BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan tidak harus untuk
memenuhi kebutuhan penelitian yang sedang dihadapi sekarang oleh peneliti Juanda,2009. Data sekunder yang digunakan berupa data kemiskinan, data
pengangguran terbuka, jumlah penduduk pendidikan lulus SMP, jumlah penduduk, angka harapan hidup dan pertumbuhan ekonomi.
Data yang menunjang penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS dan perpustakaan IPB, sedangkan informasi yang lain bersumber dari
jurnal ilmiah dan buku teks. Data sekunder yang digunakan adalah deret waktu times series data
untuk kurun waktu 2004-2010 dan data kerat lintang cross section
yang meliputi 15 Kabupatenkota di NTT yaitu : Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timur Tengah Selatan, Timur Tengah Utara, Belu, Alor,
Lembata, Flores Timor, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, dan Kota Kupang.
3.2 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk untuk menganalisis kondisi kemiskinan dan strategi kebijakan yang lebih efektif dalam upaya pengentasan
kemiskinan di NTT digunakan analisis deskriptif. Sedangkan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di NTT digunakan analisis panel
data. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Eviews 6.
3.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran kondisi kemiskinan dan strategi kebijakan yang efektif dalam upaya pengentasan
kemiskinan di NTT. Analisis deskriptif digunakan untuk melakukan analisis terhadap data-data kuantitatif dan interpretasi terhadap data-data kuantitatif seperti
hasil faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan.
3.2.2 Analisis Panel Data
Dalam melakukan sebuah penelitian, banyaknya data merupakan salah satu syarat agar penelitian tersebut dapat mewakili perilaku dari model yang
dikehendaki. Masalah keterbatasan data dalam sebuah penelitian merupakan hal yang sering dialami oleh para peneliti, terkadang dalam penelitian yang
menggunakan data series, data yang tersedia terlalu pendek sehingga dalam pengolahan data time series tidak dapat dilakukan. Begitu pula dengan pengolahan
data cross section, terkadang jumlah unit data yang dibutuhkan terbatas. Persoalan keterbatasan data seperti itu, dalam ekonometrika dapat diatasi dengan
menggunakan analisis panel data. Analisis panel data secara umum dapat didefinisikan sebagai analisis satu kelompok variabel yang tidak saja mempunyai
keragaan dimensi dalam time series tetapi juga dalam cross section. Penggunaan panel data memberikan banyak keuntungan secara statistik
maupun teori ekonomi. Manfaat dari penggunaan data panel antara lain Baltagi,1995:
1. Memberikan data yang informative, menambah derajat bebas, lebih efisien dan mengurangi kolinearitas antar variabel
2. Memungkinkan analisis terhadap sejumlah permasalahan ekonomi yang krusial yang tidak dapat dijawab oleh analisis data runtun waktu atau kerat lintang saja.
3. Memperhitungkan derajat heterogenitas yang lebih besar yang menjadi karakteristik dari individual antar waktu.
4. Adanya fleksibilitas yang lebih tinggi dalam memodelkan perbedaan perilaku antar individu dibandingkan data kerat lintang
5. Dapat menjelaskan dyanamic adjustment secara lebih baik. Dalam model data panel menggunakan data time series adalah :
Y
t
= +
1
X
t
+ µ
t
; t= 1,β,..,T……………………………γ.1
Dimana T adalah banyaknya data Time-Series. Sedangkan model data panel menggunakan data cross section adalah :
Y
i
= +
1
X
i
+ µ
i
; i= 1,β,..,N……………………………γ.β
Dimana N adalah banyaknya data cross section Mengingat data panel merupakan gabungan dari data time series dan cross
section, maka model dapat ditulis sebagai berikut :
Y
it
= +
1
X
it
+ µ
it
..............................................................3.3 Terdapat beberapa asumsi dasar yang melandasi penentuan model data
panel. Asumsi dasar ini ditentukan oleh conditionality dari variabel bebas xij yang digunakan dalam model data panel itu sendiri. Berdasarkan pemiliham
model, akan menentukan model estimasi dari model panel yang dipilih. Terdapat tiga metode dalam mengestimasi data panel, yaitu :
1. Pooled Least Square PLS
Dalam metode ini terdapat K regresor dalam X
it
, kecuali kosntanta. Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model CEM. Jika efek
individual α
i
kostan sepanjang waktu t dan spesifik terhadap setiap unit i maka modelnya akan sama dengan model regresi biasa. Jika nilai
α
i
sama untuk unitnya, maka OLS akan menghasilkan estimasi yang konsisten dan
efisien untuk α dan . Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan dalam mengestimasi model.
2. Fixed Effects Model FEM
Model ini menggunakan semacam peubah boneka untuk memungkinka n perubahan-perubahan dalam intersep kerat lintang dan runtut waktu akibatnya
adanya peubah-peubah yang dihilangkan. Intersep hanya bervariasi terhadap individu namun konstan terhadap waktu sedangkan slopenya konstan baik
terhadap individu maupun waktu. Kelemahan model efek tetap adalah penggunaan jumlah derajat kebebasan yang banyak serta penggunaan peubah
boneka tidak secara langsung mengidentifikasikan apa yang menyebabkan garis regresi bergeser lintas waktu dan lintas individu. Modelnya ditulis
sebagai Υ
i
= α
i
+ χ
i
+ε
i
. 3.
Random Effects Model REM Intersepnya bervariasi terhadap individu dan waktu namun slopnya
konstan terhadap individu maupun waktu. Metode ini juga dikenal sebagai variance components estimation
. Model ini meningkatkan efisiensi proses pendugaan kuadrat terkecil dengan
memperhitungkan pengganggu- pengganggu kerat lintang dan deret waktu. Model estimasinya yang digunakan
adalah
it
=α
i
+ χ
it
+µ
i
+ ε
i
dengan µ
i
adalah nilai gangguan acak pada observasi i dan konstan sepanjang waktu.
Dapat dikatakan bahwa FEM digunakan atas asumsi bahwa dari gangguan mempunyai pengaruh yang tetap. Sedangkan REM digunakan atas asumsi
bahwa gangguan diasumsikan bersifat acak.
3.2.3 Pemilihan Model dalam Pengolahan Data
Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan statistic. Hal ini ditunjukan untuk
memperoleh dugaan yang efisien. Diagram pengujian statistic untuk memilih model yang digunakan dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 berikut ini
Gambar 3.1 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel.
Hausman Test
Pooled Least Square
Random Effects Models Fixed Effects Model
Chow Test
3.2.3.1 Uji Chow Test
Chow test uji F-statistik adalah pengujian untuk memilih apakah model
yang digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effects. Sebagaimana yang diketahui bahwa terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki
perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section
memiliki perilaku yang berbeda. Dalam pengujiannya hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Square H1: Model Fixed effects
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol adalah dengan menggunakan F statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow:
…………………………γ.4
Dimana : ESS
1
= Residual Sum Square hasil pendugaan model pooled least square ESS
2
= Residual Sum Square hasil pendugaan model fixed effect N = Jumlah data Cross section
T = Jumlah data time series K= Jumlah variabel penjelas
Jika nilai CHOW statistics F stat hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penerimaan terhadap hipotesa Nol sehingga
model yang digunakan adalah fixed effects, dan begitu juga sebaliknya. Pengujian ini disebut sebagai Chow Test karena kemiripannya dengan Chow Test yang
digunakan untuk menguji stabilitas parameter.
3.2.3.2 Uji Hausman Test
Hausman test adalah pengujian statistic sebagai dasar pertimbangan dalam
memilih apakah model fixed effects atau model random effects. Seperti yang kita ketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengndung suatu unsur trade off
yaitu hilangnya derajat bebas dengan memasukan variabel dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan ketiadaan
pelanggaran asumsi dasar dari setiap komponen galat. Hausman test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut
H0 : Model Random Effects H1 : Model Fixed Effects
Sebagai dasar penolakan Hipotesa Nol maka digunakan statistic Hausman dan membandingkan dengan Chi-square statistic Hausman dirumuskan dengan :
М= -bM -M
1 -1
-bχ
2
K…………………………………… ..γ.5 Dimana adalah vektor untuk statistic variabel fixed effect, b adalah
vektor statistik variabel random effect, M adalah matriks kovarians untuk dugaan
random effects dan M
i
adalah matriks kovarians untuk dugaan fixed effect model. Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ
2
–tabel atau nilai hausman test lebih besar dari taraf nyata maka cukup bukti untuk melakukan penerimaan terhadap
hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah random effects, dan begitu juga sebaliknya.
3.2.4 Evaluasi Model 3.2.4.1 Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel. Apabila nilai R
2
yang dihasilkan dalam model regresi sangat tinggi, tetapi secara individual variabel
bebas banyak yang tidak signifikan, hal ini merupakan salah satu terjadinya indikasi multikolinearitas.
3.2.4.2 Autokorelasi
Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin-
WatsonDW dalam Eviews. Untuk mengatahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan dengan membandingkan DW statistiknya dengan DW-tabel.
Adapun kerangka identifikasi autokorelasi terangkum dalam tabel 3. Tabel 3.1 Kerangka Identifikasi Autokorelasi
Nilai Durbin Watson Kesimpulan
DW 1,10 Ada autokorelasi
1,10 DW 1,54 Tanpa kesimpulan
1,55 DW 2,46 Tidak ada auto korelasi
2,46 DW 2,90 Tanpa kesimpulan
DW 2,91 Ada autokorelasi
Sumber : Firdaus, 2004
3.2.4.3 Heteroskedasitas
Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedasitas atau memiliki ragam error yang sama. Gejala adanya heteroskedasitas dapat
ditunjukan oleh probability ObsR-Squared pada uji White Heteroskedacity. H
= = 0
H
1
= ≠ 0
Kriteria uji : Probality ObsR-Squared
α, maka tolak H
o
Probality ObsR-Squared α, maka terima H
3.2.4.4 Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa
uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi
residual antara lain Jarque-Bera Test J-B testdan metode grafik. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode J-B , apabila J-
B hitung nilai χ
2
Chi- Squared
, maka nilai residual terdistribusi normal.
3.3 Model Umum Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, jumlah penduduk yang lulus SMP, jumlah populasi, dan angka harapan hidup di
KabupatenKota di NTT, menggunakan data time series selama tujuh tahun terakhir yaitu 2004-2010 dan data cross section sebanyak 15 data mewakili
KabupatenKota di NTT. Kombinasi atau Pooling menghasilkan 105 observasi dengan fungsi persamaan data panelnya sebagai berikut :
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ln
K
it
= α + β
1
PE
it
+ β
2
SMP
it
+ β
3
PG
it
+ β
4
ln JP
it +
β
5
ln AH
it +
µ
it
……………..…γ.6
Dimana : Ln K
= Logaritma natural jumlah penduduk miskin PE
= Persentase pertumbuhan ekonomi SMP
= Persentase jumlah penduduk berumur 10 tahun keatas yang lulus SMP
PG = Persentase tingkat pengangguran terbuka
Ln JP = Logaritma natural jumlah penduduk
Ln AH = Logaritma natural angka harapan hidup
=
Intersep
1
,
2
,
3
= Koefisien regresi variabel bebas µ
it
= Komponen error i
= 1,2,3,..15 data cross section KabupatenKota di NTT t
= 1,2,3,4 data time series 2004-2010
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum 4.1.1Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar belakang yang berbeda-
beda. Provinsi NTT sebelumnya lazim disebut dengan “Flobamora” Flores, Sumba, Timor dan Alor. Sebelum kemerdekaan RI, Flobamora bersama
Kepulauan Bali, Lombok dan Sumbawa disebut Kepulauan Sunda Kecil. Namun setelah proklamasi kemerdekaan beralih nama menjadi “Kepulauan Nusa
Tenggara”, sampai dengan tahun 1957 Kepulauan Nusa Tenggara merupakan daerah Swatantra Tingkat I statusnya sama dengan Provinsi sekarang ini.
Selanjutnya tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 tahun 1958 Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara dikembangkan menjadi 3 Provinsi
yaitu Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian Provinsi Nusa Tenggara Timur keberadaannya adalah
sejak tahun 1958 sampai sekarang. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2008 tanggal
31 Januari 2008, luas daerah Provinsi NTT adalah 48.718,10 kilometer persegi atau sebesar 2,55 persen dari total luas daerah wilayah Indonesia BPS, 2009.
Provinsi NTT terletak antara 80-1200 Lintang Selatan dan 1180-1250 Bujur Timur dan memiliki 1.192 pulau 42 pulau dihuni dan 1.150 pulau tidak dihuni.
Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah.