Metode dan Prosedur Analisis

4.4 akan menjelaskan secara rinci data nilai kerusakan struktural dan aset akibat banjir yang ditanyakan kepada responden. Tabel 4.4 Rincian nilai kerusakan struktual dan aset akibat banjir Jenis Biaya Keterangan Kerusa kan Struktural Biaya kerusakan atau kehilangan pada komponen bangunan meliputi pondasi, dinding, lantai, jendela atap, sistem kelistrikan, dan pipa Aset isi bangunan Biaya kerusakan atau kehilangan pada perlengkapan yang tidak terpasang pada bangunan, seperti pasokan, output belum terjual, bahan baku, cadangan, dan perabotan usaha. Aset di luar bangunan Biaya kerusakan atau kehilangan pada inventori, material, dan perlengkapan yang di simpan di luar bangunan, serta kerusakan pada taman dan area parkir Kendaraan usaha Biaya kerusakan atau kehilangan kendaraan yang digunakan untuk usaha, seperti motor, mobil, atau sepeda. Perbaik an Struktural Biaya perbaikan dan waktu yang dihabiskan tenaga kerja dalam usaha maupun tenaga kerja di luar usaha untuk memperbaiki atau membersihkan komponen bangunan meliputi pondasi, dinding, lantai, jendela atap, sistem kelistrikan, dan pipa. Aset isi bangunan Biaya perbaikan dan waktu yang dihabiskan tenaga kerja dalam usaha maupun tenaga kerja di luar usaha untuk memperbaiki atau membersihkan perlengkapan yang tidak terpasang pada bangunan, seperti pasokan, output belum terjual, bahan baku, cadangan, dan perabotan usaha. Aset di luar bangunan Biaya perbaikan dan waktu yang dihabiskan tenaga kerja dalam usaha maupun tenaga kerja di luar usaha untuk memperbaiki atau membersihkan inventori, material, dan perlengkapan yang di simpan di luar bangunan, serta kerusakan pada taman dan area parkir Kendaraan usaha Biaya perbaikan dan waktu yang dihabiskan tenaga kerja dalam usaha maupun tenaga kerja di luar usaha untuk memperbaiki atau membersihkan kendaraan yang digunakan untuk usaha, seperti motor, mobil, atau sepeda. Waktu yang dihabiskan tenaga kerja dalam usaha dan tenaga kerja luar usaha untuk memberbaiki dan membersihkan bangunan maupun aset pada biaya perbaikan ditanyakan kepada responden dalam satuan jam. Selanjutnya, biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 189 Tahun 2012 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2013 sebesar Rp 2 200 000 per bulan. Biaya tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini sebesar Rp 75 000 hasil pembulatan dari Rp 2 200 000 dibagi 30 hari dengan perhitungan hari orang kerja yaitu delapan jam sehari. Sehingga, perhitungan biaya tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah waktu yang dihabiskan tenaga kerja dalam usaha maupun luar usaha dibagi delapan jam kemudian dikalikan dengan Rp 75 000. Penjumlahan dari biaya kerusakan dan perbaikan struktural, aset, dan kendaraan inilah yang digunakan sebagai data nilai kerusakan struktural dan aset. Nilai kerusakan struktural dan aset yang sudah didapat selanjutnya menjadi variabel dependent pada model Stage Damage Function.

4.4.2.2 Cara Menghitung Nilai Kerugian Omzet Akibat Banjir

Data nilai kerugian omzet akibat banjir juga didapat dari hasil wawancara langsung dengan responden. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan menanyakan rata-rata omzet perhari yang dimiliki oleh unit usaha. Selanjutnya, responden diminta informasi berapa lama usaha mereka tutup karena banjir yang masih menggenangi bangunan usaha atau tutup karena harus membersihkan banguna dari lumpur. Kerugian omzet merupakan hasil perkalian antara nilai omzet unit usaha per harinya dengan lama usaha tutup.

4.4.2.3 Cara Menghitung Nilai Kerugian Total Akibat Banjir

Kerugian total merupakan jumlah kerugian keseluruhan yang dialami unit usaha akibat banjir. Kerugian total merupakan penjumlahan dari nilai kerusakan struktural dan aset dengan nilai kerugian omzet yang didapat dari hasil wawancara. Selanjutnya, nilai kerugian total ini akan menjadi variabel dependent pada model fungsi kerugian total.

4.4.2.4 Stage Damage Function SDF

Stage Damage Function SDF menggambarkan hubungan antara kerusakan struktural dan aset akibat banjir dengan ketinggian banjir Smith 1994. Dalam penelitian ini melihat hubungan kerusakan struktural dan aset dengan beberapa faktor. Variabel dependent dari fungsi ini merupakan jumlah dari total kerusakan stuktur bangunan beserta konten bangunan usaha aset, biaya perbaikan yang dikeluarkan terhadap kerusakan struktur bangunan beserta konten, serta biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk membersihkan atau memperbaiki stuktur bangunan dan konten. Variabel independent merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan struktural akibat banjir. Variabel independent terdiri variabel exposure indicators dan susceptibility indicators dijelaskan pada subbab 2.4.2 dan 2.4.3. Variabel yang termasuk exposure indicators adalah variabel durasi dan tinggi genangan air maksimum, sedangkan variabel susceptibility indicators adalah lama usaha berjalan dan jumlah lantai bangunan. Variabel lain yang termasuk dalam fungsi adalah variabel luas bangunan dan total nilai aset. Faktor-faktor tersebut dianalisis melalui metode regresi linear berganda dengan menggunakan tools aplikasi SPSS 17.0. ModelSDF yang digunakan adalah: KRSK = a 1 + a 2 DRSI + a 3 TGAR + a 4 LSBG + a 5 THUS + a 6 TTNA + a 7 JMLT......................................................................................4.2 estimasi parameter dugaan yang diharapkan berdasarkan hipotesis: a 1, a 2, a 3 ,a 4, a 6, a 7 0 ; , a 5 Di mana: KRSK = nilai kerusakan struktural akibat banjir Rp 000 a = intersep a 1 ...a 7 = parameter regresi DRSI = durasi banjir jam TGAR = tinggi genangan air maksimum cm LSBG = luas bangunan usaha m 2 THUS = lama usaha berjalan tahun TTNA = total nilai aset Rp 000 JMLT = Jumlah tingkat lantai bangunan D1= 0, jika bangunan lebih dari satu lantai D1= 1, jika bangunan hanya satu lantai ε = error term

4.4.2.5 Model Fungsi Kerugian Total

Model kerugian total merupakan pengembangan dari SDF. Variabel dependent- nya merupakan total dari kerusakan stuktur bangunan beserta konten bangunan usaha aset, biaya perbaikan yang dikeluarkan terhadap kerusakan struktur bangunan beserta konten, biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk membersihkan atau memperbaiki stuktur bangunan dan konten, ditambah dengan kerugian omzet yang dialami pelaku usaha karena tidak membuka usaha pada saat banjir. Kerugian omzet yang dialami merupakan hasil perkalian dari jumlah omzet perhari dengan lama hari usaha tutup. Variabel independent merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian total akibat banjir. Variabel independent terdiri variabel exposure indicators durasi dan ketinggian genangan air maksimum, dan susceptibility indocators lama usaha berjalan. Variabel lain yang termasuk dalam fungsi adalah variabel luas bangunan dan omzet. Model yang dibentuk adalah sebagai berikut: KRGN = a 1 + a 2 DRSI + a 3 TGAR + a 4 LSBG + a 5 THUS + a 6 OMST....4.3 estimasi parameter dugaan yang diharapkan berdasarkan hipotesis: a 1, a 2, a 3 ,a 4, a 6 0 ; , a 5 Di mana: KRSK = nilai kerugian total Rp 000 a = intersep a 1 ...a 7 = parameter regresi DRSI = durasi banjir jam TGAR = tinggi genangan air maksimum Cm LSBG = luas bangunan usaha m 2 THUS = lama usaha berjalan tahun OMST = nilai omzet per hari Rp 000 ε = error term

4.4.2.6 Evaluasi Model

Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi model adalah kriteria uji statistik dan kriteria uji ekonometrika. Kriteria uji statistik dilakukan dengan memperhatikan R 2 adjusted , nilai F-hitung model yang digunakan serta nilai dari t- hitung masing-masing parameter yang diestimasi. Kriteria uji ekonometrika digunakan untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran asumsi yang terjadi pada model Koutsoyiannis 1997.

4.4.3 Prediksi Penurunan Kerugian Setelah Normalisasi S. Pesanggrahan

Setelah diketahui perhitungan kerugian total, perhitungan terhadaap penurunan kerugian banjir setelah normalisasi dapat dilakukan, dengan asumsi program tersebut dapat berjalan dengan lancar. Hal pertama yang dilakukan adalah mengukur kerugian total berdasarkan model yang sudah didapat. Selanjutnya, menghitung kerugian total dengan memasukkan nilai rata-rata tiap variabel ke dalam model. Penghitungan penurunan kerugian dilakukan dengan dua skenario. Pertama, program normalisasi dapat menurunkan rata-rata ketinggian air maksimum sebesar 72.72 dari sebelumnya. Kedua, program normalisasi dapat menurunkan rata-rata durasi sebesar 96.84 dari sebelumnya.

4.4.4 Analisis Kerentanan Banjir

Analisis kerentanan banjir dilakukan untuk mengetahui apakah suatu elemen mengalami risiko kerugian banjir atau tidak. Hal yang dilakukan untuk menganlisis kerentanan banjir adalah dengan menentukan terlebih dahulu hal yang menjadi elemen yang berisiko, exposure indicators dan susceptibility indicators Messner dan Meyer 2004. Selanjutnya, analisis dapat dilakukan dengan membangun Stage Damage Curve SDC. SDC dibangun berdasarkan hubungan antara elemen yang berisiko dengan exposure indicators dan susceptibility indicators. SDC merupakan kurva hasil regresi model kerugian total. Data yang diregresikan merupakan data simulasi dari exposure indicators dan susceptibility indicators.

4.5 Hipotesis

Penelitian ini akan menguji beberapa hipotesa, yaitu: 1. Pelaku usaha yang menyadari lokasi usahanya berada di wilayah rawan banjir diduga memiliki keinginan untuk melakukan mitigasi banjir secara privat dan memiliki persepsi upaya penanggulangan banjir dari pemerintah penting. 2. Faktor kedalaman genangan, durasi banjir, luas bangunan, dan total nilai aset, diduga berpengaruh positif terhadap nilai kerusakan struktural akibat banjir. Selanjutnya, lamanya usaha berjalan diduga berpengaruh negatif terhadap nilai kerusakan struktural akibat banjir. 3. Faktor kedalaman genangan, durasi banjir, luas bangunan, dan nilai penerimaan perhari diduga berpengaruh positif terhadap nilai kerusakan struktural dan kerugian omset akibat banjir. Selanjutnya, lamanya usaha berjalan diduga berpengaruh negatif terhadap total nilai kerusakan struktural dan kerugian terhadap penerimaan akibat banjir. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerusakan akan dijadikan variabel independent. Variabel-variabel independent tersebut diduga signifikan menggunakan Ordinary Least Square OLS dengan taraf nyata yang ditentukan oleh peneliti, yaitu sebesar 15.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi kelurahan yaitu Kedoya Selatan dan Rawa Buaya. Kelurahan Kedoya Selatan memiliki luas wilayah sebesar 228.42 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 34.381 jiwa. Kelurahan ini terdiri dari limaRW dan 73 RT. Batas-batas wilayah kelurahan ini yaituKelurahan Kedoya Utara di sebelah utara, Kelurahan Duri Kepa di sebelah timur. Kelurahan Kebon Jeruk di sebelah barat dan sebelah Kelurahan Kembangan Selatan di sebelah selatan. Kawasan rawan banjir di keluarahan ini adalah RW 3, 4 dan 5. Kawasan ini rawan banjir karena letaknya yang berada di sekitar S. Pesanggrahan. Kelurahan ini juga menjadi wilayah yang menjadi target normalisasi S. Pesanggrahan. Kelurahan Rawa Buaya memiliki luas wilayah sebesar 467 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 26.323 jiwa . Kelurahan ini memiliki 12 RW dan 138 RT. Kelurahan Rawa Buaya berbatasan dengan Kelurahan Cengkareng Timur di sebelah utara, Kelurahan Duri Kosambi di sebelah barat, dan Kelurahan Kembangan Utara di sebelah timur dan selatan. Tercatat bahwa RW 6, 11 dan 12 merupakan wilayah rawan banjir yang dimiliki Kelurahan Rawa Buaya. Lokasi RW tersebut berada di ujung S. Pesanggrahan yang berdekatan dengan Cengkareng Drain dan S. Angke. Lokasi penelitian secara jelas dapat dilihat Lampiran 1.

5.2 Karakteristik Unit Usaha

Karakteristik umum unit usaha yang terdapat pada Kelurahan Kedoya Selatan dan Rawa Buaya diperoleh berdasarkan survei terhadap 45 responden. Karakteristik umum yang digunakan terdiri dari sebaran jenis usaha, lama usaha berjalan, jam operasional usaha, jumlah tenaga kerja, omzet per hari, dan jarak lokasi usaha dengan sungai. Tabel 5.1 akan menjelaskan secara detail karakteristik unit usaha yang menjadi responden. Tabel 5.1 Karakteristik unit usaha No Karakteristik Unit Usaha Kedoya Selatan Rawa buaya Total Jumlah unit Persentase Jumlah unit Persentase Jumlah unit Persentase 1. Jenis usaha a. Usaha manufaktur b. Usaha dagang c. Usaha jasa d. Restauranrumah makan e. Lainnya Jumlah 3 22 1 26 11.54 84.62 3.85 0.00 0.00 100.00 2 8 6 3 19 10.53 42.11 31.58 15.79 0.00 100.00 5 30 7 3 45 11.11 66.67 15.56 6.67 0.00 100.00 2. Lama usaha berjalan a. 1-10 tahun b. 11-20 tahun c. 20 tahun Jumlah 17 7 2 26 65.38 26.92 7.69 100.00 9 8 2 19 47.37 42.11 10.53 100.00 26 15 4 45 57.78 33.33 8.89 100.00 3. Jam operasional a. 8-12 jam b. 13-16 jam c. 16 jam Jumlah 5 15 6 26 19.23 57.69 23.08 100.00 11 5 3 19 57.89 26.32 15.79 100.00 13 23 9 45 28.89 51.11 20.00 100.00 4. Jumlah tenaga kerja a. 5 orang b. 5-10 orang Jumlah 24 2 26 92.31 7.69 100.0 18 1 19 94.74 5.26 100.0 41 4 45 91.11 8.89 100.00 5. Jumlah omzet perhari a. 850 000 b. 850 000 - 1 700 000 c. 1 700 000 Jumlah 18 4 4 26 69.23 15.38 15.38 100.00 13 2 4 19 68.42 10.53 21.05 100.00 31 6 8 45 68.89 13.33 17.78 100.00 6. Jarak unit usaha ke sungai a. 1-165 m b. 166-330 m c. 331-495 m d. 496-660 m Jumlah 26 26 100.00 0.00 0.00 0.00 100.00 7 8 1 3 19 36.84 42.11 5.26 15.79 100.00 33 8 1 3 45 73.33 17.78 2.22 6.67 100.00 7. Jumlah lantai bangunan a. Satu lantai b. Lebih dari satu lantai Jumlah 24 2 26 92.31 7.69 100.00 18 1 19 94.74 5.26 100.00 42 3 45 93.33 6.67 100.00 8. Luas Bangunan a. 2-21 m 2 b. 22-41 m 2 c. 42-61 m 2 d. 62-81 m 2 Jumlah 17 7 2 26 65.38 26.92 7.69 0.00 100.0 7 9 1 2 19 36.84 47.37 5.26 10.53 100.00 24 16 3 2 45 53.33 35.56 6.67 4.44 100.00 Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden unit usaha secara keseluruhan dan terbagi sesuai lokasi kelurahan. Berdasarkan data tabel, sebagian besar responden merupakan unit usaha dalam bentuk dagang seperti toko sembako, warung, toko bangunan, optik, dan lain sebagainya. Padatnya pemukiman di wilayah Kedoya Selatan dan Rawa Buaya, menyebabkan banyaknya usaha dagang yang menyediakan kebutuhan sehari-hari untuk rumah tangga. Saat banjir terjadi, banyak juga usaha dagang yang mengalami kerugian, karena barang dagangan mereka yang hanyut dan harus tutup usaha dalam beberapa hari. Jika dibandingkan sebaran jenis usaha antara Kedoya Selatan dan Rawa Buaya, terlihat bahwa sebaran jenis usaha di Rawa Buaya lebih heterogen dibandingkan dengan Kedoya Selatan. Sebanyak 57.78 unit usaha pada kedua kelurahan masih menjalankan usaha kurang dari sepuluh tahun. Berdasarkan lokasi, responden di Rawa Buaya hampir memiliki proporsi yang sama antara kelompok unit usaha yang sudah berjalan di bawah 10 tahun dan di atas 10 tahun. Secara keseluruhan dapat juga dilihat bahwa responden paling banyak merupakan unit usaha yang tergolong dalam kelompok memiliki omzet kurang dari Rp 850 000. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden berasal dari unit usaha mikro. Berdasarkan jarak lokasi usaha dengan sungai, secara keseluruhan tiap golongan memiliki proporsi yang hampir sama. Jika dilihat berdasarkan letak lokasi usaha, unit usaha yang berada di Kedoya Selatan 100 unit usaha berada pada golongan jarak 1-165 m. Sebaliknya, di Rawa Buaya sebanyak 42.11 unit usaha berjarak 166-330 m dari sungai. Luas bangunan jika dilihat berdasarkan lokasi, unit usaha yang berada di Kedoya Selatan sebanyak 65.38 memiliki luas bangunan 2-21 m 2 . Berdasarkan pengamatan di lapang, hal ini bisa jadi karena padatnya bangunan pemukiman di lokasi tersebut. Di Rawa Buaya, proporsi yang paling banyak adalah lokasi usaha dengan luas bangunan 22-41 m 2 .