Latar Belakang Kajian dampak kawasan konservasi laut daerah terhadap kondisi ekologi terumbu karang: studi kasus Pulau Natuna Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Natuna memiliki potensi sumberdaya perairan yang cukup tinggi karena memiliki berbagai ekosistem laut dangkal yang merupakan tempat hidup dan memijah ikan-ikan laut seperti ekosistem mangrove, lamun dan karang. Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya pembangunan di segala bidang serta krisis ekonomi yang berkelanjutan, telah memberikan tekanan yang lebih besar terhadap lingkungan sekitarnya, khususnya lingkungan perairannya Manuputty et al. 2007. Melalui kegiatan Coral Reef Rehabilitation and Management COREMAP II, sebagian kawasan perairan Kepulauan Natuna diperuntukkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD. KKLD di Kabupaten Natuna ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Natuna Nomor 299 Tahun 2007, tanggal 5 September 2007. KKLD ini secara keseluruhan memiliki luas 142 977 Hektar, yang terbagi dalam 3 kawasan yaitu : 1 kawasan I, meliputi kawasan Pulau Tiga - Sedanau dan laut di sekitarnya diprioritaskan untuk mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan, seluas 54 572 Hektar; 2 kawasan II, meliputi kawasan Bunguran Utara dan laut di sekitarnya diprioritaskan untuk suaka perikanan, seluas 52 415 Hektar, dan 3 kawasan III, meliputi kawasan pesisir Timur Bunguran dan laut di sekitarnya diprioritaskan untuk mendukung kegiatan pariwisata bahari, seluas 35 990 Hektar. Berdasarkan dokumen rencana pengelolaan KKLD, disebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan KKLD Kabupaten Natuna adalah a melindungi ekosistem terumbu karang dan satwa langka di dalamnya dari degradasi akibat pemanfaatan yang merusak lingkungan, b melestarikan ekosistem terumbu karang sebagai wadah penunjang pemanfaatan sumber daya ikan yang berkelanjutan, c meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dalam pemanfaatan sumberdaya ikan dan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan, d melaksanakan sistem dan mekanisme pengelolaan ekosistem terumbu karang berbasis masyarakat, dan e terciptanya kepastian hukum dalam pemanfaatan potensi ekonomi dan jasa lingkungan ekosistem terumbu karang DKP Kabupaten Natuna 2007. Selanjutnya sasaran pengelolaan KKLD Kabupaten Natuna ialah a terhapusnya praktek - praktek pemanfaatan ekosistem terumbu karang dengan cara yang merusak, b rehabilitasi ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan, c terpeliharanya satwa hewan laut langka yang hidup dan berinteraksi dengan ekosistem terumbu karang, d terkendalinya pemanfaatan ekosistem terumbu karang yang berpotensi menyebabkan kerusakan, e tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dalam pemanfaatan sumberdaya ikan dan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan, f terlaksananya fungsi kelembagaan desa untuk berperan serta menyalurkan aspirasi masyarakat dalam setiap tahapan pengelolaan ekosistem terumbu karang, dan g terpeliharanya tertib administrasi dalam bidang perijinan pemanfaatan ekosistem terumbu karang melalui pemberdayaan sistem pengawasan berbasis masyarakat. Pelletier et al. 2005 mengemukakan bahwa kinerja keberhasilan KKLD dapat diukur dari 3 sudut pandang penting yakni ekologi, ekonomi dan sosial. Beberapa variabel ekologi yang dapat diukur di antaranya ialah a kekayaan spesies dan indeks keanekaragaman, b kelimpahan invertebrata, c penutupan karang, d distribusi spasial spesies, e komposisi spesies dan kepadatan relatif. Variabel ekonomi yang dapat diukur di antaranya adalah a biaya pengelolaan, b jumlah kunjungan dan pengeluaran kasar secara langsung terkait dengan KKLD, c perubahan dalam upaya penangkapan ikan. Kemudian variabel sosial yang dapat diukur ialah a persepsi masyarakat, b frekuensi pertemuan antara masyarakat dan pengelola KKLD. Mempertimbangkan tujuan dan sasaran pengelolaan KKLD tersebut di atas, perlu dilakukan suatu penelitian kajian dampak KKLD terhadap ekosistem terumbu karang dan kondisi sosial masyarakat. Lagi pula studi seperti ini belum pernah dilakukan di Kepulauan Natuna.

1.2 Rumusan Permasalahan