4.1.2 Kondisi perairan
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna, kondisi hidro-oseanografi di perairan Kabupaten Natuna dijelaskan sebagai
berikut : 1. Salinitas
Nilai rata-rata salinitas berkisar antara 32-33 permil. Hal ini menunjukan bahwa muara sungai di daerah ini relatif sedikit.
2. Temperatur air laut Kondisi suhu udara rata-rata berkisar antara 24
C -36 C sedangkan suhu air
laut berkisar antara 25.9 C-29
C. 3. Arus laut
Kecepatan arus laut berkisar pada 12 cmdt - 50 cmdt atau secara eksplisit dapat diketahui kecepatan arus permukaan 3 dari kecepatan angin
permukaan. 4. Arus pasang surut
Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda - benda angkasa luar, terutama bulan dan matahari.
Naik turun muka laut dapat terjadi sekali sehari pasut tunggal, atau dua kali sehari pasut ganda atau campuran antara keduanya. Arus pasang surut di
daerah ini termasuk pasut ganda. 5. Gelombang
Gelombang pada
periode bulan
Desember-Januari umumnya
memperlihatkan keadaan gelombang yang relatif tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan fenomena meteorologi
yang terjadi pada periode tersebut. Tinggi gelombang signifikan secara umum diatas 30 cm, dengan periode selama 5 detik. Gelombang puncak
dicapai oleh gelombang dengan periode 10 detik, berada pada bulan Desember.
6. Arah dan kecepatan angin Kepulauan Natuna beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 3000
mmtahun, suhu udara 24 C -36
C, musim angin terdiri dari empat musim, yaitu musim utara November-Februari dengan kecepan angin maksimum
22 knot, musim timur Maret-Juni dengan kecepatan angin 23 knot, musim selatan Juli-Agustus dengan kecepatan angin maksimum 20 knot dan
musim barat September-Oktober dengan kecepatan angin bervariasi dan dapat mencapai 25 knot.
4.1.3 Kekayaan flora dan fauna
Berdasarkan laporan tim peneliti BPPL2P Universitas Riau Tahun 2006, yang mengkaji penyiapan lokasi Marine Management Area MMA Kabupaten
Natuna, diperoleh informasi bahwa daerah ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang memadai sehingga perlu dijadikan sebagai KKLD. Diantaranya adalah
terdapat berbagai tipe ekosistem pesisir yang penting yakni ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang.
Ekosistem mangrove di daerah ini memiliki kepadatan rata - rata 200 batang per Ha dengan ketinggian hingga 11 meter dan basal area 2 m
2
. Dan apabila dilihat dari kerapatan pohon, kondisi ekosistem mangrove masih dalam
keadaan relatif baik. Jenis bakau yang dominan ditemukan adalah jenis Rhizophora. Selanjutnya ditemukan 18 jenis vegetasi yang membentuk
ekosistem mangrove di daerah ini. Jenis tersebut diantaranya adalah Xylocarpus granatum, Bruguiera parvifora, Bruguiera gymnorhiza, Lumnitzera littorea,
Lumnitzera racemosa, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Derris trifolata, Hibiscus tiliacus, Nypa fruticans, Pandanus tectorius.
Kemudian, ekosistem padang lamun di daerah ini memiliki persentasi tutupan dan keragaman sedang hingga rendah. Beberapa jenis yang ditemukan
adalah Enhalus sp, Cymodocea sp, Halodule sp dan Syringodium sp, Thalassia sp.
Sementara itu kondisi ekosistem terumbu karang berada dalam kategori sedang hingga baik. Ikan karang ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak
yakni ditemukan 91 jenis dengan kisaran kepadatan antara 70-321 individu per 50 m
2
. Jenis ikan yang mendominasi berasal dari famili Pomacentridae, Labridae, Caesionidae dan Scaridae, Acanthuridae, Serranidae, Holocentridae,
Apogontidae, Chaetodontidae. Selain itu berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomis penting juga
ditemukan di daerah ini seperti Udang, Teripang, Kima, Lola, Kepiting, yang menyebar di berbagai habitat mangrove, lamun dan terumbu karang.
Sebagai tambahan, di daerah ini juga ditemukan beberapa jenis fauna langka yang dilindungi, seperti Lumba-Lumba, Biawak, Buaya, Elang Laut, Penyu
Sisik, Penyu Belimbing, Penyu Pipih, Burung Raja Udang, Kuda Laut.
4.1.4 Pengelolaan KKLD dan permasalahannya