2.4. Sabun Cair
Catatan pertama tentang sabun berasal dari Sumeria, bangsa Semit, 4500 tahun yang lalu yang menggunakan lemak tumbuhan dan bubuk kayu sebagi
pembersih kulit dan baju Wasitaatmadja 1997. Pembersih dibuat untuk menghilangkan kotoran, keringat dan minyak yang dikeluarkan oleh kulit.
Kotoran tersebut dikeluarkan menggunakan surfaktan yang dapat mengangkat kotoran dan mengikat minyak Ananthapadamanabhan et.al 2004.
Seorang tabib Yunani bernama Galen menulis tentang bahan pembersih yang disebut dengan sapo yang berkhasiat membersihkan dan menyembuhkan
luka. Sejak itu penggunaan sabun meluas ke seluruh pelosok dunia melalui perdagangan dan penyebaran agama. Penggunaan sabun sehari-hari lebih
ditujukan untuk kesehatan daripada kemewahan. Sangat menarik untuk dicatat bahwa formulasi sabun sekarang ternyata tidak jauh berbeda dari formulasi tempo
doeloe Anonim 2008. Sabun adalah surfaktan yang terdiri dari gabungan antara air sebagai
pencuci dan pembersih yang terdapat pada sabun batang dan dalam bentuk sabun cair. Secara kimia, sabun adalah garam dari asam lemak. Secara tradisional, sabun
merupakan hasil reaksi dari lemak dan sodium hidroksida, potassium hidroksida dan sodium karbonat. Reaksi kimia pada pembuatan sabun dikenal dengan
saponifikasi Anonim 2008. Reaksi yang terjadi antara lemak dan alkali dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Reaksi saponifikasi Arifin 2007
Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak.
Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh
dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi
rantai C lebih dari 6 Arifin 2007. Gaya tarik antara dua molekul polar gaya tarik dipol-dipol menyebabkan
larutan polar larut dalam larutan polar. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi awan elektron non polar sehingga terbentuk
dipol terinduksi, maka larutan non polar dapat larut dalam non polar. Hal tersebut dapat menjelaskan proses yang terjadi saat kita mencuci tangan. Saat pencucian
tangan, air yang merupakan senyawa polar menginduksi awan elektron sabun sehingga dapat membantu larutnya asam lemak yang juga merupakan senyawa
non polar. Maka dari itu, bila kita mencuci tangan dengan menggunakan sabun, lemak yang menempel pada tangan akan melarut bersama sabun dengan bantuan
air Arifin 2007. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI Nomor 06-4085-1996,
sabun cair didefinisikan sebagai sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang
diijinkan dan digunakan tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun cair yang memiliki kriteria yang sesuai dengan standar aman bagi kesehatan kulit. Syarat
mutu sabun cair menurut SNI 06-4085-1996 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 1.
Tabel 5. Syarat mutu sabun cair
Kriteria Uji Satuan
Persyaratan
Keadaan - Bentuk
Cairan homogen - Bau
Khas - Warna
Khas pH, 25
o
C 6-8
Kadar Alkali Bebas Tidak dipersyaratkan
Bobot Jenis Relatif, 25
o
C gml
1,01-1,10 Cemaran Mikroba:
- Angka Lempeng Total Koloniml
maks. 1 x 10
5
Sumber: SNI 06-4085-1996
2.5. Formulasi Sabun Cair