Salah satu proses dalam teknik bioretensi adalah proses absorpsi. Proses absorpsi merupakan proses penahanan air di ruang antara partikel tanah yang
kemudian akan diserap oleh akar tanaman. Tanah dengan agregat yang stabil akan mendukung proses absorpsi karena dengan tanah demikian akan menyediakan
ruang pori yang stabil. Agregat yang tidak stabil akan mengakibatkan tanah mudah hancur sehingga menurunkan dan menyumbat pori-pori tanah. Dengan
demikian, air tidak dapat diabsorpsi oleh tanah dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Lahan akasia di lokasi penelitian memiliki potensi lebih tinggi sebagai
sistem bioretensi karena memiliki indeks stabilitas agregat yang paling tinggi.
5.4.4. Tekstur
Tekstur merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat. Fraksi liat merupakan komponen tekstur tanah yang paling berperan dalam
kaitannya dengan sifat-sifat kimia tanah. Fraksi liat mempunyai ukuran sangat kecil, luas permukaan yang luas, dan bermuatan tinggi sehingga mempunyai
kemampuan dalam menjerap ion-ion dalam air. Tekstur tanah di berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tanah tertentu disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Tekstur pada berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tanah 0-30 cm dan
30-60 cm
Lahan Kedalaman cm
Pasir liat
Debu Kriteria
Akasia 0-30
16.80 62.73
20.47 Liat
Akasia 30-60
20.92 59.21
19.87 Liat
Jati 0-30
31.18 50.17
18.66 Liat
Jati 30-60
22.25 56.71
21.04 Liat
Rumput 0-30
22.44 59.26
18.30 Liat
Bera 0-30
7.80 69.21
22.98 Liat
Bera 30-60
13.39 68.27
18.34 Liat
Berdasarkan hasil analisis, tanah di semua vegetasi lahan dan kedalaman tertentu mempunyai tekstur yang sama yaitu liat. Fraksi liat akan berpengaruh
pada kemampuannya dalam menahan air. Tanah bertekstur liat memiliki daya serap yang lebih rendah dan kapasitas infiltrasi yang kurang baik. Hal ini
disebabkan komposisi pori makro dalam melewatkan udara yang jumlahnya sedikit dan pori mikro dalam menyimpan air yang jumlahnya besar. Jika terjadi
hujan, air akan jatuh ke permukaan tanah kemudian diserap oleh tanah. Selain itu,
jika terjadi hujan dengan intensitas hujan yang melebihi kapasitas infiltrasi, maka akan terjadi aliran permukaan.
Menurut Scott 2009, kriteria tekstur tanah pada teknik bioretensi harus memiliki tekstur lempung berpasir, pasir berlempung, atau lempung. Kandungan
clay maksimum 5, campuran tanah harus pasir 50-60 kompos daun 20-30 , dan topsoil 20-30. Hal ini disebabkan sistem bioretensi bertujuan untuk
menyerapkan air lebih cepat dan meretensi kandungan polutan yang dibawa oleh air hujan dan air permukaan. Tanah pada semua vegetasi lahan penelitian
bertekstur sama yaitu liat dengan kandungan liat 50. Dengan demikian, tanah di arboretum tidak memenuhi syarat sifat fisik sistem bioretensi.
5.4.5. Infiltrasi