langkah-langkah penanggulangan serta biaya yang dirasakan dalam hal waktu,uang, dan emosi dalam langkah-langkah penanggulangan.
Persepsi risiko banjir juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman terhadap bencana banjir. Pengalaman tersebut akan mempengaruhi individu yang terkena
bencana banjir dalam merespon dan manajemen risiko pada kemudian hari Adger et al.
2009 dalam Fatti dan Patel 2013. Perilaku masyarakat dan pemerintah dalam merespon risiko banjir merupakan kunci dalam efektivitas pengelolaan
banjir. Sejarah dan cerita lokal memiliki pengaruh besar dalam membangun ketahanan terhadap risiko banjir Fatti dan Patel 2013.
2.3 Penilaian Kerusakan Akibat Banjir
Banjir merupakan suatu bencana yang tidak dapat dihindari, namun dampaknya dapat dikurangi. Dampak banjir identik dengan kerusakan, sehingga
untuk mengurangi, mengontrol, dan mencegah masalah banjir perlu dilakukan penilaian terhadap kerusakan Suriya et al 2012. Penilaian kerusakan suatu
bencana memberikan informasi penting untuk mendukung keputusan dan pengembangan kebijakan di bidang manajemen bencana Merz et al 2010.
Penilaian kerusakan akibat banjir merupakan bagian penting dari manajemen risiko banjir yang menempatkan penekanan kuat pada risiko banjir. Definisi dari
risiko banjir sendiri adalah kerusakan yang terjadi dengan kemungkinan tertentu dan jangka waktu tertentu. Hal inilah yang menjadikan aspek kerusakan harus
diperhitungkan dalam setiap pembahasan mengenai manajemen risiko banjir
Merz et al 2010. 2.3.1 Jenis-Jenis Kerusakan Banjir
Kerusakan akibat banjir dapat diklasifikasikan menjadi kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung adalah kerusakan yang terjadi karena
kontak fisik air banjir dengan manusia, properti atau benda lainnya. Kerusakan tidak langsung adalah kerusakan yang disebabkan oleh dampak langsung dan
terjadi di luar peristiwa banjir. Kedua jenis kerusakan tersebut diklasifikasikan kedalam kerusakan berwujud tangible dan tidak berwujud intangible Merz et
al 2010.
Kerusakan berwujud merupakan kerusakan yang dapat dinilai secara moneter, sedangkan kerusakan tidak berwujud sebaliknya. Beberapa contohnya
adalah sebagai berikut Merz et al 2010: a. Langsung dan berwujud: kerusakan bangunan dan isinya
b. Langsung dan tidak berwujud: hilangnya nyawa, cedera, tekanan psikologis.
c. Tidak langsung dan berwujud: gangguan pelayanan publik di luar daerah banjir.
d. Tidak langsung dan tidak berwujud: trauma, kehilangan kepercayaan dalam otoritas.
Kerusakan langsung umumnya lebih mudah diukur dibandingkan dengan kerusakan tidak langsung. Hal ini dikarenakan kerusakan tidak langsung
kemungkinan memiliki efek pada skala waktu Merz et al 2010. Khusus pada penelitian ini dilakukan estimasi terhadapa kerusakan langsung dan berwujud.
Penelitian mengenai penilaian kerusakan banjir langsung dan berwujud pernah dilakukan oleh Smith 1981 di Lismore, Autralia. Penelitian tersebut
dilakukan terhadap bencana banjir tahun 1974. Penilaian kerusakan dilakukan terhadap tiga sektor yakni sektor resindensial, komersil, dan industri dengan
menggunakan metode stage damage curve SDC. Total kerusakan pada tingkat ketinggian 13 m diperkirakan sekitar AU 500 000 000. Total kerusakan rata-rata
per unit adalah AU 600 000 per properti perumahan, AU 5 500 untuk setiap unit komersial, dan AU 13 000 untuk setiap perusahaan industri.
2.3.2 Kerusakan pada Sektor Komersil
Berdasarkan pemanfaatan lahan, kerusakan akibat bajir dapat dilihat dari sudut pandang berbagai sektor. Sektor-sekor tersebut yaitu sektor perumahan atau
residensia, sektor komersil, sektor industri, sektor pertanian, serta infrastruktur Merz et al 2010. Kerusakan yang terjadi pada sektor komersil umumnya terjadi
pada bangunan, alat-alat dan barang yang dikomersilkan. Faktor kedalaman dan durasi banjir sangat berkontribusi terhadap kerusakan banjir di sektor komersil
Tang 1992. Tang 1992 telah melakukan penelitian di Bangkok mengenai estimasi biaya
kerusakan banjir. Hampir sama seperti yang pernah dilakukan Smith 1981,