sebanyak 126.600 jiwa 28,69 persen darai total penduduk 441.155 jiwa. Tingginya tingkat kemiskinan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dikarenakan,
secara topografis wilayah kabupaten TTS memiliki curah hujan yang rendah sehingga lahan di wilayah tersebut umumnya kering dan tandus, selain itu sektor
pertanian 95,3 persen masih memegang peranan penting karena sebagian besar penduduk bekerja dan mengandalkan hidupnya dari pertanian.
Gambaran tingkat pendidikan penduduk wilayah kabupaten TTS memiliki tingkat pendidikan yang rendah, indikator ini dapat ditunjukan dengan rata-rata
lama sekolah pada tahun 2009 rata-rata lama sekolah Timor Tengah Selatan adalah 6,12 tahun berarti hanya menyelesaikan pendidikan sampai pada kelas
enam SD. Sedangkan, untuk jumlah penduduk miskin terendah berada di Kota Kupang sebagai ibukota Provinsi Nusa Tengggara Timur, jika diamati menurrut
daerah tempat tinggal menunjukan jumlah penduduk miskin dipedesaan lebih banyak dibandingkan di perkotaan. Hal ini disebabkan penduduk diperkotaan
umumnya bekerja di sektor sekunder maupun tersier sehingga memiliki pendapatan yang lebih banyak dibandingkan penduduk pedesaan yang sebagian
besar bekerja di sektor pertanian dan informal. Banyaknya penduduk miskin di pedesaan masih banyak yang belum menikmati kesejahteraan dibandingkan
penduduk diperkotaan.
4.1.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusioanal kelembagaan, dan ideologis
terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada Simon Kuznet dalam Todaro, 2004. Angka pertumbuhan ekonomi diperoleh dai perubahan nilai Produk
Domestik Regional Bruto PDRB suatu wilayah yang dinilai atas dasar harga konstan BPS,2012. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sebagai salah satu
indikator keberhasilan pembangunan mengalami fluktuasi Tabel 4.2. Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota NTT 2004-
2010
Sumber : BPS NTT 2004-2010 Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT relatif meningkat
dari tahun 2004-2010. Hanya saja pada tahun 2007 ke 2008, rata-rata laju pertumbuhan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Lambatnya laju
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 dipengaruhi adanya krisis moneter keuangan global pada tahun 2008. Selama periode 2004-2010 rata-rata laju
pertumbuhan ekonomi tertinggi didominasi oleh kota Kupang sebesar 6,85 persen. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi terendah ditempati oleh kabupaten
No Nama Kabupaten
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Rata-
Rata 1
Sumba Barat 4,35
4,87 4,73
7,09 4,78
5,07 5,57
4,60 2
Sumba Timur 5,06
4,83 4,99
6,02 6,01
3,81 4,83
5,07 3
Kupang 5,11
3,46 4,85
4,43 5,03
3,84 4,09
4,58 4
TTS 4,43
4,03 4,11
5,05 4,46
4,06 4,23
4,33 5
TTU 4,57
3,33 3,83
5,03 4,39
3,46 5,79
4,38 6
Belu 5,79
4,75 7,16
4,83 4,05
3,47 4,89
4,99 7
Alor 5,98
5,84 4,15
6,92 4,67
4,13 4,86
5,22 8
Lembata 3,41
1,94 4,92
4,90 5,13
4,36 4,70
4,19 9
Flores Timor 4,68
4,00 4,16
4,19 4,68
4,11 5,83
4,52 10
Sikka 4,57
3,50 4,74
3,78 4,09
4,12 4,46
4,18 11
Ende 5,02
5,02 4,56
5,63 5,38
4,48 5,30
5,05 12
Ngada 4,35
5,06 5,17
6,17 4,99
5,05 5,46
5,82 13
Manggarai 2,69
2,59 3,63
6,12 4,34
5,91 5,00
3,85 14
Rote Ndao 5,07
4,67 5,05
4,93 5,51
4,67 5,14
4,98 15
Kota Kupang 6,28
5,67 5,19
9,00 7,45
6,13 8,23
6,85
16 Nusa
Tenggara Timur
4,75 4,23
4,74 5,41
4,93 4,30
5,52 4,84
Manggarai sebesar 3,85 persen. Hal ini mengindikasikan adanya kontribusi sektor jasa-jasa di Kota Kupang sangat mendominasi.
Tabel 4.2 juga menunjukkan secara umum bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekonomi pada masing-masing kabupatenkota di Provinsi NTT
cenderung stabil mendekati rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT bahkan ada beberapa kabupatenkota di atas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTT. Perekonomian Nusa Tenggara Timur pada dasanya merupakan perekonomian agraris yang dicirikan dengan besarnya peranan sektor pertanian.
Dari table 4.3 dapat dilihat bahwa perekonomian Nusa Tenggara Timur memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap sektor pertanian.
Pada tahun 2004-2011 sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur mengalami penurunanan dari 41,90 persen pada tahun 2004
menjadi 35 persen pada tahun 2011. Peranan sektor pertanian cenderung menurun namun perekonomiannya semakin membaik. Perekonomian NTT mulai berubah,
dominasi sektor pertanian yang terjadi selama ini, mulai dibayang-bayangi sektor jasa yag memberikan pertumbuhan yang signifikan, pada tahun 2011 sektor
pertanian mencapai 35 persen sedangkan sektor jasa mencapai 32 persen. Tiga sumber utama yang memberikan andil dalam pertumbuhan PDRB NTT tahun
2011 adalah sektor jasa-jasa sebesar 2,09 persen, disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan Restoran 1,32 persen dan sektor pertanian 1,18 persen. Sektor lainnya
memberi andil pertumbuhan antara 0,04-0,45 persen. Dilihat dari sisi penggunaannya, sebagian besar PDRB NTT 2011 digunakan untuk memenuhi
untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yakni mencapai 72,69 persen.
Tabel 4.3 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto NTT Atas Dasar Harga Berlaku menurut Sektor 2004-2011
Lapangan Usaha 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 1. Pertanian
2. Pertambangan 3. Indsutri Pengolahan
4. Listrik,Gas Air 5. BangunanKonstruksi
6. Perdagangan,RestoHotel 7. PengangkutanKomunikasi
8. KeuanganSewa 9. Jasa-jasa
41,90 1,54
1,63 0,40
7,57 15,77
5,97 3,11
22,10 40,74
1,48 1,80
0,42 7,55
15,99 6,41
3,38 22,22
40,56 1,42
1,76 0,45
7,38 16,09
6,45 3,34
22,55 40,27
1,37 1,70
0,44 7,06
15,99 6,22
3,90 23,05
40,39 1,34
1,56 0,41
6,88 15,65
6,41 3,80
23,52 39,51
1,31 1,55
0,42 6,93
16,09 6,08
3,99 24,12
38,45 1,31
1,54 0,42
6,97 16,76
5,78 4,07
24,60 35,00
1,00 1,50
1,00 7,00
16,00 5,00
2,00 32,00
PDRB 100
100 100
100 100
100 100
100
Sumber : BPS Provinsi NTT 2004-2011 Sementara konsumsi pemerintah hanya memberikan kontribusi sebesar
22,24 persen. Seiring dengan meningkatnya PDRB NTT, kontribusi konsumsi rumah tangga terus meningkat yaitu dari 9,05 triliyun pada tahun 20101 menjadi
10,80 triliyun pada tahun 2011. Demikian juga dengan konsumsi pemerintah dan komponen penggunaan lainnya.
4.1.4 Jumlah Penduduk