drainase lambat sebesar 3,95. Hal ini menyebabkan air lebih lambat masuk ke dalam tanah.
Teknik bioretensi
dirancang untuk
tempat penampungan
atau penyimpanan air yang akan diterima pada saat terjadi hujan dan aliran permukaan.
Idealnya, tanah pada sistem bioretensi membutuhkan pori makro atau pori drainase yang berfungsi untuk meresapkan air dengan cepat. Pemadatan sangat
tidak disarankan dalam teknik bioretensi karena dapat merusak pori-pori tanah. Diharapkan pori drainase mendominasi daerah resapan karena air dapat terkelola
dengan baik. Lahan akasia memiliki pori drainase sangat cepat lebih tinggi sehingga lahan akasia telah memenuhi syarat sistem bioretensi dibandingkan
dengan lahan lainnya.
5.4.3. Stabilitas Agregat
Stabilitas agregat tanah ditunjukkan oleh indeks stabilitas agregat yang merupakan selisih antara rata-rata bobot diameter agregat tanah pada pengayakan
kering dan rata-rata bobot diameter agregat tanah pada pengayakan basah. Semakin besar indeks stabilitas, agregat tanah semakin stabil, demikian juga
sebaliknya. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat, yaitu kandungan liat, bahan organik, dan bahan nonorganik. Menurut Soepardi 1983,
bahan organik merupakan faktor agregasi terpenting. Bahan organik memungkinkan partikel-partikel lepas menjadi terikat dan stabil. Kadar bahan
organik yang tinggi akan memperbaiki struktur, porositas, dan agregat tanah menjadi lebih mantap, sehingga meningkatkan hantaran hidroliknya.
Stabilitas agregat tanah di setiap lahan memiliki indeks stabilitas agregat yang sama dan stabil, kecuali lahan jati dan lahan bera pada kedalaman 30-60 cm
Gambar 18. Agregat yang stabil memberikan kemampuan tanah terhadap gaya perusak dari udara yang terjerap dalam tanah dan mengurangi hancuran struktur
tanah oleh pukulan butir hujan. Indeks stabilitas tanah yang tinggi disebabkan oleh bahan organik yang tinggi sehingga pori makro yang tinggi dapat
mempercepat pergerakan aliran permukaan yang masuk ke dalam lahan. Indeks stabilitas agregat yang tinggi dimiliki setiap lahan pada kedalaman 0-30 cm. Hal
ini disebabkan bahan organik berada pada lapisan atas sehingga melindungi tanah terhadap kekuatan perusak butir hujan serta menghambat aliran permukaan.
Gambar 18. Stabilitas agregat pada berbagai vegetasi lahan dan kedalaman tanah 0-30 cm dan 30-60 cm
Lahan akasia memiliki indeks stabilitas agregat yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang lain. Hal ini terjadi karena vegetasi akasia
memiliki kerapatan yang tinggi dan tidak ada pengolahan tanah dalam pengelolaan lahannya sehingga mengakibatkan terjadinya tumpukan serasah dan
mulsa di permukaan tanah. Penumpukan serasah dan mulsa di permukaan tanah menyebabkan penguraian bahan organik oleh mikroorganisme. Hasil penguraian
bahan organik ini mengakibatkan partikel-partikel tanah menjadi agregat yang stabil.
Lahan jati pada kedalaman 30-60 cm memiliki indeks stabilitas agregat lebih rendah. Hal ini terjadi karena vegetasi jati memiliki tumpukan serasah yang
lebih sedikit dibandingkan dengan lahan akasia. Rendahnya jumlah serasah mengakibatkan rendahnya bahan organik yang terbentuk. Pembentukan agregat
tanah hanya di permukaan tanah, akan tetapi tanah bagian dalam tidak ada pengaruh bahan organik dari tanah bagian atas. Begitu juga dengan lahan bera
pada kedalaman 30-60 cm memiliki indeks stabilitas agregat yang rendah. Hal ini terjadi karena lahan bera tidak memiliki vegetasi di permukaan tanah dan
pengolahan tanah yang intensif. Lahan bera pada kedalaman 0-30 cm memiliki indeks stabilitas yang tinggi akibat pengaruh pemberian bahan organik pada
pengolahan tanahnya. Pembentukan agregat tanah hanya di permukaan tanah, akan tetapi tanah bagian dalam tidak ada pengaruh bahan organik dari tanah
bagian atas.
373.70 371.82
365.27 235.46
363.44 368.20
266.34
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
300.00 350.00
400.00
0-30 30-60
0-30 30-60
0-30 0-30
30-60 Akasia
Akasia Jati
Jati Rumput
Bera Bera
S tab
il it
as Agr
egat
Kedalaman Tanah cm
Salah satu proses dalam teknik bioretensi adalah proses absorpsi. Proses absorpsi merupakan proses penahanan air di ruang antara partikel tanah yang
kemudian akan diserap oleh akar tanaman. Tanah dengan agregat yang stabil akan mendukung proses absorpsi karena dengan tanah demikian akan menyediakan
ruang pori yang stabil. Agregat yang tidak stabil akan mengakibatkan tanah mudah hancur sehingga menurunkan dan menyumbat pori-pori tanah. Dengan
demikian, air tidak dapat diabsorpsi oleh tanah dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Lahan akasia di lokasi penelitian memiliki potensi lebih tinggi sebagai
sistem bioretensi karena memiliki indeks stabilitas agregat yang paling tinggi.
5.4.4. Tekstur