V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Keragaan Fisik Arboretum Tol Jagorawi
Arboretum  tol  Jagorawi  terletak  di  kedua  sisi  jalan  tol.  Letaknya  yang lebih rendah dari jalan akan menyebabkan limpasan air hujan dari jalan masuk ke
arboretum tersebut. Pengamatan di  lapangan  menunjukkan  bahwa air hujan  yang masuk  ke  dalam  arboretum  dapat  tertahan  secara  hidrologis  karena  bentuknya
berupa  cekungan.  Dengan  demikan,  air  limpasan  tersebut  dapat  diresapkan  ke dalam  tanah  dan  dimanfaatkan  oleh  vegetasi  di  atasnya.  Cekungan  yang  ada  di
arboretum mempunyai kedalaman ± 2 m, sehingga arboretum ini sudah memenuhi syarat sistem bioretensi menurut Scott 2009.
Pada arboretum di lokasi penelitian tidak dijumpai bangunan pengelolaan aliran  permukaan  secara  khusus,  seperti  bak  sedimentasi  untuk  mengendapkan
sedimen  yang  dibawa  oleh  air  permukaan  dan  saluran  overflow  untuk menyalurkan kelebihan air permukaan. Aliran permukaan mengalir secara acak ke
dalam arboretum mengikuti celah yang ada di sisi jalan, serta membawa sedimen masuk  Gambar  4.  Sebagian  sedimen  mengendap  di  celah-celah  tersebut.  Pada
curah  hujan  yang  sangat  tinggi,  aliran  permukaan  keluar  dari  arboretum  dan masuk ke sungai.
Gambar  4. Celah di pinggiran  jalan  yang  masuk  ke  lahan akasia kiri dan  lahan rumput kanan
5.2. Sifat Kimia Air Hujan
Air hujan merupakan hasil presipitasi dan memiliki nilai tinggi hujan yang berbeda-beda. Konsentrasi polutan dalam air hujan yang terukur dipengaruhi oleh
tingkat  kepadatan  kendaraan  dan  faktor  hujan.  Semakin  tinggi  kepadatan
kendaraan, maka pasokan polutan ke udara yang terkandung dalam air hujan akan semakin  besar.  Dalam  hal  ini,  faktor  hujan  yang  berpengaruh  adalah  selang
kejadian  hujan,  lama  hujan  dan  tinggi  hujan.  Data  lama  hujan,  tinggi  hujan  dan volume kendaraan pada 3 contoh kejadian hujan disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10. Lama hujan, tinggi hujan, dan volume kendaraan pada selang kejadian hujan yang berbeda
Kejadian Hujan
Selang kejadian hujan
Lama Hujan
menit Tinggi
Hujan mm
Volume Kendaraan
buah Hujan 1
2 Hari 105
23,22 106.342
Hujan 2 3 Hari
55 2,88
158.573 Hujan 3
5 hari 110
35,61 249.696
Keterangan: Sumber dari kantor Jasa Marga Pintu Tol Bogor Gambar  5  menunjukkan  peralatan  pengukur  tinggi  hujan  sekaligus
pengambilan  contoh  air  hujan  kiri  dan  pengambilan  contoh  air  permukaan kanan.
Gambar  5.  Peralatan  pengukur  tinggi  hujan  kiri  dan  pengambilan  contoh  air permukaan kanan
Contoh  air  hujan  diambil  pada  tiga  kejadian  hujan  yang  memiliki  selang kejadian  hujan  yang  berbeda Tabel  10. Tabel  10  menunjukkan  bahwa kejadian
hujan  1  memiliki  selang  kejadian  hujan  2  hari  dengan  lama  hujan  yang  panjang dan  tinggi  hujan  lebih  tinggi  dibandingkan  kejadian  hujan  2.  Kejadian  hujan  3
memiliki  selang  kejadian  hujan  dan  lama  hujan  yang  panjang,  serta tinggi  hujan yang  paling  tinggi.  Semakin  lama  selang  kejadian  hujan,  peluang  volume
kendaraan yang melewati jalan tol akan semakin besar. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas air hujan dan air permukaan. Karakteristik kimia air hujan yang
dianalisis adalah pH, P-total, nitrat, dan Pb.
Tingkat kemasaman pH. Nilai pH dalam air hujan pada masing-masing
kejadian  hujan  bervariasi,  berkisar  antara  6,1-6,3  Gambar  6.  Gambar  6 menunjukkan  bahwa  kejadian  hujan  1  dan  2  memiliki  nilai  pH  yang  sama,
sedangkan  kejadian  hujan  3  memiliki  nilai  pH  yang  paling  rendah.  Hal  ini disebabkan pengaruh dari volume kendaraan yang tinggi da sejalan dengan selang
kejadian  hujan  yang panjang. Semakin  lama selang kejadian  hujan  maka volume kendaraan  semakin  tinggi,  sehingga  pH  air  hujan  cenderung  semakin  masam.
Volume  kendaraan  yang  melintasi  jalan  sangat  mempengaruhi  tinggi  rendahnya polutan  di  atmosfer.  Semakin  padat  kendaraan  yang  melintas  maka  semakin
banyak pula polutan yang dikeluarkan.
Gambar 6. Nilai pH dalam air hujan di setiap kejadian hujan Berdasarkan  PP  No.  82  Tahun  2001  tanggal  14  Desember  2001  tentang
Pengelolaan  Kualitas  Air  dan  Pengendalian  Pencemaran  Air,  nilai  pH  air  hujan yang  diperbolehkan  bagi  kelas  I  bahan  baku  air  minum  yaitu  sekitar  6-9  dan
kelas IV pertanaman  yaitu sekitar 5-9.  Nilai pH pada air hujan tergolong aman bagi air minum dan tanaman yang tumbuh sekitar area jalan tol.
Hujan 1 Hujan 2
Hujan 3 pH
6.3 6.3
6.1 Lama Hujan menit
105 55
110 Tinggi Hujan mm
23.22 2.88
35.61 20
40 60
80 100
120
6 6.05
6.1 6.15
6.2 6.25
6.3 6.35
pH
P-total . Kandungan P-total dalam air hujan pada masing-masing kejadian
hujan  bervariasi,  berkisar  antara  0,2-0,33  mgl  Gambar  7.  Gambar  7 menunjukkan  bahwa  kejadian  hujan  1  dengan  volume  kendaraan  paling  rendah,
memiliki  kadar  P-total  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  kejadian  hujan  2. Kejadian hujan 3 memiliki kadar P-total paling tinggi. Besarnya P-total dalam air
hujan pada kejadian hujan 1, 2, dan 3 tidak mengikuti besarnya volume kendaraan dan  tingkat  lamanya  selang  kejadian  hujan.  Hal  ini  disebabkan  karena  P  bukan
merupakan  keluaran  dari  kendaraan,  terlihat  dari  kandungan  P-total  yang  tidak berbanding  lurus  dengan  volume  kendaraan.  Kandungan  P-total  ini  lebih
dipengaruhi oleh tinggi hujan dan lama hujan, karena kadarnya mengikuti tingkat besarnya  tinggi  hujan  dan  lama  hujan.  Dengan  demikian,  semakin  lama  waktu
hujan  dan  besar  tinggi  hujan  maka  kandungan  P-total  dalam  air  hujan  semakin tinggi.
Gambar 7. Kandungan P-total dalam air hujan di setiap kejadian hujan Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001, kandungan P dalam air hujan di lokasi
penelitian tergolong aman bagi kelas IV pertanaman karena nilainya ≤ 5 mgl, tetapi tergolong tidak aman bagi kelas I bahan baku air minum yaitu
≤ 0,2 mgl.
Nitrat .  Nitrat  merupakan  hasil  reaksi  Nitrogen  Oksida  NO
x
dengan  air dan  bersifat  masam.  Nitrat  merupakan  komponen  polutan  di  udara  yang  berasal
dari  asap  kendaraan  bermotor.  Dengan  demikian,  kandungan  nitrat  dalam  air
Hujan 1 Hujan 2
Hujan 3 P-Total mgl
0.25 0.2
0.33 Lama Hujan menit
105 55
110 Tinggi Hujan mm
23.22 2.88
35.61 20
40 60
80 100
120
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35
P t
ot a
l m
g L
hujan sangat dipengaruhi oleh volume kendaraan yang melintas. Terdapat indikasi bahwa semakin banyak kendaraan yang melintas maka kandungan nitrat semakin
tinggi. Kandungan nitrat air hujan yang dianalisis di setiap kejadian hujan berkisar antara  0-6,2  mgl  Gambar  8.  Gambar  8  menunjukkan  bahwa  kejadian  hujan  1
dan  3  memiliki  kandungan  yang  sama,  sedangkan  kejadian  hujan  2  memiliki kandungan yang tidak terukur kandungannya sangat rendah.  Hal ini disebabkan
adanya faktor pengenceran pada air hujan. Dengan demikian, kandungan nitrat air hujan di lokasi penelitian lebih dipengaruhi oleh lama dan tinggi hujan.
Gambar 8. Kandungan nitrat dalam air hujan di setiap kejadian hujan Berdasarkan  PP  No  82  Tahun  2001,  kandungan  nitrat  air  hujan  di  lokasi
penelitian  tergolong  aman  karena  masih  dibawah  ambang  batas  kelas  I  bahan baku air minum yaitu ≤ 10 mgl dan kelas IVpertanaman yaitu ≤ 20 mgl.
Logam  berat  Pb
.  Logam  berat  dikeluarkan  oleh  kendaraan  sebagai  gas buang  kendaraan  berupa  partikel-partikel  yang  berukuran  sekitar  0,01  µ m.
Partikel-partikel  Pb  ini  akan  bergabung  satu  sama  lain  membentuk  ukuran  yang lebih  besar  dan  keluar  sebagai  gas  buang  yang  dapat  melayang  ke  udara  atau
mengendap  di  permukaan  jalan,  tanah  dan  daun  Sudarmadji,  1997.  Hal  ini mengindikasikan  bahwa  semakin  lama  selang  kejadian  hujan  dan  semakin  besar
volume  kendaraan,  maka  peluang  akumulasi  Pb  di  udara  dan  sekitarnya  akan
Hujan 1 Hujan 2
Hujan 3 Nitrat mgl
6.2 6.2
Lama Hujan menit 105
55 110
Tinggi Hujan mm 23.22
2.88 35.61
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
7
N it
rat m
gL
meningkat. Semakin banyak kendaraan yang melintas, maka semakin banyak pula Pb yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan Pb dalam air hujan
pada masing-masing kejadian hujan berkisar antara 0,009-0,013 mgl Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa kandungan Pb dalam air hujan di lokasi penelitian
cenderung berbanding lurus dengan lama hujan dan tinggi hujan.
Gambar 9. Kandungan Pb dalam air hujan di setiap kejadian hujan Menurut  Sudarmadji  1997,  partikel  Pb  dapat  mengendap  di  permukaan
tanah  dan  jalan  atau  tetap  di  udara  dalam  jangka  waktu  yang  lama.  Pb  yang melayang-layang  di  udara  dapat  terangkut  air  hujan  sehingga  meningkatkan
konsentrasi Pb dalam air hujan. Berdasarkan  PP  No.  82  Tahun  2001,  kandungan  Pb  air  hujan  di  lokasi
penelitian  tergolong  rendah  karena  di  bawah  batas  ambang  yang  diperbolehkan kelas I bahan baku air minum yaitu
≤ 0,03 mgl dan kelas IV pertanaman yaitu ≤ 1  mgl.  Akan tetapi, pemanfaatan air  hujan untuk kebutuhan air  minum perlu
memperhatikan keadaan curah hujan dan lama hujan per hari. Hal ini disebabkan air  hujan  untuk  air  minum  tidak  boleh  mengandung  zat  pencemar  Sudarmadji,
1997.
5.3. Sifat Fisik dan Kimia Air Permukaan