Tabel 13. Kandungan N-total pada berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tanah
0-10 cm dan 10-20 cm
Lahan Kedalaman cm
N-Total Kriteria
Akasia 0-10
0.297 Sedang
Akasia 10-20
0.167 Rendah
Jati 0-10
0.183 Rendah
Jati 10-20
0.176 Rendah
Rumput 0-10
0.156 Rendah
Rumput 10-20
0.105 Rendah
Bera 0-10
0.152 Rendah
Bera 10-20
0.154 Rendah
Ket: = Kriteria Penilaian Analisis Tanah Pusat Penelitian Tanah, 1983 Lahan bera memiliki kandungan N-total lebih rendah dibandingkan
dengan vegetasi lahan yang lain. Hal ini terjadi karena pada tanah bera yang terbuka menyebabkan aliran permukaan dapat mencuci nitrogen tanah pada saat
hujan. Tanaman penutup tanah merupakan pelindung dari aliran permukaan dan penyumbang N-total tanah.
Pohon akasia termasuk famili Leguminosae yang dapat merangsang mikroorganisme untuk memfiksasi nitrogen bebas di udara. Nitrogen bebas di
udara yang difiksasi oleh bakteri Rhizobium pada bintil akar tanaman inang, diubah menjadi bentuk kompleks seperti NH
4 +
dan NO
3 -
. Nitrogen yang ditambat tersebut dapat diserap oleh tanaman dan mikroorganisme, dan dapat terikat oleh
koloid tanah. Dibandingkan dengan kandungan N-total lahan bera yaitu sebesar 0,15
mgkg sedang, kadar N-total pada lahan akasia dan lahan jati cenderung lebih tinggi. Lahan rumput memiliki kadar N-total cenderung sama dengan lahan bera.
Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan N-total tanah di arboretum dipengaruhi serasah yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah.
5.5.3. P-total
Kandungan P-total pada tanah di arboretum tergolong sangat rendah menurut kriteria PPT 1983. Tabel 14 menunjukkan bahwa kandungan P-total
tertinggi pada kedalaman 0-30 cm yaitu pada lahan akasia sebesar 0,540 mgkg. Dibandingkan dengan kadar P-total pada lahan bera, kadar P-total pada lahan
akasia cenderung lebih tinggi yaitu sebesar 0,54 mgkg 0-10 cm dan 0,12 mgkg 10-20 cm. Hal ini diduga serasah dapat meningkatkan P pada tanah.
Tabel 14. Kandungan P-total pada berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tanah
0-10 cm dan 10-20 cm
Lahan Kedalaman cm
P-total
mgkg
Kriteria
Akasia 0-10
0.540 Sangat rendah
Akasia 10-20
0.122 Sangat rendah
Jati 0-10
0.155 Sangat rendah
Jati 10-20
0.104 Sangat rendah
Rumput 0-10
0.157 Sangat rendah
Rumput 10-20
0.144 Sangat rendah
Bera 0-10
0.205 Sangat rendah
Bera 10-20
0.155 Sangat rendah
Ket: = Kriteria Penilaian Analisis Tanah Pusat Penelitian Tanah, 1983 Kadar P-total lahan jati dan lahan rumput cenderung lebih rendah
dibandingkan lahan bera. Hal ini diduga karena sebelumnya lahan bera merupakan lahan yang dikelola untuk pertanian, sehingga terdapat residu P yang berasal dari
penggunaan pupuk.
5.5.4. Logam Berat Pb
Logam berat Pb dalam tanah di semua vegetasi lahan masih dibawah batas ambang maksimum yang ditetapkan, batas maksimum Pb yaitu 100 mgkg
Anonim, 1992. Tabel 15 menunjukkan bahwa lahan bera memiliki kandungan Pb tinggi yaitu sebesar 0,75 mgkg di kedalaman 0-10 cm dan 0,80 mgkg di
kedalaman 10-20 cm. Hal ini dimungkinkan banyak sumbangan emisi Pb di udara dan mengendap di dalam tanah ditambah dengan kurangnya vegetasi yang mampu
menahan udara pembawa emisi. Lahan akasia memiliki kandungan Pb yang tinggi dibandingkan dengan lahan jati dan rumput.
Apabila dibandingkan dengan kadar Pb pada lahan bera, kadar Pb pada lahan akasia cenderung lebih rendah yaitu sebesar 0,73 mgkg 0-10 cm dan 0,56
mgkg 10-20 cm. Sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan merupakan agen utama pembawa atau penyebar bahan-bahan pencemar di daerah aliran permukaan
Mulyadi, 2008. Tabel 15 menunjukkan bahwa kandungan Pb pada air hujan dan air permukaan lebih rendah dibandingkan Pb dalam tanah. Hal ini diduga Pb
dalam tanah merupakan hasil akumulasi dari masukan air hujan dan air permukaan dalam jangka waktu yang lama.
Tabel 15. Kandungan Pb pada berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tanah 0-10 cm dan 10-20 cm
Lahan Kedalaman cm
Pb mgkg
Akasia 0-10
0.73 Akasia
10-20 0.56
Jati 0-10
0.45 Jati
10-20 0.46
Rumput 0-10
0.56 Rumput
10-20 0.36
Bera 0-10
0.75 Bera
10-20 0.80
Batas Maksimum 100
Keterangan: Ministry of State of Population and Environment of Indonesia and Dalhousie University Canada, 1992
Aliran permukaan jalan raya membawa sedimen dan bahan pencemar udara yang berasal dari asap kendaraan. Penyebaran bahan pencemar udara dari
sumber pencemar ke lingkungan sekitarnya dapat melalui proses difusi, proses konveksi, atau kombinasi kedua proses tersebut. Proses difusi merupakan hasil
perkalian koefisien difusi dan gradien konsentrasi per gradien jarak, sehingga penyebaran pencemar udara hanya tergantung dari koefisien difusi, gradien
konsentrasi, dan jarak antar lokasi. Proses penyebaran zat pencemar secara konveksi ditentukan oleh arah dan kecepatan angin.
Aliran permukaan yang membawa Pb akan masuk dan meresap ke dalam cekungan tanah di lokasi penelitian. Cekungan tersebut diharapkan dapat
menginfiltrasikan air dan mengalami permurnian oleh tanah. Tanah dimanfaatkan sebagai penyaring polutan dan terjadi proses mikrobiologi oleh material organik,
sehingga pada saat mengalir ke badan air, air ini layak untuk digunakan oleh masyarakat. Kandungan Pb pada air hujan dan air permukaan lebih rendah
dibandingkan Pb dalam tanah. Hal ini diduga Pb pada tanah merupakan hasil akumulasi dari masukan air hujan dan air permukaan dalam jangka waktu yang
lama.
5.6. Karakteristik Kedalaman Sumur dan Analisis Kimia Air Sumur