Uji Total Plate Count TPC

33

4.2.3 Uji cemaran mikroba

Uji cemaran mikroba selama pemakaian bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat dalam produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil uji sebelumnya, dilakukan uji cemaran mikroba dari produk tanpa minyak sereh dan produk terpilih, yaitu produk dengan penambahan minyak sereh 20 K04. Produk dengan penambahan minyak sereh 20 dipilih dalam uji cemaran mikroba karena memiliki nilai persentase angka kematian terbaik dan berbeda nyata dibandingkan konsentrasi minyak sereh lainnya, meskipun memiliki nilai WHC dan persentase angka kejatuhan yang tidak berbeda dengan gel penolak nyamuk yang ditambahkan minyak sereh 15 . Kontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan timbulnya bau tidak sedap, perubahan warna, penurunan daya bahan aktif, dan gangguan kesehatan Tranggono dan Latifah 2007. Jenis mikroorganisme utama yang mengkontaminasi produk kosmetik adalah bakteri, selain itu juga jamur dan ragi Mitsui 1997. Tabel hasil uji cemaran mikroba disajikan pada Lampiran 8.

4.2.3.1 Uji Total Plate Count TPC

Uji Total Plate Count TPC dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri yang terdapat pada produk gel penolak nyamuk. Sediaan gel penolak nyamuk merupakan tempat berkembang biak yang baik bagi jamur maupun bakteri karena sediaan memiliki kelembapan yang cukup tinggi. Kondisi kelembapan yang tinggi merupakan salah satu syarat media yang mendukung pertumbuhan jamur maupun bakteri Tranggono dan Latifah 2007. Hasil pengujian TPC pada produk gel penolak nyamuk tanpa penambahan minyak sereh dan produk penolak nyamuk dengan penambahan minyak sereh 20 disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah koloni bakteri kolonigram dalam produk gel penolak nyamuk K01 K04 Syarat Mutu Hari ke-0 Hari ke-30 6,8 x 10 2 5,5 x 10 2 Masa simpan 30 hari 2,0 x 10 2 5,0 x 10 1 Maks. 5 x 10 2 Ket : untuk kosmetik sediaan bayi BSN 1998 dan BPOM HK.00.06.4.02894 34 Tabel 12 memperlihatkan pada hari ke-0, kedua produk produk tanpa minyak sereh dan produk terpilih tidak mengandung bakteri. Namun pada hari ke-30 masa pemakaian dan penyimpanan, produk mengandung koloni bakteri. Pada hari ke-30 setelah pemakaian, pada produk tanpa minyak sereh K01 cemaran bakteri sebesar 6,8 x 10 2 CPU dan pada produk dengan penambahan minyak sereh 20 K04 cemaran bakteri sebesar 5,5 x 10 2 CPU. Setelah penyimpanan selama 30 hari, produk K01 memiliki jumlah bakteri sebesar 2,0 x 10 2 CPU dan produk K04 memiliki cemaran bakteri sebesar 5,0 x 10 1 CPU. Cemaran bakteri setelah pemaparan 30 hari pada kedua produk melebihi kisaran syarat mutu sedangkan setelah masa simpan 30 hari, kedua produk memiliki kisaran cemaran di bawah syarat mutu. Mikroba pada hari ke-0 tidak dapat tumbuh pada produk gel penolak nyamuk karena pH produk yang cenderung basa pH=9 dan proses pembuatannya yang dilakukan pada suhu 70-80 °C. Kondisi tersebut bukan merupakan kondisi optimum untuk perkembangan mikroba karena mikroba memiliki pH optimum berkisar antara 6,5-7,5 Pelczar dan Chan 1986. Hal ini juga disebabkan oleh penggunaan paraben yang memiliki fungsi sebagai bahan pengawet sehingga dapat menghambat aktivitas mikroorganisme Tranggono dan Latifah 2007. Cemaran bakteri setelah produk terpapar selama 30 hari dapat disebabkan adanya kontaminasi dari udara. Sedangkan cemaran bakteri selama masa simpan dapat disebabkan oleh mikroorganisme pada wadah kemasan. Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui telah terjadi penghambatan pertumbuhan bakteri pada produk gel penolak nyamuk. Hal ini disebabkan adanya penambahan paraben sebagai bahan pengawet yang memiliki fungsi dalam menghambat aktivitas mikroorganisme Tranggono dan Latifah 2007. Terhambatnya pertumbuhan bakteri pada produk tersebut juga dapat disebabkan tidak terpenuhinya kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri pada produk yang memiliki pH sebesar 9. pH optimum bagi bakteri untuk tumbuh adalah sekitar 6,5-7,5 Pelczar dan Chan 1986. Tetapi, cemaran bakteri yang terjadi selama masa penyimpanan dapat disebabkan oleh tingginya pH produk pH = 9 yang mengakibatkan menurunnya kemampuan paraben sebagai antibakteri. Aktivitas antimikroba paraben ada pada kisaran 4-8 Wade dan Weller 1994. Selain itu, 35 minyak sereh pada produk terpilih juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri Nakahara et al.2003. Hal ini dapat dilihat dari jumlah cemaran koloni bakteri selama pemakaian dan masa simpan 30 hari pada produk K04 yang memiliki hasil cemaran lebih sedikit daripada produk K01. Kontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan produk menjadi berbahaya bagi kesehatan pemakainya. Oleh karena itu pada formulasi kosmetik diperlukan penggunaan bahan pengawet yang sesuai dengan ketentuan Tranggono dan Latifah 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah air, mineral, garam organik, suhu, oksigen, dan pH. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kontaminasi pada sediaan kosmetik adalah pemilihan bahan dasar yang tepat, air yang digunakan harus memenuhi syarat air bersih, penyimpanan harus bebas debu, dan kondisi yang memenuhi syarat higienis Soraya 1996 dalam Martinalova 2004.

4.2.3.2 Uji jamur