Pada penelitian Rury 2007 dapat dilihat adanya hubungan kerjasama antara perusahaan dengan pengrajin, sehingga analisis biaya yang dihitung dibedakan atas
analisis biaya pada pengrajin dan analisis biaya pada perusahaan. Pengrajin yang dipakai perusahaan dibedakan atas dua bagian, yaitu pengrajin rangka dan pengrajin
anyaman. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengrajin terdiri dari biaya variabel, seperti biaya bahan penolong, upah kerja, dan transportasi berupa pembelian BBM,
sedangkan biaya tetapnya terdiri dari biaya depresiasi, bunga modal, pemeliharaan dan listrik. Biaya variabel merupakan pengeluaran terbesar pada pengrajin yaitu rata-
rata Rp. 20.490unit untuk pengrajin anyaman dan Rp. 42.470unit untuk pengrajin rangka. Perbedaan biaya variabel yang jauh diantara dua pengrajin tersebut
disebabkan karena pengrajin anyaman tidak membeli bahan baku. Sedangkan komponen biaya upah pada pengrajin anyaman lebih besar daripada pengrajin rangka
karena waktu pengerjaan setiap unit produk lebih lama dan mahal. Besarnya keuntungan yang diperoleh pengrajin anyaman rotan rata-rata Rp. 6.200unit
sedangkan untuk pengrajin rangka Rp. 5.550unit. Perbedaan keuntungan disebabkan karena pengrajin anyaman mengeluarkan biaya produksi yang tidak terlalu besar,
sedangkan pengrajin rangka mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar untuk membeli bahan baku. Jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh
perusahaan rata-rata Rp. 47.090unit maka keuntungan yang diperoleh pengrajin jauh lebih kecil. Hal ini terjadi karena pengrajin tidak memiliki kekuatan untuk
menentukan harga jual produknya kepada perusahaan. Adanya persaingan diantara pengrajin dalam mendapatkan order membuat kecenderungan harga jual produk
semakin turun.
2.8 Harga Pokok
Harga pokok adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk produksi suatu barang atau jasa selama periode yang bersangkutan Kuswadi 2005. Perusahaan
harus mengetahui harga pokok dari barang yang dihasilkan untuk mengetahui nilai persediaan harga pokok penjualan dan profitabilitas. Konsep harga pokok dapat
dibedakan atas harga pokok historis dan harga pokok normatif. Harga pokok historis
adalah jumlah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang ditambah biaya lainnya sehingga barang tersebut berada di pasar. Sedangkan harga
pokok normatif adalah jumlah total biaya yang seharusnya dikeluarkan ditambah biaya lainnya sehingga barang tersebut berada di pasar. Dalam penetapan harga
pokok suatu produk, perusahaan lebih cenderung menganut teori harga pokok normatif.
2.9 Analisis Break Even Point BEP
Dalam menjalankan usaha dibutuhkan perencanaan yang terkait erat dalam proses pengambilan keputusan. Banyak metode yang dapat digunakan untuk
membantu proses pengambilan keputusan tersebut. Salah satu metode kuantitatif yang banyak digunakan adalah Break Even Analysis. Nugroho 2002 mendefenisikan
Break Even sebagai suatu kondisi dimana suatu usaha tidak memperoleh keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian atau suatu kondisi yang impas seimbang antara
penerimaan dan biaya-biaya. Dengan demikian konsep Break Even Point dapat diartikan sebagai suatu konsep untuk menganalisis suatu keputusan dengan
pendekatan biaya sama break even atau titik impas break even point.
2.10 Analisis Profitabilitas
Profitabilitas atau rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada, seperti
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dapat dilihat dari nilai ROI yang
dihasilkan. Semakin besar nilai ROI, maka semakin besar pula laba bersih yang mampu dihasilkan oleh suatu perusahaan Kuswadi 2005.
Batasan yang secara umum digunakan untuk menilai kelayakan suatu usaha adalah Benefit Cost Ratio BCR, Internal Rate of Return IRR, dan Net Present
Value NPV. Suatu usaha akan dianggap layak apabila memiliki nilai BC ratio 1, nilai NPV positif, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan
Klemperer 1996.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober –November 2008,
bertempat di CV. Chandra Rattan Cirebon. Kota Cirebon dipilih sebagai tempat penilitian karena merupakan salah satu sentra produksi industri pengolahan rotan di
Indonesia.
3.2 Pengambilan dan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Kedua jenis data tersebut berupa data kualitatif dan kuantitatif. Adapun jenis, sumber, dan cara
pengambilan data disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis dan sumber data penelitian yang dikumpulkan
Jenis data Data yang diambil
Cara pengumpulan Sumber data
Primer Proses produksi serta peralatan
yang digunakan Harga jual produk
Produktivitas mesin Kebutuhan waktu tiap proses
produksi Jenis dan jumlah unit sumber
daya yang tersedia Besar upah kerja, jumlah
karyawan, dan waktu kerja Permintaan pasar dan volume
penjualan tiap bulan Tujuan pemasaran produk
Kebutuhan bahan baku, persediaan, dan harga beli
Wawancara dan pengamatan
Wawancara Pencatatan di lapangan
Pencatatan di lapangan Wawancara
Wawancara Wawancara
Wawancara Wawancara
Perusahaan dan pekerja
Perusahaan Perusahaan dan
pekerja Perusahaan dan
pekerja Perusahaan dan
pekerja Perusahaan dan
pekerja Perusahaan
Perusahaan Perusahaan
Sekunder Data tentang gambaran umum
perusahaan Standar operasi alat
Laporan perusahaan Laporan perusahaan
Perusahaan Perusahaan