Analisis Dampak KKLD terhadap Ekosistem Terumbu Karang

ditemukan 12 individu. Demikian pula dengan Small Giant Clam bertambah jumlahnya dari 13 individu tahun 2007 menjadi 155 individu tahun 2009. Peningkatan jumlah kedua megabenthos tersebut diduga karena aktivitas pengambilan oleh masyarakat sekitar sudah mulai menurun. Sejalan dengan itu, aktivitas pengawasan oleh masyarakat yang cukup tinggi juga turut memberikan kontribusi. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang menemukan terjadinya peningkatan kelimpahan megabenthos pada daerah perlindungan laut. Seperti yang dilaporkan Castilla dan Duran 1985, terjadi peningkatan densitas jenis siput komersial penting the Loco Concholepas concholepas sebesar 14 kali dan ukurannya menjadi 2 kali lipat, setelah berjalannya program perlindungan laut di negara Chili. Demikian juga yang dilaporkan oleh Stoner dan Ray 1996, densitas rata - rata Siput Ratu Dewasa Strombus gigas 15 kali lebih tinggi dan larva tingkat akhir densitasnya 4-17 kali lebih tinggi di dalam kawasan Taman Laut di Exima, Bahama.

5.3 Analisis Dampak KKLD terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Berdasarkan uraian sebelumnya terlihat bahwa terjadi perubahan beberapa variabel terumbu karang setelah KKLD dibentuk. Berikut ini akan diuraikan secara keseluruhan nilai variabel terumbu karang sebelum dan setelah KKLD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 22. Tabel 13 Perbandingan nilai variabel ekologi terumbu karang sebelum KKLD Tahun 2007 dan sesudah KKLD Tahun 2009 Tahun Variabel Dampak Ekologi Persen Tutupan Karang Hidup Indeks Keanekaragaman Karang Indeks Kemerataan Karang Indeks Keanekaragaman Ikan Karang Indeks Kemerataan Ikan Karang Kelimpahan Benthos indivstasiun 2007 64.79 2.83 0.83 3.31 0.80 163.00 2009 73.37 2.53 0.90 2.58 0.70 135.67 Gambar 22 Perbandingan nilai variabel ekologi terumbu karang sebelum KKLD tahun 2007 dan sesudah KKLD tahun 2009. Berdasarkan tabel dan gambar tersebut di atas, diperoleh informasi tentang dampak KKLD bagi ekosistem terumbu karang. Dari enam variabel yang diamati, terlihat hanya ada dua variabel yang mengalami peningkatan yaitu persentasi tutupan karang hidup dan indeks kemerataan karang batu. Apabila ditinjau lebih jauh, berdasarkan stasiun penelitian, terlihat adanya perbedaan yang sangat nyata antara stasiun Tabel 14. Pada stasiun 1 hanya variabel tutupan karang hidup yang mengalami peningkatan. Stasiun 2 tidak ada satupun variabel yang mengalami peningkatan. Sedangkan stasiun 3 semua variabel ekologi yang diamati mengalami peningkatan. Seperti dijelaskan pada sub bab sebelumnya, stasiun 3 merupakan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat DPLBM. Proses pengawasan oleh masyarakat setempat berjalan dengan baik. Begitu juga tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat mulai membaik. Sementara itu pada stasiun 1 dan 2 yang terletak di Desa Teluk Buton, masih berlangsung praktek penangkapan ikan karang dengan menggunakan bius. Tambahan pula kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian terumbu karang belum tumbuh dengan baik. Kedua faktor inilah yang diduga menyebabkan penurunan beberapa variabel ekologi di dua stasiun tersebut. Hasil penelitian ini memperkuat beberapa hasil penelitian sebelumnya. Seperti dilaporkan oleh Wantiez et al 1997, Robert dan Hawkins 1997, Watson et al 1999. 1 8+ 38 8 3852 852 8. 9 , :2 Tabel 14 Perbandingan nilai variabel ekologi terumbu karang berdasarkan stasiun penelitian Variabel Dampak Ekologi Stasiun 1 TLB01 Stasiun 2 TLB02 Stasiun 3 STN01 2007 2009 2007 2009 2007 2009 Persen Tutupan Karang Hidup 62.00 68.37 60.67 60.40 71.70 91.33 Indeks Keanekaragaman Karang Batu 3.54 2.64 3.40 2.35 1.56 2.59 Indeks Kemerataan Karang Batu 0.92 0.93 0.93 0.89 0.65 0.88 Indeks Keanekaragaman Ikan Karang 3.76 1.99 3.42 2.56 2.75 3.20 Indeks Kemerataan Ikan Karang 0.90 0.57 0.82 0.72 0.67 0.80 Kelimpahan Megabenthos IndividuStasiun 43.00 3.00 400.00 222.00 46.00 182.00 Keterangan : TLB01 = Stasiun 1 Desa Teluk Buton TLB02 = Stasiun 2 Desa Teluk Buton STN01 = Stasiun DPLBM Setanau Desa Sabang Mawang 5.4 Analisis Kondisi Sosial Masyarakat 5.4.1 Persepsi masyarakat terhadap KKLD