Pesantren Raudlatul Ulum Spesifikasi Bahan Baku

IV. SEKILAS TENTANG PESANTREN RAUDLATUL ULUM DAN KABUPATEN PATI

A. Pesantren Raudlatul Ulum

Pesantren Raudlatul Ulum yang berlokasi di Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah didirikan oleh Al Maghfurulah K. H. Suyuthi Abdul Qodir pada awal tahun 1950. Sejak awal berdirinya, pesantren ini terus menerus mengalami dinamika perkembangan dari hanya memiliki belasan santri hingga memiliki + 3.200 santri pada tahun ajaran 20082009 dan dari hanya memiliki sarana prasarana pendidikan yang amat sederhana hingga prasarana yang cukup representatif. Pesantren Raudlatul Ulum mengelola beberapa unit pendidikan dengan berbagai jenjang. Unit-unit pendiikan di lingkungan Pesantren Raudlatul Ulum antara lain adalah sebagai berikut. 1. TKRA Raudlatul Athfal Raudlatul Ulum. 2. Madrasah Ibtidaiyah MI Raudlatul Ulum. 3. Madrasah Diniyah Raudlatul Ulum, yang terdiri dari: • Madrasah Diniyah Tsanawiyah MDTs dan • Madrasah Diniyah Persiapan Aliyah MDPA 4. Madrasah Tsanawiyah MTs Raudlatul Ulum, dengan status terakreditasi “A” Departemen Agama dan mu’adalah disamakan dengan Al Azhar Cairo Mesir. 5. Madrasah Aliyah MA Raudlatul Ulum, dengan status dengan status terakreditasi “A” Departemen Agama dan mu’adalah disamakan dengan Al Azhar Cairo Mesir. Selain mengelola unit-unit pendidikan, Pesantren Raudlatul Ulum juga mengelola unit-unit perekonomian untuk menunjang pengelolaan pendidikan di Pesantren Raudlatul Ulum. Unit-unit usaha yang sudah dimiliki oleh Pesantren Raudlatul Ulum adalah koperasi pesantren Raudlatul Ulum, pertokoan, unit simpan pinjam, jasa telekomunikasi, jasa internet, budidaya perikanan tambak, konveksi dan bordir, dan rumah sakit. 27

B. Kabupaten Pati

Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan di bagian timur dari Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150,368 ha yang terdiri dalam 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, 1,106 dukuh serta 1,474 RW dan 7,524 RT. Kabupaten Pati, dari segi letaknya, merupakan daerah yang strategis di bidang ekonomi sosial budaya dan memiliki potensi sumber daya alam serta sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek kehidupan masyarakat seperti pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, pertambangan dan penggalian, dan pariwisata. Dari data yang diperoleh, potensi utama kabupaten ini adalah pada sektor pertanian. Potensi pertanian cukup besar meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Kondisi alam, letak geografis, dan peninggalan sejarah merupakan potensi bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Pati seperti Waduk Gunungrowo, Goa Pancur, dan lain–lain. Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten atau kota di Jawa Tengah bagian timur, terletak diantara 110 , 50 ’ - 111 , 15 ’ bujur timur dan 6 , 25 ’ – 7 ,00 ’ lintang selatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Pati adalah sebagai berikut. Sebelah utara : dibatasi wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa. Sebelah barat : dibatasi wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara. Sebelah selatan : dibatasi wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora. Sebelah timur : dibatasi wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa. Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150,368 ha yang terdiri dari 58,348 ha lahan sawah dan 92,020 ha lahan bukan sawah. Penggunaan lahan di Kabupaten Pati secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1. 28 Tabel 4.1. Luas dan persentase penggunaan lahan sawah dan lahan bukan sawah di Kabupaten Pati tahun 2007 Ha Penggunaan Tanah Luas Ha Persentase 1. Lahan Sawah 58,348 38.77 1.1. Pengairan Teknis 18,150 12.07 1.2. Pengairan I2 Teknis 8,871 5.90 1.3. Pengairan sederhana 7,092 4.72 1.4. Pengairan Desa Non P.U 1,981 1.32 1.5. Tadah Hujan 22,162 14.74 1.6. Pasang Surut - 0.00 1.7. Lainnya 92 0.06 2. Lahan Bukan Sawah 92,020 61.20 2.1. Rumah dan Pekarangan 28,730 19.11 2.2. Tegal 27,129 18.04 2.3. Padang Rumput 2 0.00 2.4. Hutan rakyat 1,667 1.11 2.5. Hutan Negara 17,866 11.88 2.6. Perkebunan 2,249 1.50 2.7. Rawa – rawa 19 0.01 2.8. Tambak 10,931 7.27 2.9. Kolam 90 0.06 2.10. Tanah Lainnya 3,337 2.22 Jumlah 150,368 100.00 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati dalam Pati dalam Angka 2008 Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 4.2. 29 Tabel 4.2. Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pati tahun 2001 – 2007 Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah 2007 615,780 632,101 1,247,881 0.38 2006 613,628 629,579 1,243,207 1.45 2005 604,927 620,496 1,225,423 0.54 2004 600,700 617,567 1,218,267 0.79 2003 596,598 612,116 1,208,714 - 2002 585,265 602,337 1,187,602 0.58 2001 581,960 598,776 1,180,736 0.70 Sumber: Pati dalam Angka 2008

V. ANALISIS BAHAN BAKU

A. Spesifikasi Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam industri sirup glukosa ini adalah tapioka kasar. Tapioka jenis ini banyak dihasilkan oleh industri tapioka di Kabupaten Pati. Pusat produksi tapioka di Kabupaten Pati terletak di Kecamatan Margoyoso yang letaknya tidak jauh dari lokasi industri ini. Penggunaan tapioka kasar ini didasarkan pada faktor harga yang berhubungan dengan pembiayaan. Harga tapioka kasar lebih murah daripada tapioka yang sudah dihaluskan. Tapioka kasar ini didapatkan dengan membeli langsung kepada produsen tapioka di pusat-pusat pengolahan tapioka. Karena jarak antara pusat pengolahan tapioka dan lokasi industri ini berdekatan, maka biaya transportasi pengangkutan bahan baku juga menjadi relatif kecil. Tapioka yang digunakan dari produsen tapioka dapat berupa tapioka yang sudah dikeringkan maupun yang belum dikeringkan tapioka basah. Tapioka yang sudah dikeringkan dapat disimpan dalam waktu lama, namun biasanya pada musim penghujan, para produsen tapioka tidak dapat menghasilkan tapioka kering karena pengeringan yang dilakukan masih mengandalkan sinar matahari, sehingga pada saat itu, industri ini dapat menggunakan tapioka basah sebagai bahan baku. Dalam penggunaan tapioka basah, penyediaan bahan baku harus direncanakan dengan baik karena umur simpannya yang jauh lebih pendek daripada tapioka kering. Menurut Jati 2007, waktu maksimal penyimpanan tapioka basah adalah empat hari, karena biasanya setelah waktu tersebut, tapioka akan mengeluarkan bau, dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi mutu dari produk yang akan dihasilkan. Bahan baku tapioka yang digunakan dalam industri ini harus memenuhi standar mutu agar didapatkan kualitas produk yang baik. Standar mutu tapioka sesuai dengan SNI 01-3451-1994 adalah seperti pada Tabel 5.1. 31 Tabel 5.1. Standar mutu tapioka menurut SNI 01-3451-1994 No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 E.coli Kolonig Maks. 10 2 Kapang Kolonig Maks. 10 000 3 Raksa mgkg Maks. 0.05 4 Arsen mgkg Maks. 0.5 5 Angka lempeng total Kolonig Maks. 1000 000 6 Timbal mgkg Maks. 1 7 Tembaga mgkg Maks. 10 8 Seng mgkg Maks. 40 9 Derajat putih Min. 94.5 10 Kekentalan Engler 3-4 11 Derajat asam ml 1N NaOH100 g Maks. 3 12 Kadar air bb maks. 15 13 Kadar abu bb Maks. 0.6 14 Serat dan benda asing bb Maks. 0.6 Sumber : Badan Standarisasi Nasional 1994 Bahan baku penunjang yang digunakan adalah air, enzim α-amilase, enzim glukoamilase, larutan HCl 30, larutan NaOH 30, dan arang aktif. Spesifikasi bahan penunjang tersebut disesuaikan dengan yang ada di pasaran.

B. Ketersediaan Bahan Baku