serta pergerakan air di dalam tanah terhambat. Sebaliknya, lahan akasia memiliki laju infiltrasi yang paling tinggi. Tingginya laju infiltrasi di lahan akasia
disebabkan oleh kandungan serasah yang tinggi dibandingkan vegetasi lahan yang lain. Penumpukan serasah ini akan memicu organisme dan mikroorganisme tanah
untuk menguraikan serasah menjadi bahan organik. Menurut Seran 2010, kandungan bahan organik yang tinggi dimiliki hutan alam dan tegakan Acacia
mangium dibandingkan dengan areal alang-alang dan daerah terbuka. Selain itu, pukulan air hujan pada areal hutan terhadap tanah ditahan oleh tajuk, tumbuhan
bawah dan serasah serta sistem perakaran tumbuhan yang menyebabkan aliran permukaan menjadi lebih kecil dan kapasitas infiltrasi lebih tinggi. Pada areal
alang-alang dan daerah terbuka tidak tersedia tajuk dan serasah yang cukup untuk menahan pukulan air hujan sehingga mengakibatkan kapasitas infiltrasi rendah.
Proses utama dalam teknik bioretensi adalah infiltrasi. Air permukaan yang masuk ke dalam area sistem bioretensi diharapkan dapat diresapkan oleh
tanah melalui proses infiltrasi, sehingga mengurangi laju aliran permukaan dan menyebabkan tersaringnya polutan yang terkandung oleh air permukaan. Laju
infiltrasi yang diharuskan dalam sistem bioretensi adalah 1,25 cmjam. Semua vegetasi lahan sudah memenuhi kriteria tersebut. Namun demikian lahan akasia
memiliki potensi yang lebih baik sebagai sistem bioretensi karena memiliki laju infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan vegetasi lahan yang lain.
5.4.6. Permeabilitas
Air dapat mengalir dengan mudah di dalam tanah yang mempunyai pori- pori besar dan hubungan antar pori yang baik. Pori-pori yang kecil dengan
hubungan antar pori yang buruk akan mengakibatkan permeabilitas tanah menjadi rendah, karena air akan mengalir lebih lambat di dalam tanah. Berdasarkan
Gambar 20, permeabilitas di berbagai vegetasi lahan menunjukkan perbedaan. Setiap lahan pada kedalaman 0-30 cm memiliki permeabilitas yang sangat cepat
dibandingkan pada kedalaman 30-60 cm. Hal itu dipengaruhi oleh bobot isi tanah dan porositas total. Tanah yang memiliki bobot isi tinggi dan porositas kecil
menghasilkan permeabilitas tanah lebih lambat dibandingkan dengan tanah dengan bobot isi rendah dan porositas besar.
Gambar 20. Permeabilitas pada berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tanah 0-30 cm dan 30-60 cm
Lahan akasia pada kedalaman 0-30 cm memiliki permeabilitas yang sangat cepat dengan nilai sebesar 106,34 cmjam, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm
memiliki permeabilitas agak lambat dengan nilai sebesar 84,98 cmjam. Sama halnya dengan lahan akasia, lahan jati pada kedalaman 0-30 cm memiliki
permeabilitas yang sangat cepat dengan nilai sebesar 98,28 cmjam, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm memiliki permeabilitas sedang dengan nilai sebesar
4,21 cmjam. Lahan rumput pada kedalaman 0-30 cm memiliki permeabilitas yang sangat cepat dengan nilai sebesar 100,08 cmjam. Kedalaman 30-60 cm tidak
diukur karena pada kedalaman ini terdapat banyak kerikil dan batu sehingga tidak ada pengambilan contoh tanah utuh. Lahan bera pada kedalaman 0-30 cm
memiliki permeabilitas yang sangat cepat dengan nilai sebesar 62,08 cmjam, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm memiliki permeabilitas lambat dengan nilai
sebesar 0,16 cmjam. Dari keempat lahan di kedalaman 0-30 cm, lahan akasia memiliki nilai
permeabilitas yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena pada lapisan topsoil mengandung serasah akasia dan mulsa sehingga tanah pun menjadi lebih gembur
dan pori drainase lebih banyak sehingga memberikan kesempatan air mengalir lebih cepat. Selain itu, lahan akasia memiliki akar-akar besar sehingga tanah
memiliki pori yang lebih banyak dan air lebih mudah mengalir pada keadaan jenuh.
Nilai permeabilitas tanah yang dihasilkan akan sama dengan laju infiltrasi. Hal ini terjadi karena permeabilitas dan infiltrasi sama-sama dipengaruhi oleh
106.34 84.98
98.28
4.21 100.08
62.08
0.16 0.00
20.00 40.00
60.00 80.00
100.00 120.00
0-30 30-60
0-30 30-60
0-30 0-30
30-60 Akasia
Akasia Jati
Jati Rumput
Bera Bera
P er
m eabi
lit as
cm j
am
Kedalaman tanah cm
bobot isi dan porositas total. Tanah dengan bobot isi yang rendah dan porositas yang tinggi akan menghasilkan permeabilitas yang tinggi, demikian pula
sebaliknya. Hal ini karena tanah dimanfaatkan sebagai penyaring polutan dan menjerap unsur-unsur kimia yang dapat dimanfaatkan tanah dan tanaman sebagai
unsur hara. Dalam teknik bioretensi, kriteria permeabilitas yang diperlukan adalah 1,27 cmjam. Namun demikian lahan akasia memiliki potensi yang paling baik
sebagai sistem bioretensi karena nilai permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang lain.
5.5. Sifat Kimia Tanah