bobot isi dan porositas total. Tanah dengan bobot isi yang rendah dan porositas yang tinggi akan menghasilkan permeabilitas yang tinggi, demikian pula
sebaliknya. Hal ini karena tanah dimanfaatkan sebagai penyaring polutan dan menjerap unsur-unsur kimia yang dapat dimanfaatkan tanah dan tanaman sebagai
unsur hara. Dalam teknik bioretensi, kriteria permeabilitas yang diperlukan adalah 1,27 cmjam. Namun demikian lahan akasia memiliki potensi yang paling baik
sebagai sistem bioretensi karena nilai permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang lain.
5.5. Sifat Kimia Tanah
5.5.1. Tingkat Kemasaman pH
Kemasaman tanah pH pada berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tertentu menunjukkan perbedaan. Lahan akasia, lahan jati, dan lahan rumput
menunjukkan kriteria agak masam 5,6-5,9. Berbeda dengan lahan bera yang menunjukkan kriteria masam 5,2-5,4. Nilai pH tanah di berbagai vegetasi lahan
dan kedalaman tertentu disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai pH pada berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tanah 0-10 cm
dan 10-20 cm
Lahan Kedalaman cm
pH Kriteria
Akasia 0-10
5.9 Agak Masam
Akasia 10-20
5.6 Agak Masam
Jati 0-10
5.7 Agak Masam
Jati 10-20
5.7 Agak Masam
Rumput 0-10
5.6 Agak Masam
Rumput 10-20
5.6 Agak Masam
Bera 0-10
5.4 Masam
Bera 10-20
5.2 Masam
Ket: = Kriteria Penilaian Analisis Tanah Pusat Penelitian Tanah, 1983 Lahan akasia menunjukkan nilai pH yang paling besar yaitu sebesar 5,9
pada kedalaman 0-30 cm. Hal ini disebabkan oleh adanya serasah dan rumput. Serasah dapat menyumbangkan asam-asam organik yang dapat memperbaiki sifat
kimia tanah termasuk pH tanah. Asam-asam organik hasil dekomposisi serasah akan mengikat Al membentuk senyawa komplek khelat, sehingga Al tidak
terhidrolisis kembali. Penambahan bahan organik pada tanah masam, antara lain
Inseptisol, Ultisol dan Andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah Suntoro, 2001.
Lahan jati memiliki serasah dan mulsa yang berfungsi sebagai bahan organik. Pada proses hancuran iklim yang tinggi terdapat pencucian kation-kation
yang tinggi pada tanah gundul mengakibatkan kejenuhan basanya sangat rendah dan kemasaman yang tinggi. Nilai pH lahan bera lebih rendah dibandingkan
dengan lahan yang lain. Hal ini disebabkan tingkat pengolahan yang intensif dilakukan sebelumnya.
Menurut Scott 2009, tanah yang digunakan dalam cekungan sistem bioretensi memiliki pH berkisar antara 5,5-6,5. Kisaran pH tersebut sudah cocok
untuk tanaman akasia dan rumput. Bagi tanaman jati, kisaran pH tersebut belum optimal karena tanaman jati akan menghasilkan pertumbuhan optimalnya dengan
pH sekitar 6. Namun pada kasus tertentu, dijumpai pertanaman jati yang tumbuh baik pada pH rendah sekitar 4-5. Dibandingkan dengan nilai pH tanah bera yang
tergolong masam yaitu sebesar 5,2 dan 5,4, nilai pH tanah di arboretum cenderung lebih tinggi yaitu sebesar 5,6-5,9. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan pH
tanah arboretum dipengaruhi oleh serasah. Serasah dapat menyumbangkan asam- asam organik yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah termasuk pH tanah.
5.5.2. N-total