2. Asupan panas Biasanya disebabkan oleh buangan air limbah dari sumber
‐sumber pertukaran panas. Asupan panas akan meningkatkan suhu air. Walau demikian,
peningkatan suhu air belum tentu akan menimbulkan gangguan berarti bagi kehidupan air atau pemanfaatan air.
3. Pengambilan air Biasanya untuk kepentingan pengolahan air bersih, baik bagi kepentingan
umum maupun untuk kepentingan aktivitas industri. Pengambilan air akan mengakibatkan jumlah air berkurang sehingga kemampuan pengenceran dari
suatu badan air akan berkurang. Akibatnya, polutan akan terakumulasi dalam air yang lebih sedikit.
4. Perubahan pola aliran Misalnya akibat pembuatan bendungan, penambahan alat dan bangunan
air, pembangunan kanal, dan sebagainya. Aliran air yang berubah sudah tentu akan menimbulkan akumulasi atau penggelontoran pencemar yang dikandungnya.
5. Perubahan morfologi badan air Misalnya akibat normalisasi tepi sungai, pengerukan dan, pengerasan
dasar sungai, dan sebagainya. Berubahnya morfologi badan air akan menimbulkan penyesuaian aliran air yang kemudian akan menimbulkan akumulasi atau
penggelontoran pencemar yang dikandungnya. 6. Interaksi kehidupan flora dan fauna
Misalnya akibat pembusukan ganggang dalam jumlah yang sangat besar. Tidak semua perubahan kualitas air berakibat penurunan kualitas air. Sebagian
malah dapat memperbaiki kualitas air.
2.3. Polusi Udara
Polusi udara telah berlangsung lama sejak ditemukannya mesin penggerak yang menggunakan bahan bakar, seperti kayu dan batubara pada abad ke-19 dan
disusul dengan penggunaan Bahan Bakar Minyak BBM. Menurut Wardhana 1999, dari beberapa macam komponen pencemar udara, komponen-komponen
yang paling banyak berpengaruh antara lain: Karbon Monoksida CO, Nitrogen Oksida NO
x
, Belerang Oksida SO
x
, Hidro Karbon HC, Timbal Pb dan
partikel debu. Komponen pencemar udara tersebut dapat mencemari udara secara sendiri-sendiri atau bersama-sama.
Dampak yang terjadi pada beberapa polutan yang mencemari udara diantaranya adalah efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon, dan hujan asam acid
rain. Menurut Manahan 1994, penyebab utama hujan asam adalah terbentuknya gas SO
2
dan NO
2
oleh ulah manusia dari bahan bakar batubara dan minyak. Apabila gas-gas tersebut bereaksi dengan uap air maka muncul polutan NH
4
dan H
2
SO
4
yang turun bersama hujan menyebabkan pH air menurun. Selain itu, endapannya akan tertahan oleh tanah dan dilarutkan oleh hujan sehingga
menyebabkan pH tanah menurun. Adapun reaksi oksidasi di udara, dapat dirumuskan sebagai berikut:
SO
2
+ ½ O
2
+ H
2
O H
2
+ SO
2
aq NO
2
+ ½ O
2
+ H
2
O H
2
+ NO
3
aq HNO
3
sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu, senyawa ini merupakan asam keras dan reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan
korosif. Oleh sebab itu, presipitasinya akan merusak tanaman terutama daun Manahan, 1994.
Timbal merupakan logam berwarna kelabu keperakan yang berasal dari asap kendaraan berbahan bakar bensin. Polutan ini ditemui pada motor, mobil,
truk, dan bus. Timbal ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk timbal organik. Pada pembakaran bensin, timbal organik ini berubah bentuk
menjadi timbal anorganik. Timbal yang dikeluarkan sebagai gas buang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel berukuran 0,01 µm. Partikel-partikel timbal
ini akan bergabung satu sama lain membentuk ukuran yang lebih besar dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada knalpot Satriyo, 2008.
2.4. Sifat Fisik Tanah