Kulit Manusia TINJAUAN PUSTAKA 1. Kitosan

2.5.2. Stabilizer

Menurut Wasitaatmadja 1997, bahan-bahan yang menstabilkan campuran stabilizer sehingga kosmetika tersebut dapat lebih lama lestari baik dalam warna, bau dan bentuk fisik. Bahan-bahan tersebut adalah: 1. Emulgator, yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan secara merata homogen. Pada campuran dua cairan emulgator memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan kedua cairan tersebut. 2. Pengawet, yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selam mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat: antikuman untuk menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil.

2.5.3. Bahan pelembab

Bahan pelembab ditambahkan pada produk pembersih kulit untuk menghasilkan efek melembabkan kulit. Contoh-contoh bahan pelembab yang sering digunakan dalam produk kosmetika adalah gliserin, methyl glucose ester, turunan lanolin, dan mineral oil. Bahan pelembab mempunyai peranan penting dalam menjaga dan mengembalikan fungsi kulit sebagai barrier penghalang. Seringkali produk pembersih kulit dapat mengurangi kandungan lemak pada stratum corneum. Hasilnya, fungsi kulit sebagai penghalang bakteri dan zat-zat yang merugikan tubuh terganggu. Selain itu, beberapa produk pembersih kulit juga dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Untuk menghindari terjadinya hal ini, diperlukan pelembab untuk meminimalisasi kehilangan lemak dari kulit Nix 2005.

2.6. Kulit Manusia

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m 2 dengan berat kira-kira 15 berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh Wasitaatmadja 1997. Kulit merupakan organ peliput karena terdiri dari jaringan yang bergabung secara struktural dan membentuk fungsi spesifik. Dengan ketebalan sekitar 2,97±0,28 mm, kulit melindungi jaringan dan organ-organ penting dalam tubuh dari pengaruh lingkungan luar Tortora 1990 dalam Sary 2007. Kulit terdiri dari dua bagian utama. Lapisan yang terluar adalah lapisan epidermis, yaitu lapisan tipis yang tersusun dari sel-sel epitelium. Epidermis dihubungkan ke bagian yang lebih dalam dan lebih tebal, yaitu jaringan penghubung connective tissue yang disebut dermis. Di bawah dermis adalah lapisan subkutan yang disebut hipodermis yang terdiri dari jaringan areolar dan jaringan adiposa Martini 1998 dalam Sary 2007. Kulit atau sistem peliput berfungsi antara lain sebagai pengatur suhu tubuh, pelindung, penerima rangsang, ekskresi, dan sintesis vitamin D. Dalam mengatur suhu, jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, maka hipothalamus akan memberikan tanggapan dengan menstimulasi pengeluaran keringat melalui kelenjar sudoriferus yang akan menurunkan suhu tubuh ke suhu normal kembali. Perubahan aliran darah ke kulit juga merupakan salah satu mekanisme pengaturan suhu tubuh. Dalam fungsi perlindungan dan penerima rangsang, kulit menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan penyangga fisik yang melindungi jaringan di bawahnya dari gesekan fisik, serangan bakteri, dehidrasi dan radiasi ultraviolet. Kulit juga banyak mengandung syaraf-syaraf dan reseptor yang dapat mendeteksi stimulus yang berhubungan dengan suhu, sentuhan, tekanan dan nyeri. Selain memproduksi keringat yang membantu menurunkan suhu tubuh, kulit juga membantu mengekskresikan sejumlah kecil air, garam-garam, dan senyawa organik tertentu. Kulit juga berperan penting dalam sintesis vitamin D Martini 1998, Tortora 1990 dalam Sary 2007. Fungsi kulit menurut Wasitaatmadja 1997, yaitu: 1. Proteksi Melindungi bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya, gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus. 2. Absorpsi Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zat yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut. 3. Ekskresi Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5–6,5. 4. Pengindra sensori Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotik. 5. Pengaturan suhu tubuh Kulit melakukan peran ini dengan mengeluarkan keringat dan otot dinding pembuluh darah kulit. 6. Pembentukan pigmen Sel pembentuk pigmen kulit melanosit terletak di lapisan basal epidermis. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. 7. Keratinasi Proses keratinasi sel dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14–21 hari. Proses ini dilakukan agar kulit dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, kasar dan kering. 8. Produksi vitamin D Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. 9. Ekspresi emosi Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Agustus 2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Lab Mikrobiologi dan Biokimia, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer, pemanas, magnetic stirrer, timbangan digital, termometer, pipet volumetrik, pipet mikro, micro tube, oven, autoklaf, inkubator, mikroskop, vortex, clean bench, cawan petri, pH meter, tissue, spatula, sudip, alumunium foil, kertas parafilm, botol kosmetik, labu erlenmeyer dan penangas air. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan pembuatan sabun cair dan bahan pengujian karakteristik sabun cair. Bahan pembuatan sabun cair antara lain minyak kelapa, KOH, sukrosa, gliserin, akuades, kappa karagenan refined EC 01 dan kitosan. Sedangkan bahan pengujian karakteristik sabun cair terdiri dari : 1. Bahan untuk uji TPC adalah pepton, yeast extract, glukosa, agar, dan akuades. 2. Bahan untuk pengujian kadar alkali bebas adalah alkohol netral, phenolphthalein dan KOH.

3.3. Penelitian Tahap Pertama

Penelitian tahap pertama terdiri dari penentuan formula sabun cair dan bertujuan untuk menentukan formula terbaik pembuatan sabun cair dan mengetahui karakteristik sabun cair terhadap kombinasi karagenan dan kitosan. Penentuan formula sabun cair bertujuan untuk menentukan komposisi bahan- bahan sabun cair yang dapat menghasilkan karakteristik sabun cair yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Prosedur pembuatan sabun cair dapat dilihat pada Gambar 6.