Sulawesi dan Kalimantan. Harga beli rotan Batang dari agen penyedia rotan sekitar Rp. 10.800kg dan Rp. 11.600Kg, core rotan sekitar Rp. 14.500Kg, dan filtrit sekitar
Rp. 15.000Kg.
4.6 Proses Produksi Furniture Rotan di CV Chandra Rattan Cirebon
Proses produksi furniture di CV Chandra Rattan akan dimulai setelah adanya kesepakatan pembelian antara pihak perusahaan dengan pihak pembeli.
Pesanan akan suatu produk biasanya dapat dikirimkan pembeli melalui email atau langsung datang ke perusahaan. Dalam hal ini karyawan bagian pemasaran atau
marketing memiliki peranan yang penting untuk mendata jumlah dan jenis pesanan dari pembeli. Setelah pendataan pesanan lengkap, bagian pemasaran akan
mengeluarkan surat pemesanan yang akan diberikan kepada bagian produksi. Berdasarkan surat tersebut, bagian produksi akan mengeluarkan surat keputusan
produksi dan surat perintah kerja yang ditujukan untuk pengrajin rangka dan pengrajin anyam yang telah terikat kontrak kerja dengan perusahaan. Sebelum
mengeluarkan kontrak kerja biasanya pihak perusahaan dan pengrajin akan mengadakan kesepakatan tentang banyaknya barang yang akan dihasilkan biasanya
per kontainer, kriteria bahan baku yang dipakai, jenis bahan baku, banyaknya bahan baku yang diperlukan, dan harga beli produk dari pengrajin. Hal ini secara langsung
dapat mempermudah perusahaan dalam mengawasi penggunaan bahan baku. Setelah memperoleh surat perintah kerja, para pengrajin akan mengambil bahan baku rotan
dari agen penyedia rotan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan memulai proses produksi rangka dan anyaman. Dalam memilih bahan baku biasanya para pengrajin
akan lebih teliti dalam mengamati penampilan fisik dan warna rotan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan produk furniture rotan yang akan
dihasilkan. Selain itu pihak pembeli juga menginginkan bahan bahan baku yang benar-benar berkualitas. Pada rotan yang baik biasanya tidak dijumpai kerusakan
berupa lubang akibat aktivitas serangga perusak dan warna rotan biasanya putih kemerahan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, proses pembuatan rangka rotan di pengrajin akan melalui beberapa tahapan. Pada proses awal rotan akan diberi
perlakuan steam pemanasan di dalam suatu tabung alumunium berbentuk silinder memanjang selama 1,5 jam. Tabung steam pemanasan dapat memuat sebanyak 60
batang rotan berdiameter 26-28 mm untuk sekali pemanasan. Proses pemanasan ini dilakukan dengan uap panas yang dihasilkan dari proses perebusan air yang
dihubungan dengan tungku pembakaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan pengrajin dalam membentuk rotan sesuai dengan rancangan bentuk produk yang akan
dihasilkan karena biasanya rotan akan menjadi lebih lentur. Setelah proses pemanasan, rotan akan dikeluarkan dari dalam tabung dan mulai dibentuk dengan
menggunakan alat tertentu catok. Komponen yang sudah dibentuk tersebut kemudian akan disambungkan atau disatukan dengan menggunakan paku sehingga
terbentuk rangka utama. Bekas sambungan antar komponen pada rangka biasanya akan ditutupi dengan kulit rotan yang tipis sehingga akan tampak lebih rapi. Kegiatan
ini disebut dengan proses ikat. Pada tahapan akhir akan dilakukan proses dekor yaitu kegiatan penambahan beberapa komponen kecil pada rangka utama sehingga rangka
terlihat menarik dan bernilai artistik. Proses dekor ini disesuaikan dengan gambar rancangan produk yang telah dibuat oleh perusahaan. Setelah itu produk akan
diperiksa kelayakannya oleh mandor QC sebelum diangkut ke perusahaan.
Gambar 2. Alat steam Gambar 3. Proses pembentukan rotan
Gambar 4. Proses perakitan komponen Gambar 5. Proses ikat
Gambar 6. Proses Dekor Gambar 7. Produk siap diangkut ke perusahaan
Tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan anyaman rotan tidak terlalu rumit seperti pembuatan rangka rotan. Dalam pembuatan anyaman diperlukan
keterampilan, ketelitian, dan kesabaran pengrajin sehingga dihasilkan anyaman yang baik dan bernilai seni. Bahan baku yang biasanya dipakai dalam pembuatan anyaman
yaitu filtrit dengan ketebalan 3 mm. Kegiatan awal yang dilakukan adalah memotong filtrit untuk membentuk rangkaian anyaman dasar yang akan dilekatkan pada bagian
rangka. Rangkaian anyaman dasar tersebut akan ditempelkan dengan menggunakan paku. Setelah dasar anyaman terbentuk, filtrit akan dianyam secara berselang-seling
dan bergantian hingga terbentuk suatu anyaman. Produk anyaman yang sudah jadi akan diperiksa kelayakannya oleh mandor anyam. Hal-hal yang diperhatikan antara
lain kerapihan dan kekuatan anyaman. Setelah dinyatakan layak, produk anyaman tersebut akan diangkut ke perusahaan untuk diproses lebih lanjut.
Gambar 8. Proses penganyaman
Produk furniture yang telah selesai dikerjakan oleh pengrajin akan memasuki tahap finishing yang akan dilakukan di perusahaan. Sebelum dilakukan pewarnaan,
produk furniture rotan akan diservis dasar terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan kecil yang terdapat pada produk yang mungkin timbul pada
saat pengangkutan dari pengrajin ke pabrik. kemudian dilakukan kegiatan cabut bulu yang bertujuan untuk menghilangkan bulu-bulu halus yang terdapat pada anyaman
rotan dengan menggunakan kompor. Kegiatan ini dilakukan sebentar saja sampai bulu-bulu halus hilang. Lalu dilanjutkan dengan proses amplas dasar yang biasanya
menggunakan amplas kasar. Setelah melalui proses amplas dasar, produk furniture akan diperiksa lagi oleh mandor amplas QC. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
melihat tingkat kehalusan permukaan produk furniture. Tahapan awal pada proses finishing adalah memberi warna dasar pada
produk dengan menggunakan cat dasar dan dilanjutkan dengan pemberian sanding sealer. Setelah itu produk dibiarkan sampai benar-benar kering. Produk yang masih
kurang baik penampilan warnanya akan diamplas kembali. Pengamplasan kembali biasanya terjadi pada produk anyaman karena sering terdapat penumpukan cat pada
bagian sisi-sisi anyaman sehingga penyebaran warna produk tidak merata. Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan amplas kasar untuk mengurangi
gumpalan cat pada sisi anyaman, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan amplas halus atau amplas bekas yang bertujuan untuk menghaluskan kembali permukaan
anyaman sehingga kelihatan lebih baik. Setelah itu produk furniture akan diwarnai kembali dan diberi top coat ditahap akhir. Proses pewarnaan sangat berperan dalam
menentukan penampilan produk. Kegiatan finishing dilakukan dengan menggunakan spray gun agar penyebaran warnanya lebih merata dan bersifat lebih ekonomis.
Kemudian produk akan dikeringkan kembali dengan menggunakan sinar matahari. Lama pengeringan tergantung pada teriknya sinar matahari. Setelah kondisi cat benar-
benar kering akan dilakukan quality control untuk memastikan kelayakan kualitas finishing. Jika pewarnaan pada bagian tertentu masih belum sempurna, maka akan
dilakukan pengecatan pada bagian yang kurang pada service akhir.
Gambar9. Proses service dasar Gambar 10. Proses cabut bulu
Gambar 11. Proses amplas dasar Gambar 12. Proses amplas setelah cat awal
Setelah proses finishing selesai biasanya akan dilakukan pemasangan aksesoris furniture bagi produk yang memerlukan tambahan aksesoris dan akan
diperiksa kembali kelengkapannya oleh mandor seleksi barang QC. Kemudian produk furniture akan diberi label yang berasal dari buyer. Setelah itu produk siap
untuk dipacking dan cara pengepakan biasanya disesuaikan dengan permintaan pembeli.
Cara pengepakan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pengepakan hanya dengan single face dan pengepakan dengan menggunakan single face dan box.
Pengepakan dengan menggunakan single face memiliki keunggulan yaitu biayanya lebih murah dan bisa muat lebih banyak pada saat penyusunan di container, tetapi
kelemahannya barang tidak terlalu terlindungi sewaktu pengangkutan dan waktu muat lebih lama karena pengaturan produknya harus tepat untuk mengurangi resiko
kerusakan produk. Sedangkan keunggulan pengepakan dengan box yaitu produk lebih terlindungi dari benturan sewaktu pengangkutan, proses muat ke dalam container
lebih cepat, tetapi kelemahannya biaya pengepakan lebih mahal. Proses pengepakan untuk produk Bahama biasanya memakai single face dan box, sedangkan untuk
produk Agent pengepakan hanya menggunakan single face saja. Hasil pengepakan akan diperiksa oleh mandor packing, yang bertujuan untuk memastikan kondisi
pengepakan sudah sesuai dan aman bagi produk furniture sehingga mengurangi resiko kerusakan produk.
Untuk pengiriman barang ke konsumen, pihak perusahaan biasanya memakai jasa sewa kontainer. Kontainer yang dipakai untuk proses pengiriman barang
memiliki kapasitas 40 feet. Dalam satu kontainer dapat memuat sebanyak 60 set produk Bahama yang terdiri dari 60 unit kursi double, 120 unit kursi single, dan 60
unit meja. Sementara itu untuk produk Agent dapat memuat sebanyak 570 setkontainer yang terdiri dari 570 unit kursi dan 570 unit meja. Proses pengiriman
barang kepada konsumen di luar negeri biasanya dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Periok di Jakarta. Perusahaan memiliki tangggung jawab penuh mulai dari
proses produksi barang, proses pengepakan barang sesuai dengan permintaan konsumen, proses pengangkutan barang, dan pengurusan proses pengiriman barang
yang menyangkut administrasi pengiriman pada saat di Tanjung Periok.
Gambar 13. Proses service akhir Gambar 14. Proses pengepakan
4. 7 Jenis Produk
CV Chandra Rattan Cirebon merupakan salah satu perusahaan furniture di Cirebon yang memiliki orientasi ekspor. Produk-produk furniture yang dihasilkan
tentu saja bervariasi sesuai dengan pesanan konsumennya sehingga jenis bahan baku yang digunakan juga bervariasi. Jenis-jenis produk berdasarkan bahan bakunya dapat
dibedakan atas tujuh jenis yaitu Furniture Rattan, Furniture Rattan Wood, Furniture Rattan Iron, Furniture Rattan Seagrass, Furniture Rattan Abacca, Furniture Rattan
Water Hyacinth, dan Basketware. Produk yang paling dominan diminati oleh konsumen dari jenis Furniture Rattan yaitu Bahama dan Agent. Produk-produk
tersebut dipasarkan ke Jepang, Singapura, Australia, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa.
Gambar 15. Produk Bahama Gambar 16. Produk Agent
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN