Rancangan percobaan Metode Pengujian

pemakaian apakah kulit terasa kering atau lembab setelah satu kali pemakaian. Makin lembab sabun cair, semakin tinggi skor penilaian parameternya. Sedangkan untuk parameter penilaian umum, penilaian dilakukan terhadap sifat keseluruhan umum produk sabun cair. Uji hedonik merupakan salah satu jenis uji penerimaan. Dalam hal ini, panelis diminta penilaianya tentang tingkat kesukaan atau sebaliknya terhadap produk sabun cair yang dihasilkan. Pengujian dilakukan dengan 7 skala kesukaan, yaitu: 1 sangat tidak suka, 2 tidak suka, 3 agak tidak suka, 4 biasa, 5 agak suka, 6 suka, 7 sangat suka. Lembar penilaian organoleptik sabun cair dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.5.5. Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan dua ulangan. Menurut Steel dan Torrie 1995, rancangan percobaan tersebut memiliki model matematika sebagai berikut. Y ij = µ + σi + ε ij Keterangan: Y ij = Nilai pengamatan ke-j dari pengaruh perlakuan ke-i µ = Rataan umum σ i = Pengaruh perlakuan ke-i ε ij = Pengaruh galat i = Jumlah perlakuan j = Ulangan Pada penelitian tahap pertama rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial RALF, dengan asumsi terdapat dua faktor yang berinteraksi mempengaruhi hasil pengujian, yaitu karagenan dan kitosan. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut. Y ijk = µ + α i + β j + αβ ij + ε ijk Keterangan : Y ijk = Nilai pengamatan ke-k dari pengaruh faktor karagenan ke-i dan kitosan ke-j µ = Rataan umum α i = Pengaruh faktor karagenan ke-i β j = Pengaruh faktor kitosan ke-j αβ ij = Pengaruh interaksi faktor karagenan ke-i dan faktor kitosan ke-j ε ijk = Pengaruh galat i = Jumlah faktor konsentrasi stock kitosan 1, 3 dan 5 j = Jumlah faktor konsentrasi stock karagenan 1, 2, 3 dan 4 k = Ulangan Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan metode analisa sidik ragam. Apabila diantara perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan Steel dan Torrie 1995. Pengujian organoleptik dianalisa dengan metode Anova dengan uji lanjut Tukey. Seluruh proses analisa data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Excel dan SPSS versi 15.0. Hipotesis pada penelitian ini adalah: H o : Perbedaaan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap karakteristik produk. H 1 : Perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap karakteristik produk. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Tahap Pertama

4.1.1. Formulasi sabun cair

Formulasi sabun cair dilakukan dengan mencoba beberapa macam formula untuk menghasilkan produk yang terbaik. Data formulasi yang dilakukan pada penelitian tahap ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan formula yang menghasilkan produk terbaik dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil formulasi sabun cair No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah Keterangan 1 Minyak kelapa - 25 gr Bahan dasar sabun 2 KOH 20 33 ml Bahan dasar sabun 3 Gliserin - 5 ml Kelembaban cukup baik 4 Sukrosa 70 10 ml Pelarut kitosan dan karagenan 5 Stok kitosan 0,5 1 , 3 , 5 6 5 ml 5 ml 5 ml pH terlalu basa pH sabun cair 9-10 Tidak homogen 6 Stok karagenan 0,5 5 1 , 2 , 3 , 4 5 ml 5 ml 5 ml Sabun terlalu cair Sabun terlalu kental Kekentalan cukup Baik 7 Akuades - 17 ml Ditambahkan hingga menjadi 100 ml Salah satu faktor yang terpenting dari keberhasilan pembuatan produk sabun cair adalah penggabungan bahan-bahan pembentuk sehingga akan menghasilkan cairan yang cukup kental homogen, pH yang tidak terlalu basa di bawah 10, tidak mengalami perubahan akibat faktor udara dan suhu serta tidak menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit. Pada penelitian ini, minyak kelapa dan KOH digunakan sebagai bahan dasar pembuat sabun cair. Formulasi untuk minyak kelapa dan KOH dibuat berdasarkan perhitungan untuk membuat kadar minyak yang tersisa pada sabun cair berkisar antara 0 hingga 5 . Dengan adanya kadar minyak yang tersisa, diharapkan menjadikan produk sabun cair tersebut tidak memiliki kadar alkali kalium yang tersisa pada produk akhir.