru secara umum adalah gleisol yang dibentuk oleh tanah yang sangat muda dan berada diatas deposit aluvium yang masih baru.

Jenis tanah kambisol dan podsolik tersebar luas di daerah savana Nauclea-Baringtonia-Livistonia yang dicirikan oleh keberadaan sejumlah besar sarang-sarang rayap. Horison argilik yang berasosiasi terhadap impermeabilitasnya, meningkat pada saat banjir dimusim hujan, sedangkan pada musim kemarau akan semakin menurun dengan naiknya tanah pada lapisan kapiler sehingga mengakibatkan peningkatan kekeringan lapisan tanah bagian atas (BPKH Wilayah X 2006).

4.1.3 Topografi

Secara umum, Kawasan Taman Nasional Wasur dibagi menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai dan daerah berbukit yang bergelombang (plato) yang terbentang mulai dari pantai laut Arafura ke daerah Utara melalui dataran pantai yang rata dan agak bergelombang (kemiringan lereng kurang lebih 12°), serta dataran yang rata yang terpotong-potong oleh plato yang bergelombang dibagian Utara kawasan. Titik tertinggi terdapat di daerah Waam dengan tinggi hanya 90 meter dpl.

4.1.4 Iklim

Kawasan Taman Nasional Wasur memiliki iklim musiman (monsoon). Iklim tersebut dicirikan oleh dua musim utama, yaitu musim kering yang terjadi pada bulan Juni sampai November/Desember dan musim basah yang terjadi pada bulan Desember sampai Mei.

Temperatur bulan kering di kota Merauke dan sekitarnya berkisar antara 29°C sampai 33°C yang terjadi pada bulan Juni sampai Desember. Sedangkan temperatur bulan basah berkisar antara 22°C sampai 24°C yang terjadi pada bulan Januari sampai Mei.


(51)

25

Hari hujan rata-rata antara 3,5 hari pada bulan Oktober hingga 17,6 hari pada bulan Januari, hujan maksimum sekitar 6,5 mm pada bulan Agustus hingga 67,7 mm pada bulan Januari. Kelembaban rata-rata antara 76,8 mm pada bulan November hingga 84,2 mm pada bulan Maret. Curah hujan bervariasi antara 17,1 mm pada bulan Agustus hingga 275,7 mm pada bulan Januari. Kondisi iklim ini dapat memberikan gambaran bagaimana variasi yang cukup besar antara musim kemarau dan musim hujan.

4.1.5 Hidrologi

Kawasan TNW memiliki daerah potensi air permukaan yang cukup besar yaitu danau Rawa Biru dengan luas 12.570 ha, namun daerah permukaan bebas hanya 100.2 ha. Potensi air permukaan lainnya adalah sungai Maro, yang membatasi kawasan di bagian utara dan mengalir ke arah barat menuju laut Arafura serta sejumlah sungai kecil lainnya seperti misalnya sungai Yauram, Maar dan Torasi.sampai saat ini air danau Rawa Biru yang dialirkan ke kota Merauke rata-rata sebesar 40 liter per detik selama musim hujan dan 200 liter per detik selama musim kemarau. Daerah banjir di kawasan TNW biasa terjadi pada daerah dataran rendah bagian tenggara dengan periode banjir terpanjang 6 sampai 9 bulan.

Air permukaan tergantung pada keberadaan curah hujan dan kecepatan aliran air menuju pantai. Air permukaan dari curah hujan hanya cukup untuk beberapa waktu selama musim hujan dan sering kali menyebabkan banjir secara ekstensif. Pengaruh air yang mengalir secara sentripental ke depresi-depresi (cekungan), pada umumnya masih terlihat sampai kedalaman beberapa meter pada musim kering. Sungai Ndalir merupakan salah satu sumber air dalam suatu depresi, yang secara khusus dipergunakan oleh suku Marori. Selama musim kering, pada umumnya air terakumulasi pada daerah rawa, contoh yang terbesar adalah danau Rawa Biru dan pengecualian untuk sungai-sungai Maro, Wanggo dan Torasi (di perbatasan Papua Nugini), pada daerah ini tidak terdapat sungai di atau dekat kawasan yang permanen.

Secara umum, sumur-sumur dangkal dapat sebagai air minum yang cukup dengan kualitas yang memadai selama musim basah namun selama musim kering


(1)

TALLY SHEET PENGAMATAN MALAM

Jalur 1

Lokasi

: Danau Rawa Biru (arah kali mati)

Waktu

: Mulai

: 20.58 WIT

Hari/Tanggal

: Rabu, 14 Mei 2008

Akhir

: 23.10 WIT

Penyenter

: Kakek Apolinarius Mbanggu, La Hisa

Koordinat

: Awal

: S 08

o

40’ 35,4”

Pencatat

: Ajid Abdul Majid

E 140

o

51

16,1

Pengemudi

: Kakek Apolinaris Mbanggu, Tete apolinarius Mbanggu

Akhir

: S 08

o

39’ 22,0”

Suhu : Dry (udara)

: 26,5

o

C

E 140

o

53’ 25,9”

Wet (basah)

: 25,5

o

C

Kecepatan (V)

: 2,5 – 3,9 km/jam rata-rata : 3,2 km/jam

Kelembaban relative (RH) : 90%

Cuaca

: Gelap, bulan ½ purnama tetapi gelap ditutupi awan hitam, sampai mendung.

Catatan

:

Ditemukan 2 ekor anakan buaya air tawar Irian (Crocodylus novaeguineae).

Koordinat 

Jarak pengamat 

(meter)  Ukuran  ∑ 

Waktu  pertemuan 

Jarak dari titik awal 

(meter)  Keterangan 

08o 39’ 34,8”  08o 39’ 24,8” 

140 53 02,0  140 53 19,7 

2  0 

± 60 cm  32 cm 

1  1 

22.07 WIT  22.27 WIT 

3.920  4.556 

Posisi berendam  Posisi berendam 


(2)

TALLY SHEET PENGAMATAN MALAM

Jalur 2

Lokasi

: Danau Rawa Biru (arah kepala danau)

Waktu

: Mulai

: 20.15 WIT

Hari/Tanggal

: Kamis, 15 Mei 2008

Akhir

: 22.27 WIT

Penyenter

: Kakek Apolinarius Mbanggu, La Hisa

Koordinat

: Awal

: S 08

o

40’ 47,0”

Pencatat

: Ajid Abdul Majid

E 140

o

51

20,3

Pengemudi

: Kakek Apolinaris Mbanggu, Tete apolinarius Mbanggu

Akhir

: S 08

o

41’ 28,4”

Suhu : Dry (udara)

: 25,5

o

C

E 140

o

51’ 17,2”

Wet (basah)

: 25,5

o

C

Kecepatan (V)

: 3,5 – 3,9 km/jam rata-rata : 3,7 km/jam

Kelembaban relative (RH) : 92%

Cuaca

: Terang rembulan tanggal 19. Kondisi malam terang sehingga sinar senter mangalami bias.

Catatan

:

Tidak ditemukan buaya.

Koordinat 

Jarak pengamat  (meter) 

Ukuran  ∑  Waktu 

pertemuan 

Jarak dari titik awal  (meter)  Keterangan    ‐    ‐    ‐    ‐    ‐    ‐    ‐    ‐ 


(3)

Lampiran 7 Hasil Analisis Bentuk Sebaran Spasial

∑ Ind/plot (x)  ∑ Plot {f(x)}  x2  xf(x)  χ  X2f(x)  S2  ID  IC  IG 

0  1  0  0  2  0  8  4  3  3 

1  0  1  0       

       

       

       

       

0

2  0  4  0 0

3  0  9  0 0

4  1  16  4 16

  2 4 16

No.  Metode Analisis Data  Nilai  Ketentuan yang berlaku  Bentuk sebaran 

1  Rasio ragam dan nilai tengah  σ2=8, μ=2  σ2 > μ  Kelompok 

2  Indeks Dispersion (ID)  ID=4  ID > 1  Kelompok 

3  Indeks of Clumping (IC)  IC=3  IC > 0  Kelompok 


(4)

Lampiran 8 Foto Danau Rawa Biru

Lampiran 9 Foto (a) Ikan Kakap Rawa dan (b) Ikan Mujahir Rawa, Satwa

Mangsa Buaya Air Tawar Irian di Danau Rawa Biru

a b


(5)

Lampiran 10 Foto Anakan Buaya Air Tawar Irian di Danau Rawa Biru

Foto by : Ajid Abdul M

Lampiran 11 Foto Gangguan Habitat Oleh Manusia Berupa (a) Pemasangan

Jaring Buaya dan (b) Lalulintas Perahu Masyarakat

Foto by : Ajid Abdul M

a b


(6)

CLASSIFICATION ACCURACY ASSESSMENT REPORT ---

Image File : e:/klasifikasi_tnw.img User Name : ajid_abdul_majid Date : Sun Feb 01 18:10:38 2009 ACCURACY TOTALS

---

Class Reference Classified Number Producers Users Name Totals Totals Correct Accuracy Accuracy --- --- --- --- --- --- Tanpa data 0 0 0 --- ---

Awan 3 3 3 100.00% 100.00% Hutan dominan m 3 3 3 100.00% 100.00% Hutan mangrove 2 3 1 50.00% 33.33% Badan air aktua 3 2 2 66.67% 100.00% Savana 3 3 3 100.00% 100.00% Hutan riparian 4 3 2 50.00% 66.67% Hutan monsoon 3 3 3 100.00% 100.00% Padang rumput rawa 3 3 3 100.00% 100.00% Badan air poten 3 4 3 100.00% 75.00% Lahan terbuka/p emukiman 3 3 3 100.00% 100.00% Totals 30 30 26

Overall Classification Accuracy = 86.67%

--- End of Accuracy Totals --- KAPPA (K^) STATISTICS

---

Overall Kappa Statistics = 0.8519 Conditional Kappa for each Category. ---

Class Name Kappa --- --- Tanpa data 0.0000 Awan 1.0000 Hutan dominan melaleuca 1.0000 Hutan mangrove 0.2857 Badan air aktual 1.0000 Savana 1.0000 Hutan riparian 0.6154 Hutan monsoon 1.0000 Padang rumput rawa 1.0000 Badan air potensial 0.7222 Lahan terbuka/pemukiman/jalan 1.0000