2.5. Formulasi Sabun Cair
Secara garis besar, bahan-bahan pembuat sabun terdiri dari bahan dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar merupakan pelarut atau tempat dasar bahan lain
sehingga umumnya menempati volume yang lebih besar dari bahan lainnya. Bahan tambahan merupakan bahan yang berfungsi untuk memberikan efek-efek
tertentu yang diinginkan oleh konsumen Wasitaatmadja 1997. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memformulasikan sabun cair
antara lain karakteristik pembusaan yang baik, tidak mengiritasi mata, membran mukosa dan kulit, mempunyai daya bersih optimal dan tidak memberikan efek
yang dapat merusak kulit serta memiliki bau yang segar dan menarik Fahmitasari 2004.
Dalam memformulasikan sabun cair terdapat dua jenis bahan, yaitu bahan dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar sabun adalah bahan yang memiliki sifat
utama sabun yaitu membersihkan dan menurunkan tegangan permukaan air. Sedangkan bahan tambahan berfungsi untuk memberikan efek-efek tertentu yang
diinginkan konsumen seperti melembutkan kulit, aseptik, harum dan sebagainya Suryani et al. 2002.
2.5.1. Bahan pengental
Bahan pengental digunakan dalam formulasi sabun cair untuk menentukan tingkat kekentalan produk yang diinginkan. Bahan pengental yang umum dipakai
dalam formulasi sabun cair antara lain seperti hydroxypropylcellulose dan NaCl. Hydroxypropylcellulose adalah eter selulosa non-ionik dan larut air yang
diperoleh dari reaksi antara selulosa dan propilen oksida. NaCl sebenarnya bukan bahan pengental, namun dapat meningkatkan kekentalan pada sabun cair Spiess
1998 dalam Engko 2001. Bahan pengental yang digunakan dalam penelitian ini adalah karagenan. Karagenan merupakan koloid hidrofilik alami yang sering
digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Karagenan dapat membentuk gel dalam air namun dalam konsentrasi yang rendah, gel karagenan tidak terbentuk
tetapi viskositas campuran meningkat. Selain fungsinya sebagai pengental, karagenan juga dipercaya dapat menghaluskan dan melembutkan kulit, sehingga
baik digunakan dalam produk-produk perawatan kulit.
2.5.2. Stabilizer
Menurut Wasitaatmadja 1997, bahan-bahan yang menstabilkan campuran stabilizer sehingga kosmetika tersebut dapat lebih lama lestari baik
dalam warna, bau dan bentuk fisik. Bahan-bahan tersebut adalah: 1. Emulgator, yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan
secara merata homogen. Pada campuran dua cairan emulgator memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan kedua cairan tersebut.
2. Pengawet, yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selam mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat:
antikuman untuk menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil.
2.5.3. Bahan pelembab
Bahan pelembab ditambahkan pada produk pembersih kulit untuk menghasilkan efek melembabkan kulit. Contoh-contoh bahan pelembab yang
sering digunakan dalam produk kosmetika adalah gliserin, methyl glucose ester, turunan lanolin, dan mineral oil. Bahan pelembab mempunyai peranan penting
dalam menjaga dan mengembalikan fungsi kulit sebagai barrier penghalang. Seringkali produk pembersih kulit dapat mengurangi kandungan lemak pada
stratum corneum. Hasilnya, fungsi kulit sebagai penghalang bakteri dan zat-zat yang merugikan tubuh terganggu. Selain itu, beberapa produk pembersih kulit
juga dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Untuk menghindari terjadinya hal ini, diperlukan pelembab untuk meminimalisasi kehilangan lemak dari kulit Nix
2005.
2.6. Kulit Manusia