Latar Belakang Estimasi Kerugian Usaha Mikro dan Kecil Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan (Studi Kasus Kelurahan Kedoya Selatan dan Rawa Buaya Jakarta Barat)

4. Menganalisis kerentanan banjir pada unit usaha di kawasan S. Pesanggrahan Jakarta Barat.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penilaian kerusakan langsung dan berwujud akibat banjir sungai. Kerusakan yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu kerusakan struktural dan aset, serta kerugian omzet usaha akibat banjir. Unit usaha yang menjadi objek penelitian ini adalah usaha mikro dengan tenga kerja kurang dari lima orang dan usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang Partomo dan Soejoedono 2002. Unit usaha juga merupakan usaha yang terkena banjir pada 17-19 Januari 2013 dan berlokasi di kawasan S. Pesanggrahan tepatnya di dua kelurahan, yaitu Kedoya Selatan Kecamatan Kebon Jeruk dan Rawa Buaya Kecamatan Cengkareng.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir Jakarta

Banjir adalah peristiwa terendamnya daratan yang biasanya kering. Kejadian banjir dapat disebabkan oleh naiknya muka air laut rob maupun meningkatnya volume air daratan akibat ketidakmampuan penyerapan air ke dalam tanah. Banjir juga bisa disebabkan oleh keduanya BPBD 2012. Wilayah Jakarta merupakan kawasan yang sering dilanda banjir. Ancaman bencana banjir dengan tingkat tingggi khususnya berada pada bagian utara, barat dan timur Jakarta BPBD 2012. Banjir di Jakarta sudah menjadi masalah sejak pemerintahan kolonial Belanda. Banjir yang terjadi saat itu membuat pemerintah kolonial Belanda membuat sistem kanal pada tahun 1619. Pada tahun 1621 terjadi banjir besar padahal sistem kanal telah selesai dibuat. Kejadian ini merupakan catatan pertama dalam sejarah Hindia Belanda, bahwa pos pertahanan VOC dilanda banjir besar. Tercatat banjir besar juga terjadi pada tahun 1654, 1872, 1909, dan 1918 Tim Mirah Sakethi 2010. Catatan banjir-banjir besar yang terjadi menunjukkan bahwa ancaman banjir wilayah Jakarta bukan meruapakan hal yang baru. Jakarta selain secara alamiah memiliki topografi dataran rendah dan menjadi limpasan air dari wilayah yang lebih tinggi, juga bertata ruang yang menyimpang dari fungsi ekoloogis. Hal inilah yang menyebabkan Jakarta semakin rentan terhadap banjir BPBD 2012. Kepadatan penduduk, pendangkalan sungai, ekstraksi air tanah, dan penurunan permukaan tanah menjadi penyebab utama banjir sering terjadi di Jakarta Firman et al et al 2010 Pendangkalan sungai di wilayah Jakarta terjadi akibat aktivitas penduduk hilir dan bantaran sungai menyebabkan volume sungai berkurang. Pada saat curah hujan di daerah hulu tinggi, debit air sungai bertambah, namun sungai tidak dapat lagi menampung air yang berlebihan akibat pendangkalan. Air kemudian melimpas ke daratan. Genangan air tidak dapat diserap ke dalam tanah karena lahan yang sudah beralih fungsi Tim Mirah Sakethi 2010. Kejadian ini akhirnya menyebabkan banjir sungai. Banjir ini umumnya terjadi di sekitar wilayah aliran sungai di Jakarta.

2.2 Persepsi Risiko Kerusakan Akibat Banjir

Bencana banjir merupakan fenomena yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap alam, sumberdaya, lingkungan, dan kehidupan Suriya et al 2012. Kerusakan merupakan suatu risiko akibat bencana banjir. Besarnya tingkat kerusakan menjadi indikator penilaian kerentanan suatu wilayah terhadap risiko banjir. Kerusakan yang terjadi tidak lepas dari tingkat kesiapan masyarakat dalam mengahadapi risiko banjir. Tingkat kesiapan masyarakat tersebut tergantung dari seberapa besar persepsi mereka terhadap risiko kerusakan tersebut. Masyarakat yang memiliki persepsi yang tinggi terhadap risiko banjir umumnya memiliki kesiapan yang baik dalam menanggulangi bahaya banjir. Hal ini menyebabkan masyarakat tersebut cenderung mempunyai tingkat kerugian banjir yang tidak terlalu tinggi. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki persepsi yang rendah terhadap risiko banjir cenderung mengalami kerusakan yag tinggi, atau dengan kata lain masyarakat tersebut rentan terhadap bencana banjir Messner dan Meyer 2004.

2.2.1 Persepsi Risiko

Persepsi risiko merujuk pada penilaian individu atau kelompok-kelompok sosial dalam konteks yang terbatas serta informasi yang tidak pasti. Hasil penilaian tersebut bervariasi akibat dari ketidakpastian dan tingkat informasi yang dimiliki berbeda. Pada konteks risiko banjir, masyarakat memiliki penilaian yang berbeda-beda, karena mereka tidak memiliki informasi yang sama mengenai kemungkinan peristiwa bahaya banjir di wilayah mereka. Masyarakat tersebut juga memiliki latar belakang yang berbeda mengenai pengalaman hidup di dataran banjir. Hal tersebut tentu membuat masyarakat memiliki langkah-langkah penanggulangan yang berbeda pula dalam mengurangi risiko banjir Messner dan Meyer 2004. Penelitian mengenai persepsi risiko banjir sebelumnya pernah dilakukan oleh Bubeck et al 2012 di Vietnam Tengah. Bubeck et al 2012 menyatakan bahwa penilaian penganggulangan risiko banjir mengacu pada persepsi individu terhadap efektivitas langkah-langkah penanggulangan risiko banjir. Efektivitas tersebut didasarkan pada kemampuan individu tersebut dalam menerapkan