penilaian kerusakan banjir dilakukan terhadap tiga sektor yaitu sektor residensial, komersil, dan industri. Kerusakan yang diukur disebabkan oleh dua faktor yaitu
kedalaman dan durasi banjir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor bisnis atau usaha lebih banyak mengalami kerugian yang disebabkan rusaknya
aset atau properti usaha yang ada di dalam bangunan usaha.
2.4 Analisis Kerentanan Banjir Flood Vulnerability Analysis
Vulnerability didefisikan sebagai karakteristik yang menjelaskan potensi
kerusakan suatu sistem Messner dan Meyer 2004. Vulnerability dapat berupa kerentanan sosial budaya, fisik, ekonomi, dan lingkungan, yang dapat di
timbulkan oleh beragam penyebab BPBD 2012. Dalam kasus bencana banjir, jumlah aktual kerusakan banjir yang spesifik tergantung pada vulnerability dari
faktor sosio-ekonomi dan sistem ekologi yang terkena dampak. Sesuatu dapat dikatakan memiliki vulnerability yang tinggi bila memiliki risiko kerusakan yang
lebih besar. Dalam melakukan flood vulnerability analysis FVA diperlukan beberapa informasi mengenai indikator elemen yang berisiko mengalami
kerusakan element of risk, exposureindicators, dan indikator kerentanan susceptibility indicators. FVA akan mengidentifikasi hubungan penting antara
estimasi nilai kerusakan akibat banjir dengan indikator elemen yang berisiko, exposure
dan susceptibility characteristics Messner dan Meyer 2004.
2.4.1 Indikator Elemen Risiko
Elemen yang menjadi pokok bahasan FVA adalah elemen yang berisiko dirugikan oleh peristiwa banjir. Indikator elemen risiko akan menentukan jumlah
unit sosial, ekonomi, ekologi ataupun sistem yang memiliki risiko terkena dampak. Contoh indikator elemen risiko yang dimaksud adalah manusia, rumah
tangga, perusahaan-perusahaan, produksi ekonomi, gedung-gedung publik atau swasta, infrastruktur publik, aset budaya, spesies ekologi, dan pemandangan alam
yang terletak di daerah berbahaya. Informasi jumlah elemen yang berisiko terkena dampak banjir dapat
digunakan untuk memperkirakan kerusakan dalam satuan moneter dan non moneter. Setiap elemen risiko sangat bergantung terhadap exposure indicators dan
susceptibility indicators. Ketiga hal ini juga memiliki kontribusi dalam analisis
kerentanan banjir Messner dan Meyer 2004.
2.4.2 Exposure Indicators
Exposure Indicators dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama
menjelaskan berbagai jenis exposure yang membedakan tiap elemen yang berisiko. Kategori ini memberikan informasi mengenai letak lokasi berbagai
elemen yang berisiko, ketinggian daerah, jarak dengan sungai, frekuensi terjadinya banjir, dan lainnya. Kategori kedua terfokus pada karakteristik umum
banjir, seperti durasi banjir, kecepatan banjir, sedimentasi, dan kedalaman genangan. Intinya, exposure indicators penting untuk memberikan informasi
spesifik mengenai ancaman berbahaya bagi elemen yang berisiko. Hubungan antara perkiraan kerusakan dengan exposure indicator dalam sebuah grafik akan
membentuk suatu slope positif. Sebagai contoh exposure indicator yang dipilih adalah kedalaman banjir. Slope positif menunjukkan bahwa kedalam banjir yang
semakin meningkat akan menyebabkan dugaan kerugian yang semakin meningkat pula Messner dan Meyer 2004. Grafik dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.4.3 Susceptibility Indicators
Susceptibility indicators mengukur seberapa sensitif elemen yang berisiko
bertahan ketika berhadapan dengan bahaya. Indikator yang dimaksud terkait kerentanan dalam bentuk sosial, ekonomi, ekologi, atau unit sistem yang terkena
dampak. Dalam hal sosial ekonomi, memberikan informasi dampak ketinggian genangan dan durasi banjir terhadap bangunan. Sebagai contoh, bangunan yang
terbuat dari kayu tentu jauh lebih rentan dari pada bangunan permanen. Bangunan yang hanya satu lantai tentu memiliki risiko kerusakan yang lebih besar
dibandingkan dengan bangunan yang terdiri dari beberapa tingkat. Kemampuan sosial masyarakat menanggapi bencana banjir juga termasuk
dalam informasi dalam susceptibility indicator. Kemampuan yang dimaksud adalah kesiapan masyarakat dalam menghadapi bahaya banjir, kemampuan
masyarakat dalam mengatasi dampak banjir, dan kemampuan masyarakat dalam memulihkan kembali dampak yang dirasakan ke kondisi semula. Dalam hal
ketahanan ekologi mengacu pada kemampuan dalam menghadapi gangguan