68
G. Titik Impas Break Even PointBEP
Titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan total penerimaan. Titik impas menunjukkan pada tingkat biaya atau jumlah produksi
berapa suatu usaha masih bisa dijalankan. Titik impas industri sirup glukosa ini berada pada Rp 1,755,237,065.00 atau pada tingkat produksi 270,036 kg.
Informasi lebih rinci mengenai titik impas pada industri sirup glukosa ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
H. Kriteria Kelayakan Investasi
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisis finansial meliputi net present value
, internal rate of return, net benefit cost ratio, payback period, dan analisis sensitivitas. Kriteria-kriteria ini digunakan untuk melihat kelayakan
industri secara finansial. Perhitungan kriteria-kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih net cash flow pada proyeksi arus kas. Discount factor yang digunakan
adalah 14 persen.
1. Net Present Value NPV
Net present value NPV adalah metode untuk menghitung selisih antara
nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih operasional maupun terminal cash flow di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu
Husnan dan Muhammad, 2000 dan Hernanto, 1991. Nilai NPV pada industri sirup glukosa ini adalah Rp 1,850,007,524.00. Nilai tersebut lebih besar dari nol,
sehingga pendirian industri ini layak berdasarkan nilai NPV. Rincian mengenai NPV industri ini dapat dilihat pada Lampiran 10.
2. Internal Rate Of Return IRR
Internal rate of return IRR adalah tingkat suku bunga pada saat NPV
sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen Gray et al., 1993. Proyek layak dijalankan bila nilai IRR lebih besar atau sama dengan dari nilai suku bunga yang
berlaku. Suku bunga yang digunakan pada penelitian ini adalah 14 persen. Nilai IRR pada industri sirup glukosa ini adalah 23.72 persen. Hal ini berarti, menurut
69 kriteria IRR, industri sirup glukosa ini layak untuk didirikan. Rincian mengenai
IRR industri ini dapat dilihat pada Lampiran 10.
3. Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net benefit cost ratio Net BC merupakan angka perbandingan antara
jumlah present value yang bernilai positif dan present value yang bernilai negatif modal investasi. Perhitungan net BC dilakukan untuk melihat berapa kali lipat
manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan Gray et al., 1993. Jika net BC bernilai lebih dari satu, berarti NPV 0 dan proyek layak
dijalankan. Jika net BC kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan Kadariah et al., 1999.
Nilai net BC pada industri sirup glukosa ini adalah 1.47. Hal ini berarti, menurut kriteria net BC, industri ini layak untuk didirikan. Rincian mengenai net
BC industri ini dapat dilihat pada Lampiran 10.
4. Payback Period PBP
Payback period PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan seluruh investasi yang dikeluarkan untuk mendirikan suatu usaha. PBP dihitung berdasarkan aliran kas bersih. Berdasarkan hasil perhitungan, PBP
industri sirup glukosa ini adalah 3.98 tahun. Ini berarti, semua investasi yang dikeluarkan untuk pendirian industri ini akan kembali setelah 3.98 tahun industri
ini beroperasi. Berdasarkan kriteria PBP ini, industri sirup glukosa ini layak untuk didirikan karena nilai PBP-nya kurang dari umur proyek.
5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila
nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi
pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi,
maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur
70 yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam
aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga
pinjaman Soeharto, 2000. Analisis sensitivitas pada kajian pendirian industri sirup glukosa ini
dilakukan pada tiga parameter, yaitu kenaikan harga bahan baku, penurunan harga jual produk, dan kenaikan tingkat suku bunga. Hasil analisis sensitivitas pada
industri ini dapat dilihat pada Tabel 10.6. Tabel 10.6. Analisis sensitivitas industri sirup glukosa
Parameter Sensitivitas Kriteria Kelayakan Investasi
NPV Rp IRR
Net BC PBP Tahun
Harga bahan baku naik 22.40 menjadi Rp 4,529.00 per kg
278,375 14.00 1.00
5.91 Harga jual produk turun 10.70
menjadi Rp 5,804.00 per kg 14.00
1.00 5.88
Tingkat suku bunga naik menjadi 23.72
23.72 1.00
3.98
Hasil analisis sensitivitas tersebut menunjukkan industri sirup glukosa memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap kenaikan harga bahan baku dan
penurunan harga jual. Oleh karena itu, jika terjadi kenaikan harga bahan baku atau penurunan harga jual, maka diperlukan berbagai penyesuaian dan strategi untuk
menanganinya agar industri sirup glukosa ini tetap menguntungkan.
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kebutuhan glukosa di Indonesia terus meningkat, sedangkan produksi glukosa dalam negeri masih terbatas dan tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Nilai impor sirup glukosa Indonesia cukup tinggi dan menunjukkan adanya kenaikan dari tahun ke tahun. Kebutuhan sirup glukosa Indonesia semakin
meningkat seiring dengan perkembangan industri penggunanya, yaitu industri makanan dan minuman, terutama industri sirup, minuman ringan, permen, biskuit,
dan jeli. Pesantren Raudlatul Ulum merupakan salah satu pesantren yang terletak di
Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang merupakan salah satu daerah penghasil tapioka. Di Kabupaten Pati, juga banyak berkembang industri makanan dan
minuman, baik skala kecil maupun besar. Hal ini merupakan suatu peluang bagi Pesantren Raudlatul Ulum untuk mengembangkan industri sirup glukosa.
Industri sirup glukosa ini dibuat dengan kapasitas produksi dua ton bahan baku tapioka per hari. Bahan baku tapioka yang digunakan berasal dari para
pengrajin tapioka yang tersebar di wilayah Kabupaten Pati. Berdasarkan data-data produksi tapioka yang ada di Kabupaten Pati, diperkirakan suplai bahan baku
tapioka untuk industri ini masih mencukupi. Potensi pasar produk sirup glukosa masih sangat besar mengingat
kebutuhannya yang semakin meningkat dan kebutuhan substitusi gula pasir. Target pasar yang dituju adalah pasar industri yang berada di Propinsi Jawa
Tengah, terutama di Kabupaten Pati. Besar investasi yang diperlukan adalah Rp 3,934,348,750 yang terdiri dari
biaya investasi tetap sebesar Rp 3,229,600,000.00 dan modal kerja sebesar Rp 703,548,750.00. Debt equity ratio DER yang diguakan adalah 100 persen dana
sendiri dan nol persen dana pinjaman bank. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa industri sirup glukosa ini
layak untuk didirikan. Nilai NPV industri ini sebesar Rp 1,850,007,524.00. Nilai IRR-nya sebesar 23.72 persen. Nilai net BC-nya sebesar 1.47. Payback period
72 industri ini adalah selama 3.98 tahun. Break even point BEP berada pada Rp
1,755,237,065.00 atau pada tingkat produksi 270,036 kg. Akan tetapi, hasil analisis sensitivitas menunjukkan industri sirup glukosa memiliki resiko yang
cukup tinggi terhadap kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual. Hasil studi kelayakan pendirian industri sirup glukosa di Pesantren
Raudlatul Ulum menunjukkan nilai kelayakan usaha yang positif. Akan tetapi, sistem pasokan bahan baku dan pengembangan pasar perlu terus dilakukan untuk
menunjang keberlangsungan industri.
B. Saran