5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Formula gel dengan konsentrasi karagenan 5 memiliki kepadatan yang lebih baik daripada gel dengan konsentrasi karagenan 1 ; 1,5 ; 3 dan 6 .
Pada konsentrasi karagenan 1 ; 1,5 dan 3 , produk gel memiliki kepadatan yang rendah, mudah patah serta mengalami sineresis. Produk dengan konsentrasi
karagenan 6 memiliki gel yang cepat mengeras dan sulit untuk di homogenkan. Penambahan minyak sereh dengan berbagai konsentrasi 0 , 10 , 15 ,
dan 20 pada produk karagenan terpilih karagenan 5 menyebabkan warna pada produk berubah dari bening menjadi putih. Nilai WHC pada produk gel
penolak nyamuk semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi minyak sereh pada produk.
Semakin besar konsentrasi minyak sereh maka semakin besar pengaruhnya menolak dan membunuh nyamuk Culex quinquefasciatus. Produk tanpa minyak
sereh tidak memiliki kemampuan menolak ataupun membunuh nyamuk. Produk dengan konsentrasi minyak sereh 10 mampu menjatuhkan dan membunuh
nyamuk sebesar 26,67 dan 53,33 . Produk dengan konsentrasi minyak sereh 15 mampu menjatuhkan dan membunuh nyamuk sebesar 52 dan 69,33 .
Produk dengan konsentrasi minyak sereh 20 mampu menjatuhkan dan membunuh nyamuk sebesar 60 dan 85,33 .
Produk gel penolak nyamuk dengan penambahan minyak sereh sebanyak 20 memiliki kemampuan penghambatan aktivitas bakteri dan jamur selama
pemakaian dan masa simpan 30 hari yang lebih baik dibandingkan produk tanpa minyak sereh. Produk tanpa minyak sereh mengandung bakteri dan jamur setelah
pemaparan 30 hari sebesar 6,8 x 10
2
CPU dan 8,0 x 10
1
CPU, serta mengandung bakteri dan jamur sebesar 2,0 x 10
2
CPU dan 3,0 x 10
1
CPU setelah penyimpanan 30 hari. Produk gel penolak nyamuk dengan konsentrasi sereh 20 mengandung
bakteri dan jamur setelah pemaparan 30 hari sebesar 5,5 x 10
2
CPU dan 2,0 x 10
1
CPU, serta mengandung bakteri dan jamur sebesar 5,0 x 10
1
CPU dan 0,5 x 10
1
CPU setelah penyimpanan 30 hari.
38
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan penggunaan bahan pengawet alami lain seperti chitosan, minyak atsiri lain sebagai pewangi dan penolak
nyamuk, ataupun pada pengujian efikasi menggunakan jenis nyamuk yang berbeda. Selain itu, dapat dilakukan pembuatan produk penolak nyamuk
berbentuk lotion.
DAFTAR PUSTAKA
Aidsinfo. 2003. Carragenan. Departemen Of Health And Human Services : US. www.aidsinfo.nih.gov. [29 September 2005].
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Anonim
a
. 13 Januari 2006. Bekerjasama Dengan CV Dinar, IPB Produksi Chitosan Pengganti Formalin
. http:www.republika.co.idonline.asp?kat.id. [6 September 2008].
______
b
. 3 Februari 2007. Filariasis. Jakarta : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. http:www.infeksi.comarticles.php?lng=inpg.
[6 September 2008]. ______
c
. 2004. An Introduction To Carragenan. www.home.howstuffworks.com. [29 September 2005].
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Persyaratan Cemaran Mikroba pada Kosmetika
BPOM HK.00.06.4.02894. http:www.pom.go.id. [5 Mei 2009]. Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 1992. Cara Uji Cemaran Mikroba.
SNI 19-2897-1992. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional Jakarta. ________________________________. 1995. Minyak Sereh, Mutu, dan Cara
Uji. SNI 06-3953-1995. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional Jakarta.
________________________________. 1998. Lotio Baby. SNI 16-4952-1998. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional Jakarta.
Barnard DR. 2000. Repellents and Toxicants for Personal Protection. [Paper]. Florida : Global Collaboration for Development of Pesticides for Public
Health GCDPP WHO. Bensan MS. 2005. Pengaruh ekstrak daun kapalan Hoya diversifiola terhadap
stadium larva dan pupa nyamuk Culex quinquefasciatus. [skripsi]. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Benton-Franklin Health District. 2008. Using Insect Repellents Safely. Rev 62008. www.bfhd.wa.gov. [22 Agustus 2008].
Boesri H, Blondine, Widyastuti U. 2001. Efikasi Shelltox terhadap Culex quinquefasciatus di Laboratorium.
Salatiga : Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
40 Borror DJ, Charles AT, Norman FJ. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga.
Soetiyono P, penerjemah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Cargill Inc. 2007. Hydrocolloids : Carrageenan. http:www.cargillpersonalcare.
comproductshydrocolloidscarrageenans. [19 September 2008]. Conectique forum. 2008. Tip gunakan pengharum ruangan.
http:www.conectique.comlife_skill_tipsarticle.php?article_id=5488. [8 September 2008].
Daniel. Februari 2008. Ketika Larva Dan Nyamuk Dewasa Sudah Kebal Terhadap Insektisida
. Majalah Farmacia vol 7 no 7. http:www.majalah-farmacia.com. [6 September 2008].
Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Cet 1. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Fahmitasari Y. 2004. Pengaruh penambahan tepung karaginan terhadap karakteristik sabun mandi cair. [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi
Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz D. 1989. Hidrokoloid. Bogor : Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Cet 1. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W. 2000. Parasitologi Kedokteran. Edisi 3. Cet 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gaya Baru.
Glicksman M. 1983. Food Hydrocolloids. Vol II. Florida: CRC Press. Goldfranks R, Flomenbaum NE, Lewin NA, Howland MA, Hofman RS,
Nelson LS. 2002. Goldfrank’s Toxicologic Emergencies. McGraw-Hill Professional.
Guenter E. 1948. The Essential Oil Vol. 4. Terjemahan dari : The Essential Oil. Jakarta : UI Press.
Hargreaves T. 2003. Chemical Formulation : An Overview of Surfactant-Based Preparations Used In Everyday Life.
Royal Society of Chemistry Press. Harris R. 1994. Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hidayat F. 2006. Pengaruh kombinasi karagenan dan sodium lauryl sulfat serta
penambahan ekstrak Pemphis acidula terhadap karakteristik sabun mandi
41 cair. [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Imeson. 2000. Carrageenan. Phillips GO dan Williams PA, editor. Didalam
Handbook of Hydrocolloids. BocaRaton : CRC Press.
Indriasari L. 5 Februari 2007. Wangi Tidak Berarti Aman. http:www.surya.co.id webindex2.php. [23 September 2008].
Juwita. 2007. Tentang Caragenan. http:www.jasuda.netindex_ mbr. php?page= litbang_detailrecordID=162. [7 April 2008].
Ketaren S, Panji C, Jonathan S. 1986. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi NaHSO
3
Pada Pemisahan Sitronellal dari Minyak Sereh Wangi Andropogon nardus var Hack. Bogor : Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kim, Kyu J, Kang CS, Lee JK, Kim YR, Han HY, Yun HK. 2005. Evaluation of
repellency effect of two natural aroma mosquito repellent compounds, citronella and citronellal. J Entomol. 35 2 : 117-120.
Kirnowardoyo S, Supardi P, Praswanto B. 1989. Efikasi Sabun Repelen Mengandung Deet dan Permethrin untuk Perlindungan Gangguan Nyamuk
. Didalam Cermin Dunia Kedokteran No 55. Jakarta : Medical Entomologist,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Ditjen PPM dan PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Linnaeus. 1758. Culex quinquefasciatus. http:en.wikipedia.orgwikiCulex. [6 September 2008].
Lutony TL, Rahmayati Y. 1999. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya.
MacFaddin. 1985. Media for isolation, cultivation, identification, maintenance of medical bacteria vol. 1. Williams Wilkins, Baltimore, Md.
http:www.bd.comdstechnicalCenterinsertsPotato_Dextrose_Agar.pdf. [4 Februari 2009].
Martinalova D. 2004. Pemanfaatan kulit buah Pandanus tectorius sebagai pewarna pada pembuatan lipstik. [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab jilid 1 . Edisi 2. Bogor : IPB Press.
McHugh. 2003. A Guide to Seaweed Industry. Fisheries and Aquacultures Department. FAO.
42 Mitsui T. 1997. New Cosmetic Science. London : Elsevier.
Nakahara K, Alzoreky NS, Yodhihashi T, Nguyen HTT, Trakoontivakorn G.
2003. Chemical composition and antifungal activity of essential oil from Cymbopogon nardus
Citronella grass. JARQ 37 4 : 249-252. Pelczar Jr MJ, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Angka SL,
penerjemah. Terjemahan dari : Elements of Microbiology. Jakarta : UI-Press. Purnama RC. 2003. Optimasi proses pembuatan karagenan dari rumput laut
Euchema cottonii . [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Russell RC. 1996. A colour photo atlas of mosquitoes of
Southeastern Australia. Medical Entomology, Westmead Hospital .
http:www.arbovirus.health.nsw.gov.auareasarbovirusmosquitculex quinquefasciatus.htm. [16 Juli 2009].
Skensved L. 2005. GENU Carrageenan : Molecular Structure. http:cpcelco.com [19 September 2008].
Sigit HS, Koesharto FX, Hadi UK, Gunandi DJ, Soviana S, Wirawan IA, Chalindaputra M, Rivai M, Priyambodo S, Yusuf S, Utomo S. 2006. Hama
Permukiman Indonesia : Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. SH Sigit
dan UK Hadi, Editor. Bogor : Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Sulaeman S. 2006. Pengembangan Agribisnis Komoditi Rumput Laut Melalui Model Klaster Bisnis
. Infokop Nomor 28 Tahun XXII. www.smecda.com deputi7file_InfokopEDISI2028komoditi_rumput_laut.pdf. [8 september
2008]. Suptijah P. 2002. Rumput Laut : Prospek dan Tantangannya. Makalah Pengantar
Falsafah Sains. Bogor : Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Suryani A, Sailoh I, Hambali E. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Soni MG, Taylor SL, Greenberg NA, Burdock GA. 2001. Safety Assessment of
Propyl Paraben : a Riview of The Publised Literature. J Food Chem Toxicol 39 6 : 513-532.
_____________________________________________. 2002. Evaluation of the Health Aspects of Methyl Paraben : a Review of the Publised Literature.
J Food Chem Toxicol 40 10 : 1335-1373.
43 Tranggono RI, Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta : Gramedia Pustaka. Umbach W. 1991. Cosmetic and Toiletries. New York : Ellis Horwood.
Van de Velde F, De Ruiter GA. 2005. Carrageenan. Steinbüchel A dan Rhee SK,
editor. Didalam Polysaccharides and Polyamides in the Food Industry. Vol 1. Weinheim : Wiley-VCH Verlag GmbH and Co. KGaA.
Wade A, Weller PJ. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients 2
nd
ed. London : The Pharmaceutical Press.
Wahyuningtyas E. 2004. Studi daya proteksi serai wangi Cymbogopogon nardus
L. Rendle sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti Linnaeus. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel pengukuran susut berat
Bobot hari ke- g Sampel
Ulangan Bobot
plastik g
1 2
3 4
5 6
7 8 9
10 11
12 13 14
15 16
17 18 19
20 21
22 23
24 25
26 27 28
29 30
1 K1
2 1
K2 2
1 K3
2 1
K4 2
Lampiran 2. Tabel uji angka kejatuhan dan angka kematian nyamuk
Angka Kejatuhan dan Kematian Nyamuk dalam Satuan dan Persentase
10 15
20 1
2 3
1 2
3 1
2 3
1 2
3 waktu
∑ ∑ ∑ Rata2 ∑ ∑
∑ Rata2
∑ ∑ ∑ Rata2 ∑ ∑ ∑ Rata2 0 menit
1 menit 2 menit
3 menit 4 menit
5 menit 6 menit
7 menit 8 menit
9 menit 10 menit
20 menit 30 menit
40 menit 50 menit
1 jam 2 jam
3 jam 4 jam
5 jam 6 jam
24 jam
∑ = jumlah nyamuk yang jatuh ekor
Hari ke- Sampel
3 4
5 6
8 9
10 11
12 13
14 15
Ulangan 1
2 7
1 42,690 42,335 41,840 41,435 40,765 39,160 37,970 36,735 35,983 35,140 34,453 33,678 33,113 32,428 31,773
K1 2
47,475 46,945 46,510 46,115
45,295 44,130
42,995 41,820 41,092
40,295 39,740
39,305 38,700
37,890 37,335
1 36,300 36,030 35,355
34,955 33,995
32,8 32,415
31,07 29,8865 28,635
27,684 26,809
25,864 24,764
23,889 K2
2 38,840 38,550 38,160
38,000 37,355
36,985 35,065
34,85 33,6715 32,425
31,49 30,555
29,62 28,685
27,75 1
39,900 39,205 38,525 38,165
37,325 35,670
33,940 32,355 31,362
30,300 29,925
29,550 29,175
28,800 28,425
K3 2
39,040 38,615 38,350 37,860
36,870 35,405
33,765 32,465 31,539
30,545 30,000
29,455 28,910
28,365 27,820
1 41,980 41,535 41,140
40,745 39,635
38,305 36,975
35,620 34,772 33,855
32,920 32,045
31,505 31,105
30,189 K4
2 43,660 43,305 42,965
42,820 42,045
40,600 39,115
37,720 36,904 36,020
35,245 34,370
33,565 32,790
32,135
Lampiran 3. Tabel pengukuran susut berat gel penolak nyamuk selama 30 hari masa pemaparan
Hari ke- Sampel
Ulangan 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
1 31,015 29,985 29,575
29,240 28,905
28,370 28,065
27,760 27,685
27,045 26,735
26,385 25,960
25,580 23,005
K1 2
36,970 36,125 35,675 34,875
34,205 32,840
32,045 31,250
30,450 29,555
28,810 27,955
27,110 26,320
25,075 1
22,925 21,22
20,11 19,505
19,035 18,01
17,575 17,14
16,725 15,485
14,955 14,51
14,25 13,75
12,745 K2
2 26,82 25,32 24,475
23,955 23,245
22,355 21,88
21,405 20,925
20,000 19,445
18,83 18,17
17,695 16,74
1 28,030 26,525 25,465
24,980 24,485
23,470 22,910
22,350 21,780
20,980 20,580
19,865 18,985
18,410 17,675
K3 2
27,255 25,625 24,505 23,895
23,495 22,945
22,530 22,130
21,760 21,435
21,110 20,435
19,815 19,250
18,300 1
29,525 29,005 28,035 27,495
27,095 26,610
26,335 26,060
25,780 25,345
25,140 24,555
22,335 21,505
20,375 K4
2 31,360 30,175 29,000
28,335 27,510
26,400 25,725
25,050 24,370
23,570 23,045
22,300 21,245
20,470 19,605
K1 : se re h 0 K2 : se re h 10
K3 : se re h 15 K4 : se re h 20
48
Lampiran 4. Tabel WHC rata-rata gel penolak nyamuk selama 30 hari masa pemaparan dalam
Hari ke- Sampel
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 K1
100,000 99,026
97,988 97,098
95,449 92,343
89,754 87,070
85,421 83,595
82,206 80,840
79,541 77,886
76,534
K2
100,000 99,255
97,823 97,066
94,913 92,791
89,789 87,660
84,512 81,184
78,670 76,261
73,756 71,037
68,628
K3
100,000 98,585
97,393 96,315
93,994 90,044
85,775 82,124
79,693 77,090
75,922 74,754
73,586 72,418
71,250
K4
100,000 99,063
98,204 97,567
95,357 92,119
88,834 85,622
83,677 81,573
79,572 77,528
75,963 74,599
72,757
Hari ke- Sampel
16 17
18 19
20 21
22 23
24 25
26 27
28 29
30 K1
75,262 73,166
72,212 70,977
69,879 67,815
66,620 65,426
64,495 62,803
61,655 60,345
58,957 57,680
53,353
K2
66,103 61,824
59,207 57,704
56,143 53,585
52,375 51,164
49,975 47,076
45,631 44,227
43,019 41,719
39,105
K3
70,032 66,058
63,296 61,906
60,774 58,798
57,564 56,350
55,162 53,743
52,826 51,065
49,169 47,724
45,587
K4
71,079 69,103
66,602 65,197
63,776 61,927
60,827 59,726
58,614 57,180
56,334 54,784
50,932 49,056
46,719
Contoh perhitungan kelembaban gel penolak nyamuk K1 hari ke 2 Berat yang tersisa = 100 - Berat hilang x 100
Berat yang tersisa = 100 - [42,335+46,9452] x 100 = 99,026 Berat awal
[42,690+47,4752]
49
Lampiran 5. Tabel angka kejatuhan dan angka kematian nyamuk Culex quinquefasciatus terhadap gel penolak nyamuk
Angka Kejatuhan dan Kematian Nyamuk dalam Satuan dan Persentase
10 15
20 1
2 3
1 2
3 1
2 3
1 2
3
waktu
∑ ∑ ∑ Rata2 ∑ ∑ ∑
Rata2 ∑ ∑ ∑ Rata2
∑ ∑ ∑ Rata2
0 menit 1 menit
2 menit 3 menit
4 menit 5 menit
6 menit 7 menit
8 menit 9 menit
10 menit 20 menit
30 menit 40 menit
50 menit 1 jam
2 jam 1
4 1,33
1 4
1,33 3 jam
1 4
1 4
1 4
4,00 2
8 3
12 6,67
1 4
3 12
5 20
12,00 4 jam
7 28
2 8
3 12
16,00 6
24 6
24 5
20 22,67
11 44 8
32 7
28 34,67
5 jam 8
32 4
16 4
16 21,33
11 44 11 44 6
24 37,33
11 44 11 44 11 44 44,00
6 jam 11
44 4
16 5
20 26,67
16 64 12 48 11 44 52,00 18 72 12 48 15 60 60,00 24
jam 0 0
16 64
12 48
12 48
53,33 20
80 16
64 16 64
69,33 23 92
19 76
22 88 85,33
50
Lampiran 6. Hasil analisis dan uji statistik ANOVA untuk nilai angka kejatuhan nyamuk Culex quinquefasciatus pada uji efikasi.
a. Rata-rata persentase kejatuhan nyamuk Culex quinquefasciatus setelah 6 jam