berpengalaman karena sangat menentukan bentuk, ukuran dimensi, dan proses selanjutnya.
d. Pre-finishing, Finishing, pengeringan, dan seleksi Pre-finishing terdiri dari beberapa tahapan yaitu amplas dasar, dempul, dan
pengomporan. Sedangkan pada kegiatan finishing terdiri dari pewarnaan, penyemprotan melamin sending sealer, amplas sending, penyemprotan melaine top
coat.
2.7 Biaya Produksi Furniture Rotan
Tujuan umum didirikannya suatu usaha atau industri adalah untuk memperoleh keuntungan. Selain itu memiliki tujuan yang bersifat sosial seperti
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk atau jasa tertentu. Dalam menjalankan kegiatan produksi,
perusahaan atau industri akan berhadapan dengan masalah biaya produksi. Garrison 1997 mengelompokkan biaya produksi menjadi dua, yaitu :
1. Biaya Tetap, adalah biaya yang tetap tidak berubah dalam jumlah totalnya, tanpa mempedulikan perubahan tingkat kegiatan usaha. Saat tingkat kegiatan naik dan
turun, jumlah total biaya tetap akan konstan. 2. Biaya Variabel, adalah biaya yang secara total berubah-ubah, berbanding lurus
dengan perubahan tingkat kegiatan usaha. Dalam arti nilai uang total biaya tersebut naik dan turun seiring dengan naik dan turunnya kegiatan usaha.
Komponen dari biaya variabel industri mebel rotan pada penelitian Widodo 1993 adalah biaya bahan baku, upah langsung, listrik, pemeliharaan alat, perbaikan
alat, biaya amplas mesin, biaya amplas tangan, dan biaya bahan bakar. Sedangkan komponen dari biaya tetap adalah biaya penyusutan, bunga modal, upah tidak
langsung, dan biaya overhead. Biaya bahan baku merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan dalam melakukan proses produksi sekitar 63,80 dari biaya total
produksi per bulan. Besarnya biaya produksi per unit Rp. 38.830 dan besarnya keuntungan Rp. 9.880unit.
Pada penelitian Rury 2007 dapat dilihat adanya hubungan kerjasama antara perusahaan dengan pengrajin, sehingga analisis biaya yang dihitung dibedakan atas
analisis biaya pada pengrajin dan analisis biaya pada perusahaan. Pengrajin yang dipakai perusahaan dibedakan atas dua bagian, yaitu pengrajin rangka dan pengrajin
anyaman. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengrajin terdiri dari biaya variabel, seperti biaya bahan penolong, upah kerja, dan transportasi berupa pembelian BBM,
sedangkan biaya tetapnya terdiri dari biaya depresiasi, bunga modal, pemeliharaan dan listrik. Biaya variabel merupakan pengeluaran terbesar pada pengrajin yaitu rata-
rata Rp. 20.490unit untuk pengrajin anyaman dan Rp. 42.470unit untuk pengrajin rangka. Perbedaan biaya variabel yang jauh diantara dua pengrajin tersebut
disebabkan karena pengrajin anyaman tidak membeli bahan baku. Sedangkan komponen biaya upah pada pengrajin anyaman lebih besar daripada pengrajin rangka
karena waktu pengerjaan setiap unit produk lebih lama dan mahal. Besarnya keuntungan yang diperoleh pengrajin anyaman rotan rata-rata Rp. 6.200unit
sedangkan untuk pengrajin rangka Rp. 5.550unit. Perbedaan keuntungan disebabkan karena pengrajin anyaman mengeluarkan biaya produksi yang tidak terlalu besar,
sedangkan pengrajin rangka mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar untuk membeli bahan baku. Jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh
perusahaan rata-rata Rp. 47.090unit maka keuntungan yang diperoleh pengrajin jauh lebih kecil. Hal ini terjadi karena pengrajin tidak memiliki kekuatan untuk
menentukan harga jual produknya kepada perusahaan. Adanya persaingan diantara pengrajin dalam mendapatkan order membuat kecenderungan harga jual produk
semakin turun.
2.8 Harga Pokok