Latar Belakang Pemanfaatan Karagenan yang Ditambahkan Minyak Sereh Wangi pada Formula Gel Penolak Nyamuk Culex quinquefasciatus.

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan Indonesia memiliki potensi rumput laut yang cukup besar. Sejak dulu penduduk yang tinggal di daerah pantai telah memanfaatkan rumput laut dalam berbagai bentuk, misalnya dimakan mentah sebagai lalap, dibuat sayur, acar, kue, atau puding dan manisan, serta bahan untuk obat-obatan. Di Indonesia terdapat berbagai jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis penting. Jenis rumput laut Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung karagenan dan agar-agar. Jenis alga yang mengandung karagenan antara lain Euchema cottonii, E. spinosum, dan Chondrus crispus Sulaeman 2006. Karagenan dihasilkan dari rumput laut Euchema sp. yang dibudidayakan di berbagai perairan Indonesia Hardjito dalam Anonim a 2006. Agroindustri Karagenan Indonesia memperkirakan bahwa untuk produk olahan rumput laut yaitu karagenan, Indonesia mampu menguasai pasar dunia sekitar 13 tahun 2007; 13,7 pada tahun 2008; 14 pada tahun 2009; dan sekitar 15 pada tahun 2010 Sulaeman 2006. Fungsi utama karagenan adalah sebagai pembentuk gel dan penstabil emulsi Suptijah 2002. Saat ini, karagenan banyak digunakan sebagai bahan makanan, pembentuk gel dalam selai, sirup, saus, makanan bayi, produk susu, daging ikan, bumbu, dan sebagainya. Senyawa ini juga digunakan di bidang industri tekstil dan cat, serta untuk mengentalkan bahan bukan pangan seperti odol, kosmetik, shampo, dan bahan kecantikan lainnya Angka dan Suhartono 2000. Indonesia selain merupakan negara perairan, juga merupakan negara yang terletak di daerah tropis yang kaya dengan berbagai macam serangga, baik yang bermanfaat maupun yang merugikan manusia. Nyamuk adalah golongan serangga yang merugikan manusia, baik karena berperan sebagai penular beberapa penyakit maupun sebagai pengganggu kenyamanan. Nyamuk memiliki beragam jenis, seperti nyamuk vektor malaria Anopheles sp., nyamuk demam berdarah seperti Aedes aegypti, nyamuk rawa-rawa Mansonia uniformes, nyamuk kebun Armigeres subalbatus, nyamuk rumah Culex sp., dan nyamuk gajah 2 Toxorhynchites. Nyamuk yang sering terdapat di daerah pemukiman penduduk adalah Culex quinquefasciatus yang berperan sebagai penular penyakit kaki gajah atau filariasis Wuchereria bancrofti Sigit et al. 2006. Penyakit kaki gajah tersebar luas hampir di seluruh propinsi Indonesia. Berdasarkan laporan dari hasil survai pada tahun 2000, tercatat sebanyak 1.553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk tertular karena nyamuk vektor tersebar luas Anonim b 2007. Pencegahan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk telah lama dilakukan. Sejak tahun 1970, penelitian pengembangan cara perlindungan terhadap nyamuk dan serangga lain penghisap darah telah dimulai. Perlindungan dilakukan dengan cara fisik menggunakan kelambu hingga penggunaan bahan- bahan sintetis, yakni lotion ataupun obat anti nyamuk Kirnowardoyo et al. 1989. Penggunaan obat anti nyamuk komersial diketahui telah mengakibatkan beberapa masalah seperti resistensi serangga target dan pencemaran lingkungan Bulletin WHO 1967 dalam Daniel 2008. Oleh sebab itu perlu dikembangkan produk anti nyamuk dengan menggunakan bahan-bahan alami. Bahan alami yang dapat digunakan yakni karagenan sebagai pembentuk gel dan minyak atsiri sebagai penolak nyamuk. Minyak atsiri merupakan komoditi yang penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Dari 33 jenis minyak atsiri yang ada di Indonesia, 12 macam telah berkembang dan 8 macam telah diekspor dan diantaranya adalah minyak sereh. Minyak sereh juga merupakan bahan baku dalam industri flavor, fragrance, parfum, sabun mandi, semir sepatu, dan vernist Ketaren et al. 1986.

1.2 Tujuan