Data primer Metode Pengump

Kabupaten N Gambar 7 a Pulau b Hampar c DPL S Mawang

3.2 Metode Pengump

Data yang dikumpul sekunder. Data primer survei lapang. Sedangk seperti Dinas Kelautan Daerah, BPS, dan lain -

3.2.1 Data primer

Data primer yang di 1 Data Ekologi. • Persentasi tut • Kelimpahan • Keanekaraga • Kemerataan i • Kelimpahan Natuna. au Panjang sebagai stasiun penelitian di Desa Tel paran pasir putih sepanjang pantai Desa Teluk B L Setanau sebagai stasiun penelitian di Desa Sabang ang, dan d Bendera tanda DPL Setanau. pulan Data pulkan dalam penelitian ini berupa data prime r diperoleh secara langsung dari lapangan melal edangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instans an dan Perikanan, Badan Perencanaan Pem - lain. ang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : i tutupan karang hidup. pahan ikan karang. agaman ikan karang. taan ikan karang. pahan megabenthos. eluk Buton Buton, abang er dan data elalui metode tansi terkait, mbangunan Pengumpulan data persentasi tutupan karang hidup, keanekaragaman karang, dan kemerataan karang menggunakan metode Line Intercept Transect LIT mengikuti English et al. 1997, dengan beberapa modifikasi. Panjang garis transek 10 meter dan diulang sebanyak 3 kali. Teknis pelaksanaan di lapangan yakni meletakkan roll meter berukuran sepanjang 70 meter sejajar garis pantai, posisi pantai berada di sebelah kiri. Kemudian LIT ditentukan pada garis transek 0 - 10 meter, 30 - 40 meter dan 60 - 70 meter. Semua biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian hingga centimeter. Untuk mengidentifikasi jenis karang batu digunakan buku identifikasi “Jenis-Jenis Karang Batu Di Indonesia” Suharsono 2004 dan “Corals of Australia and Pasific” Veron 1986. Pengamatan ikan karang menggunakan metode Underwater Fish Visual Census UVC. Pada setiap titik transek permanen, ikan - ikan yang dijumpai pada jarak 2,5 meter di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek sepanjang 70 meter dicatat jenis dan jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu 5 m x 70 m = 350 m 2 . Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. 1984, Kuiter 1992 dan Lieske dan Myers 1994. Spesies ikan yang diamati dikelompokkan ke dalam tiga kelompok utama English, et al. 1997 sebagai berikut : 1 Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarangdaerah asuhan. Ikan - ikan target ini diwakili oleh famili Serranidae ikan Kerapu, Lutjanidae ikan Kakap, Lethrinidae ikan Lencam, Nemipteridae ikan Kurisi, Caesionidae ikan Ekor Kuning, Siganidae ikan Baronang, Haemulidae ikan Bibir Tebal, Scaridae ikan Kakak Tua dan Acanthuridae ikan Pakol. 2 Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan - ikan indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae ikan Kepe-Kepe. 3 Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5-25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh famili Pomacentridae ikan Betok Laut, Apogonidae ikan Serinding, Labridae ikan Sapu - Sapu dan Blenniidae ikan Peniru. Sementara itu untuk mengetahui kelimpahan beberapa megabenthos, dilakukan dengan menggunakan metode Reef Check Benthos pada stasiun transek permanen. Semua biota tersebut yang berada 1 meter di sebelah kiri dan kanan roll meter berukuran 70 meter, dihitung jumlahnya, sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu 2 m x 70 m = 140 m 2 . Identifikasi jenis megabenthos mengacu pada “Manual Monitoring Kesehatan Karang” Tim Riset Monitoring CRITC - LIPI 2006. 2 Data Sosial. Data sosial yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : • Persepsi masyarakat terhadap KKLD. • Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan KKLD. • Pola pemanfaatan sumberdaya terumbu karang. Metode pengumpulan data sosial dalam penelitian ini menggunakan kombinasi prinsip triangulasi yakni penggabungan beberapa teknik antara lain observasi lapangan, wawancara terstruktur dan Focus Group Discussion FGD atau diskusi kelompok terarah. Tujuan penggunaan beberapa teknik ini adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih baik serta meminimalisir kesalahan melalui cross cek informasi dari berbagai teknik yang digunakan. Bungin 2008 mengemukakan bahwa observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan terhadap obyek penelitian. Sementara itu menurut Basrowi dan Suwandi 2008, observasi dilakukan dengan melibatkan diri secara aktif dan berinteraksi langsung dengan masyarakat dilokasi penelitian. Wawancara terstruktur adalah proses memperoleh data dan informasi melalui tanya jawab antara peneliti dan informan atau responden dengan menggunakan pedoman pertanyaan atau quesioner yang telah disiapkan. Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti sebagai pemandu agar proses wawancara berjalan lancar dan responden dapat memberi jawaban sesuai keinginan peneliti Basrowi dan Suwandi 2008. Menurut International Institute of Rural Reconstruction 1998 FGD merupakan diskusi kecil dengan peserta 4 sampai 8 orang yang dipilih dari masyarakat karena pengetahuannya atau diundang dalam permasalahan spesifik. Sedangkan menurut Bungin 2001 FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif untuk memperoleh data dari kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. Rudito dan Famiola 2008 mengemukakan bahwa FGD bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendetail tentang topik - topik atau isu- isu tertentu. Dalam penelitian ini jumlah peserta FGD sebanyak 5 orang untuk setiap lokasi penelitian, yang merupakan representasi dari kelompok nelayan. Sehingga jumlah peserta FGD keseluruhan adalah 10 orang. Salah satu pertimbangan menggunakan FGD dalam pengumpulan data sosial adalah keterbatasan individu dalam memberikan informasi dan biasanya sangat subjektif. Padahal intersubjektif selalu mendekati kebenaran yang terbaik. Melalui FGD informasi yang ditangkap peneliti adalah informasi kelompok, sikap kelompok, pendapat kelompok, dan keputusan kelompok. Dengan demikian, kebenaran informasi bukan lagi kebenaran perorangan subjektif namun menjadi kebenaran intersubjektif, karena selama diskusi berlangsung masing - masing orang tidak saja memperhatikan pendapatnya sendiri namun juga mempertimbangkan pendapat peserta lainnya Basrowi dan Suwandi 2008. Rudito dan Budimanta 2003 mengemukakan langkah - langkah dalam pelaksanaan FGD ialah a merencanakan dan menulis pertanyaan - pertanyaan sebelum pertemuan dilaksanakan, b setiap partisipan memperkenalkan diri dan memulai untuk membuat pernyataan secara individu. Sementara itu standar operasional dalam memfasilitasi FGD antara lain ialah a selalu memulai dengan memperkenalkan fasilitator dan partisipan, b memulai setiap sesi dengan ritual budaya atau berdoa jika memungkinkan bagi kelompok, c memastikan bahasa yang digunakan dipahami oleh peserta atau menggunakan penerjemah, d memulai sesi dengan menjelaskan tujuan, mendeskripsikan agenda atau kegiatan dan mengidentifikasi sasaran yang diinginkan, e menjelaskan proses yang dilalui, peran peserta dan waktu yang diharapkan International Institute of Rural Reconstruction 1998.

3.2.2 Data sekunder