Teknologi Proses Produksi Studi Kelayakan Pendirian Industri Sirup Glukosa dari Tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati

43 Lokasi yang direncanakan akan didirikannya industri ini adalah daerah sekitar Pesantren Raudlatul Ulum yang terletak di Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut. 1. Lokasi ini dekat dengan lokasi sentra produksi tapioka di Kecamatan Margoyoso dan Kecamatan Trangkil. 2. Lokasi ini dekat dengan pasar sasaran. 3. Tenaga listrik dan air terpenuhi dengan baik di lokasi ini. 4. Suplai tenaga kerja masih banyak di lokasi ini. 5. Fasilitas transportasi di lokasi ini baik. 6. Kedekatan dengan pesantren memberi nilai tambah tersendiri bagi citra perusahaan di kalangan masyarakat. Kedekatan lokasi industri dengan lokasi bahan baku dan pasar akan menghemat biaya transportasi pengangkutan bahan baku dan penyaluran produk. Dengan demikian efisiensi biaya transportasi bisa dilakukan. Efisiensi ini tentu saja akan berpengaruh pada biaya produksi yang lebih rendah. Tenaga listrik PLN sudah tersalurkan dengan baik di lokasi ini. Suplai air tanah di lokasi ini juga masih baik. Kualitas air tanah masih terjaga dengan baik dan tidak tercemar. Air PDAM juga sudah tersedia di lokasi ini, sehingga kebutuhan akan air bersih dapat terpenuhi dengan baik. Suplai tenaga kerja tentu saja masih tersedia dalam jumlah besar. Dengan adanya industri ini, tenaga kerja yang ada di daerah ini bisa terserap dan dapat mengurangi pengangguran. Jalan di lokasi ini sudah cukup baik dan letaknya dekat dengan jalur pantura. Dengan jalan yang baik ini, transportasi bahan baku dan produk dapat dilakukan dengan lancar.

C. Teknologi Proses Produksi

Teknologi proses produksi sirup glukosa, secara garis besar, ada dua macam, yaitu dengan teknologi hidrolisis asam dan teknologi enzimatis. Perbedaan utama antara proses hidrolisis asam dan proses enzimatis terletak pada 44 zat yang digunakan untuk memecah pati. Pada proses hidrolisis asam, pemecahan pati dilakukan dengan asam. Pada proses enzimatis, pemecahan pati dilakukan dengan enzim. Teknologi proses yang digunakan pada penelitian ini adalah proses enzimatis. Teknologi proses enzimatis dipilih karena memiliki beberapa keuntungan dibanding teknologi proses hidrolisis asam. Menurut Norman 1981, hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas pemutusan rantai polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada percabangan tertentu. Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa keuntungan, yaitu prosesnya lebih spesifik dan produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Kondisi proses yang dapat dikontrol, biaya pemurnian yang lebih murah, produk samping dan abu yang dihasilkan lebih sedikit, dan kerusakan warna yang dapat diminimalkan merupakan keunggulan proses enzimatis ini. Pembuatan sirup glukosa dengan hidrolisis enzim terdiri atas tiga tahapan dalam mengonversi pati, yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Gelatinisasi merupakan pembentukan suspensi kental dari granula pati. Likuifikasi merupakan proses hidrolisis pati parsial yang ditandai dengan menurunnya viskositas Chaplin dan Buckle, 1990. Likuifikasi menghasilkan oligosakarida. Sakarifikasi merupakan proses dimana oligosakarida sebagai hasil dari tahap likuifikasi dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim tunggal atau enzim campuran menjadi glukosa. Proses produksi sirup glukosa yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7.1. Proses produksi sirup glukosa ini disusun berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Fridayani 2006, Richana 2006, Irawadi dan Fauzi 1990, Said 1987, Olsen 1995, dan Jati 2007. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan teknologi proses produksi ini adalah sebagai berikut. • Kadar air bahan baku tapioka yang digunakan adalah 13 persen. • Jumlah enzim α-amilase yang digunakan adalah 1 persen dari bobot bahan baku tapioka. 45 • Jumlah enzim glukoamilase yang digunakan adalah 0.75 persen dari bobot bahan baku tapioka. • Jumlah arang aktif yang digunakan adalah 0.8 persen dari bobot bahan baku tapioka. • Kadar padatan pada produk akhir sirup glukosa adalah 70 persen. Gambar 7.1. Teknologi proses produksi sirup glukosa Sirup Glukosa Penguapan Filtrasi Pemurnian dengan arang aktif 80 o C, 1 jam Netralisasi Sakarifikasi 60 o C, pH 4.7, 72 jam Likuifikasi 95 o C, 180 menit Pengaturan pH hingga 5.2 Pencampuran dan Gelatinisasi 105 o C Tapioka Air α -amilase Larutan HCl 30 Glukoamilase Arang aktif Arang aktif dan kotoran Uap Air Larutan HCl 30 Larutan NaOH 30 46 1. Pencampuran dan Gelatinisasi Proses awal yang dilakukan pada produksi sirup glukosa adalah proses pencampuran. Bahan-bahan yang dicampur pada proses ini adalah tapioka dan air dengan perbandingan tapioka dan air dalam larutan adalah 30 : 70 bb. Proses pencampuran dilakukan di dalam slurry tank. Pengadukan dilakukan sejak awal pencampuran agar tapioka tidak mengendap. Jika terjadi pengendapan, hal ini akan mempersulit proses selanjutnya. Setelah air dan tapioka tercampur, kemudian dilakukan proses gelatinisasi dengan memanaskan larutan tapioka dan air tersebut. Gelatinisasi merupakan pembentukan suspensi kental dari granula pati. Proses gelatinisasi ini dilakukan di dalam jet cooker. Di dalam jet cooker, campuran tapioka dan air akan dipanaskan sampai terjadi gelatinisasi. Energi panas yang digunakan berasal dari uap panas yang dihasilkan oleh boiler. 2. Likuifikasi Proses likuifikasi merupakan proses hidrolisis pati parsial dan menghasilkan oligosakarida. Proses likuifikasi ini menggunakan enzim alfa- amilase untuk memecah pati. Proses likuifikasi dilakukan pada suhu 95 o C dan pH 5.2 selama 180 menit. Sebelum dilakukan proses likuifikasi, dilakukan pengaturan pH sampai pH larutan menjadi 5.2 dengan penambahan HCl 30. Alfa-amilase dari Bachillus licheniformis optimum pada suhu tinggi, bahkan dapat melebihi 90 o C Fullbrook, 1984. Alfa-amilase ini memiliki kisaran pH optimum pada 5 - 7 dan suhu optimum antara 90 – 105 o C Naz, 2002. Penelitian Wibisono 2004 menyatakan bahwa pH optimum alfa-amilase adalah 5.2 dan suhu optimum 95 o C. Proses likuifikasi ini dilakukan di dalam tangki likuifikasi. Energi panas untuk menjaga suhu pada 95 o C diperoleh dari boiler. Uap panas dari boiler dialirkan melalui mantel pemanas yang terdapat pada tangki likuifikasi. Setelah proses likuifikasi selesai, bahan dialirkan ke tangki sakarifikasi melewati heat exchanger untuk menurunkan suhunya. 47 3. Sakarifikasi Sakarifikasi merupakan proses dimana oligosakarida sebagai hasil dari tahap likuifikasi dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim tunggal atau enzim campuran menjadi glukosa. Proses sakarifikasi ini menggunakan enzim glukoamilase dan dilakukan pada suhu 60 o C selama lebih kurang 72 jam. Sebelum proses sakarifikasi dilakukan, pH bahan diatur terlebih dahulu menjadi sekitar 4.7 dengan menambahkan larutan HCl 30. Glukoamilase dikenal juga dengan amiloglukosidase AMG atau α-1,4-D- glukan glukohidrolase yang bersifat eksoamilase, yaitu dapat memutus rantai pati menjadi molekul-molekul glukosa pada bagian tak tereduksi baik pada ikatan α- 1,4 maupun α-1,6. Glukoamilase terutama memutuskan rantai molekul maltosa menjadi molekul-molekul glukosa bebas Tjokroadikoesomo, 1986. Glukoamilase yang umum digunakan pada tahap sakarifikasi berasal dari Aspergillus niger . Menurut Reilly 1985, glukoamilase yang berasal dari Aspergillus niger dapat menghidrolisis dekstrin DE 10-15 dengan konsentrasi substrat 30 – 40 persen bb pada kondisi standar pH 4 – 4.5 dan suhu 60 o C diinkubasi selama 48 – 72 jam dapat menghasilkan sirup glukosa dengan DE 96 90 persen glukosa basis kering, 3 persen disakarida, dan 3 persen maltulosa dan oligosakarida. Menurut Kulp 1975, pada umumnya, aktivitas glukoamilase optimum pada pH 4.0 – 5.0 dan suhu 50 – 60 o C. Proses sakarifikasi ini dilakukan di dalam tangki sakarifikasi. Energi panas untuk menjaga suhu pada 60 o C diperoleh dari boiler. Uap panas dari boiler dialirkan melalui mantel pemanas yang terdapat pada tangki sakarifikasi. 4. Netralisasi Proses konversi pati menjadi glukosa berlangsung pada kondisi asam. Proses netralisasi dilakukan untuk menaikkan pH produk sehingga mendekati pH netral. Pada proses netralisasi ini, digunakan larutan NaOH 30 . Larutan ini ditambahkan pada produk sampai pH produk mendekati netral. Proses netralisasi ini dilakukan pada tangki sakarifikasi setelah proses sakarifikasi selesai. 48 5. Pemurnian dengan Arang Aktif dan Filtrasi Proses netralisasi kemudian dilanjutkan dengan proses pemurnian. Pemurnian dilakukan dengan mencampurkan arang aktif pada hasil sakarifikasi. Jumlah arang aktif yang dicampurkan sebesar 0.8 persen dari bobot tapioka yang digunakan. Pencampuran dengan arang aktif dilakukan di dalam tangki sakarifikasi setelah proses sakarifikasi selesai. Arang aktif akan menyerap kotoran-kotoran dan warna yang timbul dari sirup glukosa, sehingga akan dihasilkan sirup glukosa yang murni dan berwarna baik. Pemurnian dengan arang aktif ini dilakukan pada suhu 80 o C selama 1 jam. Proses selanjutnya setelah proses pemurnian dengan arang aktif adalah proses filtrasi. Sirup glukosa yang telah dicampur dengan arang aktif dialirkan ke dalam filter untuk disaring dan dipisahkan antara sirup glukosa dan kotoran- kotoran yang timbul serta arang aktif. Arang aktif dan kotoran dibuang, sedangkan sirup glukosa dialirkan ke tangki penampungan. 6. Penguapan Penguapan evaporasi dilakukan untuk memekatkan sirup glukosa dan mengurangi kadar air. Proses evaporasi dilakukan di dalam tangki evaporator. Sirup glukosa hasil filtrasi dalam tangki penampungan dialirkan ke tangki evaporator. Proses evaporasi ini dilakukan sampai kadar padatan sirup glukosa mencapai kurang lebih 70 persen. Energi panas yang digunakan dalam proses evaporasi diperoleh dari boiler. Uap panas dari boiler dialirkan menuju tangki evaporator. 49 Gambar 7.2. Neraca massa produksi sirup glukosa Sirup Glukosa 2480 kg Penguapan 2480 kg Filtrasi 5789.5 kg Pemurnian dengan arang aktif 80 o C, 1 jam 5825.5 kg Netralisasi 5809.5 kg Sakarifikasi 60 o C, pH 4.7, 72 jam 5806.5 kg Likuifikasi 95 o C, 180 menit 5804 kg Pengaturan pH hingga 5.2 5802 kg Pencampuran dan Gelatinisasi 105 o C 5800 kg Tapioka 2000 kg Pati = 1740 kg Air = 260 kg Air 3800 kg α -amilase 2 kg Larutan HCl 30 1 kg Glukoamilase 1.5 kg Arang aktif 16 kg Arang aktif, kotoran dan loss 36 kg Uap Air 3309.5 kg Larutan HCl 30 2 kg Larutan NaOH 30 3 kg 50 Gambar 7.3. Neraca energi produksi sirup glukosa 51

D. Desain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik