normalisasi sungai ini dapat diukur dengan melakukan penilaian kerugian akibat banjir terlebih dahulu. Melalui hasil estimasi kerugian banjir tersebut nantinya
didapat prediksi penurunan kerugian apabila normalisasi S. Pesanggrahan berjalan dengan baik.
Besar kecilnya kerusakan akibat banjir yang dialami unit usaha tergantung dari seberapa besar antisipasi yang dilakukan pemilik unit usaha. Besarnya
tindakan antisipasi yang dilakukan pelaku usaha tergantung dari persepsi yang dimiliki terhadap risiko banjir Messner dan Meyer 2004. Pelaku usaha yang
memiliki persepsi yang tinggi terhadap risiko banjir, tentu melakukan banyak persiapan untuk mengantisipasi bahaya banjir dan sebaliknya.
Penilaian kerugian akibat banjir memiliki hubungan yang fungsional terhadap elemen yang berisiko, exposure indicators dan susceptibility indicators. Melalui
ketiga hubungan tersebut daat dilihat kedaan kerentanan terhadaap kerugian banjir unit usaha. Hasil mengenai keadaan kerentanan ini nantinya akan membantu
pengurangan kerugian banjir. Hubungan dan hasil analisis dari persepsi risiko banjir, penilaian kerusakan
akibat banjir dan analisis kerentanan banjir menghasilkan manfaat antisipasi kerugian banjir di masa mendatang dan gambaran kerentanan wilayah terhadap
bencana banjir. Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan untuk mengurangi risiko permasalahan banjir pada unit usaha. Pemerintah dapat
mengambil tindakan yang lebih sigap terhadap wilayah yang memiliki kerentanan tinggi dan memiliki banyak pertimbangan dalam mengurangi risiko banjir di masa
mendatang. Gambar 3.1 akan menjelaskan mengenai diagram alur berpikir penelitian.
Gambar 3.1 Diagram alur berpikir
Keterangan
Berkaitan langsung dengan
kegiatan penelitian
Tindak lanjut hasil penelitian
Banjir akibat luapan sungai yang rutin terjadi
Permasalahan kerugian banjir yang sulit diselesaikan pemerintah
Kerusakan langsung yang dialami unit usaha
Perlunya antisipasi peningkatan kerugian banjir di masa mendatang
mengidentifikasi persepsi pelaku
usaha terhadap risiko banjir
sungai mengestimasi
nilai ekonomi kerugian aktual
banjir sungai yang dialami
unit usaha mengananalisis
kerentanan banjir pada unit
usaha
Manfaat antisipasi kerugian banjir di masa mendatang gambaran kerentanan banjir pada unit usaha
Dasar kebijakan penanggulangan banjir untuk unit usaha
Analisis dreskriptif dan
korelasi Spearman
Stage damage curve
Stage damage function
memprediksi penurunan
kerugian banjir setelah
normalisasi S. Pesanggrahan
VI. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedoya Selatan Kecamatan Kebon Jeruk dan Kelurahan Rawa Buaya Kecamatan Cengkareng Kotamadya Jakarta
Barat Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena kedua lokasi tersebut merupakan daerah rawan banjir akibat luapan S.
Pesanggrahan. Proses pengambilan data primer dilakukan pada bulan April hingga
Mei 2013. 4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada
pelaku usaha di Kelurahan Kedoya Selatan dan Rawa Buaya. Data primer yang diambil meliputi karakteristik pelaku usaha yang menjadi sampel atau contoh,
persepsi terhadap dampak kerusakan banjir, dan nilai kerusakan struktural dan komponen isi, serta nilai kerugian terhadap penerimaan atau omzet dari masing-
masing pelaku usaha. Data sekunder digunakan untuk mengetahui kondisi wilayah, jumlah daerah
yang tergenang banjir, jumlah usaha atau pelaku usaha yang ada, dan jenis-jenis usaha yang ada di Kebon Jeruk Jakarta Barat. Data sekunder akan diperoleh dari
Badan Pusat Statistik BPS DKI Jakarta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD DKI Jakarta, dan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta. Data sekunder
juga diperoleh dari buku referensi, jurnal, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh perorangan, instansi, atau lembaga yang berkaitan dengan
topik dan lokasi penelitian.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan contoh dalam pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode multistage random sampling MRS. Jumlah responden
yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 unit usaha dari 97 populasi unit usaha. Responden merupakan pelaku usaha kecil yang terkena banjir luapan
S. Pesanggrahan pada tanggal 17-19 Januari 2013 di dua kelurahan tersebut. Unit
usaha yang menjadi objek penelitian ini adalah usaha mikro dengan tenga kerja kurang dari lima orang dan usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang
Patomo dan Soejoeno 2002
4.3.1 Multistage Random Sampling
Multistage Random Sampling merupakan bagian dari probability sampling.
Pemilihan elemen contoh pada MRS dilakukan secara bertahap Supranto 2008. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode ini umumnya dilakukan pada
populasi yang tersebar pada wilayah yang luas. MRS terlebih dulu mengambil sampel secara sengaja dari suatu area geografis tertentu, selanjutnya diambil
sampel berdasarkan sub set berikutnya. Tahap pertama yang dilakukan dalam memilih sampel adalah menentukan
kecamatan secara sengaja, yaitu Kecamatan Kebon Jeruk dan Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat, karena kedua wilayah tersebut merupakan kecamatan
yang mengalami banjir luapan S. Pesanggrahan di Jakarta Barat. Tahap kedua adalah memilih kelurahan yang mengalami banjir besar pada 17-19 Januari 2013
secara sengaja yaitu Kedoya Selatan dan Rawa Buaya. Tahap ketiga memilih RW yang paling rawan banjir secara sengaja yaitu RW 3 pada Kedoya Selatan serta
RW 6 dan RW 11 pada Rawa Buaya. Tahap keempat, di Kedoya Selatan dipilih RT yang terdapat unit usaha yaitu RT 2, 3, 4, 5, 8, 10, 11, 12, 13, dan 16,
sedangkan di Rawa Buaya dipilih jalan yang terdapat banyak unit usaha yaitu Jalan Cempaka Raya, Jalan Klingkit Raya, Jalan Suka Menanti, dan Jalan Pakis
Raya. Tahap kelima menghitung populasi unit usaha yang terdapa di tiap RT dan jalan yang sudah dipilih tersebut. Identifikasi dan perhitungan langssung
dilakukan untuk mengetahui populasi pelaku usaha karena data sekunder tidak tersedia. Hasil identifikasi diperoleh populasi sebanyak 97 unit usaha. Tahap
keenam responden dipilih dari 97 unit usaha di tiap RT dan jalan yang ada secara random
4.4 Metode dan Prosedur Analisis
Data hasil identifikasi persepsi pelaku usaha terhadap risiko, nilai ekonomi kerusakan struktural dan kerugian total akibat banjir sungai, serta analisis
kerentanan banjir unit usaha dianalisis secara kuantitatif. Detail mengenai kaitan antara tujuan, sumber, dan metode analisis data dijelaskan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Matriks metode analisis data No Tujuan Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
1 Mengidentifikasi persepsi pelaku
usaha terhadap risiko bahaya banjir sungai
Data primer mengenai persepsi
risiko banjir Analisis deskriptif
dan Analisis korelasi Spearman
2 Mengestimasi nilai ekonomi
kerusakan aktual banjir sungai Data primer
mengenai biaya kerusakan dan
perbaikan struktural, aset,
serta kerugian omzet
Analisis Linear Berganda dan Stage
Damage Function
3 Memprediksi penurunan
kerugian banjir setelah normalisasi S. Pesanggrahan
Data primer mengenai biaya
kerusakan dan perbaikan
struktural, aset, serta kerugian
omzet Analisis Linear
Berganda dan Stage Damage Function
4 Menganalisis kerentanan banjir
Data primer mengenai biaya
kerusakan dan perbaikan
struktural, aset, serta kerugian
omzet Stage Damage Curve
4.4.1 Analisis Persepsi Pelaku usaha terhadap Risiko Bahaya Banjir Sungai
Analisis persepsi unit usaha terhadap risiko bahaya banjir sungai dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh respon pelaku usaha mengenai risiko bahaya
banjir sungai di area usaha bisnis mereka. Data responden terkait analisis persepsi ini meliputi persepsi terhadap peluang terjadinya banjir di masa mendatang pada
area lokasi usaha PPTB, persepsi terhadap konsekuensi dari banjir yang akan datang PKBD, persepsi terhadap keinginan untuk melakukan upaya mitigasi
banjir PKMB, serta persepsi terhadap kebutuhan akan upaya penanggulangan banjir dari pemerintah PPBP.
Responden diminta untuk memilih satu dalam tujuh tingkat penilaian. Skala tingkat penilaian merupakan skala likert, yaitu jenis skala yang digunakan untuk
mengukur variabel penelitian fenomena sosial spesifik, seperti sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang Hasan 2002. Terdapat tujuh
tingkat skala yang dipilih responden, agar hasil persepsi yang didapat lebih spesifik. Tingkat pertama merupakan penilaian terendah dan tingkat ke tujuh
merupakan penilaian tertinggi Bubeck et al 2012. Tabel 4.2 akan menjelaskan tujuh tingkat penilaian dari masing-masing kelompok persepsi.
Tabel. 4.2 Tingkat penilaian kelompok persepsi
Tingkat Persepsi Terhadap Peluang Terjadinya
Banjir di Masa Mendatang PPTB Persepsi Terhadap Konsekuensi Dari Banjir yang
Akan Datang PKBD 1
2 3
4 5
6 7
Pasti tidak akan terjadi Sangat tidak mungkin akan terjadi
Tidak mungkin akan terjadi Netral
Kemungkinan akan terjadi Sangat mungkin akan terjadi
Pasti akan terjadi Tidak memiliki konsekuensi sama sekali
Sangat tidak mungkin memiliki konsekuensi Tidak mungkin memiliki konsekuensi
Netral Kemungkinan memiliki konsekuensi
Sangat mungkin memiliki konsekuensi Konsekuensi yang sangat tinggi
Tingkat Persepsi Terhadap Keinginan untuk
Melakukan Upaya Mitigasi Banjir PKMB
Persepsi Terhadap Kebutuhan Akan Upaya Penanggulangan Banjir dari Pemerintah PPBP
1 2
3 4
5 6
7 Tidak sama sekali
Sangat mungkin tidak Mungkin tidak
Netral Mungkin
Sangat mungkin Pasti
Tidak penting sama sekali Sangat tidak penting
Agak penting Netral
Mungkinan penting Penting
Sangat penting
4.4.1.1 Analisis Korelasi Spearman
Analisis korelasi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Besarnya hubungan satu
variabel dengan variabel lainnya akan dinyatakan dalam bentuk persen. Korelasi akan dinyatakan dalam bentuk r. Nilai r terbesar adalah 1 dan yang terkecil -1,
atau dapat ditulis - 1 ≤ r ≤ 1. Jika nilai r adalah 1 maka antar variabel memiliki
hubungan yang sempurna dan positif, sedangkan jika nilai r adalah -1 maka antar variabel memiliki hubungan yang sempurna dan negatif. Interpretasi dari nilai r
yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan pada Tabel 4.3 Usman dan Akbar 2003
Tabel 4.3. Interpretasi dari nilai r
R Interpretasi
0.01-0.2 0.21-0.4
0.41-0.6 0.61-0.8
0.81-0.99 1
Tidak berkorelasi Berkorelasi sangat rendah
Berkorelasi rendah Berkorelasi agak rendah
Berkorelasi cukup Berkorelasi tinggi
Berkorelasi sangat tinggi
Sumber: Usman dan Akbar 2003
Nilai r untuk menganalisis persepsi risiko pelaku usaha akan dihitung menggunakan rumus korelasi Spearman yaitu sebagai berikut:
r
s
=
∑
................................................................................4.1 di mana:
r
s
= nilai korelasi Spearman Rank
d
2
= selisih tiap pasang rank n
= jumlah pasang rank untuk Spearman 5 n 30
4.4.2 Estimasi Nilai Ekonomi Kerusakan dan Kerugian Langsung Unit Usaha Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan
Penelitian ini akan mengestimasi nilai ekonomi dari kerusakan banjir aktual, langsung dan berwujud. Model regresi linear berganda akan digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan yang dialami unit usaha di lokasi penelitian. Ada dua model yang akan dibuat, yaitu model Stage
Damage Function SDF dan model kerugian total.
Sebelum membentuk model regresi linear berganda, dibutuhkan data aktual hasil wawancara terstruktur dengan responden. Beberapa data yang dibutuhkan
adalaha nilai kerusakan struktural dan aset serta data kerugian omzet yang dialami unit usaha.
4.4.2.1 Cara Menghitung Nilai Kerusakan Struktural dan Aset Akibat Banjir
Data nilai kerusakan struktual dan aset akibat banjir didapat berdasarkan wawancara langsung dengan responden. Nilai kerusakan struktual dan aset
merupakan penjumlahan dari biaya kerusakan dan perbaikan struktural, aset isi bangunan, aset di luar bangunan, kendaraan, dan biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan untuk memperbaiki struktur bangunan dan aset yang dimiliki. Tabel