Sifat Fisik dan Kimia Air Permukaan

meningkat. Semakin banyak kendaraan yang melintas, maka semakin banyak pula Pb yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan Pb dalam air hujan pada masing-masing kejadian hujan berkisar antara 0,009-0,013 mgl Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa kandungan Pb dalam air hujan di lokasi penelitian cenderung berbanding lurus dengan lama hujan dan tinggi hujan. Gambar 9. Kandungan Pb dalam air hujan di setiap kejadian hujan Menurut Sudarmadji 1997, partikel Pb dapat mengendap di permukaan tanah dan jalan atau tetap di udara dalam jangka waktu yang lama. Pb yang melayang-layang di udara dapat terangkut air hujan sehingga meningkatkan konsentrasi Pb dalam air hujan. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kandungan Pb air hujan di lokasi penelitian tergolong rendah karena di bawah batas ambang yang diperbolehkan kelas I bahan baku air minum yaitu ≤ 0,03 mgl dan kelas IV pertanaman yaitu ≤ 1 mgl. Akan tetapi, pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan air minum perlu memperhatikan keadaan curah hujan dan lama hujan per hari. Hal ini disebabkan air hujan untuk air minum tidak boleh mengandung zat pencemar Sudarmadji, 1997.

5.3. Sifat Fisik dan Kimia Air Permukaan

Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang terjadi akibat intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Untuk melihat kualitas air Hujan 1 Hujan 2 Hujan 3 Pb mgl 0.013 0.009 0.013 Lama Hujan menit 105 55 110 Tinggi Hujan mm 23.22 2.88 35.61 20 40 60 80 100 120 0.000 0.002 0.004 0.006 0.008 0.010 0.012 0.014 P b m gL permukaan maka dilakukan analisis sifat fisik dan kimianya. Analisis sifat fisik air permukaan diantaranya adalah total padatan terlarut atau total dissolved solid TDS yang merupakan jumlah total padatan yang terkandung dalam air mgl yang masih tetap tertinggal apabila air diuapkan. Analisis sifat kimia air permukaan diantaranya adalah tingkat kemasaman pH, P-total, nitrat, dan Pb. Total padatan terlarut atau total dissolved solid TDS. Kandungan TDS dalam air permukaan pada masing-masing kejadian hujan berkisar antara 61,57-646,44 mgl Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan bahwa kandungan TDS tertinggi pada kejadian hujan 3 yang memiliki tinggi hujan yang besar, lama hujan dan selang kejadian hujan yang panjang serta volume kendaraan yang tinggi. Kandungan TDS pada kejadian hujan 2 lebih rendah dibandingkan dengan kejadian hujan 1. Dengan demikian, tinggi hujan dan lama hujan berpengaruh terhadap kandungan TDS dalam air permukaan. Gambar 10. Kandungan TDS dalam air permukaan di setiap kejadian hujan Kandungan TDS yang ada dipermukaan jalan tersapu oleh air hujan dan dibawa oleh air permukaan. Semakin besar tinggi hujan maka semakin banyak TDS yang tersapu oleh hujan. Volume kendaraan cenderung berpengaruh kecil terhadap kandungan TDS. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kandungan TDS pada air permukaan di lokasi penelitian di bawah batas ambang yang P1 P2 P3 Sedimentasi mgL 221.04 61.57 646.44 Lama Hujan menit 105 55 110 Tinggi Hujan mm 23.22 2.88 35.61 20 40 60 80 100 120 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 Sedim en m gL diperbolehkan kelas I bahan baku air minum yaitu ≤ 1000 mgl dan kelas IV pertanam an yaitu sebesar ≤ 2000 mgl. Tingkat kemasaman pH . Nilai pH dalam air permukaan dari tiga kejadian hujan memiliki nilai yang berbeda, berkisar antara 6,3-6,7 Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan bahwa nilai pH dipengaruhi besarnya volume kendaraan dan sejalan dengan lamanya selang kejadian hujan. Semakin lama selang kejadian hujan maka volume kendaraan semakin tinggi, sehingga nilai pH yang terkandung dalam air permukaan semakin rendah. Gambar 11. Nilai pH dalam air permukaan di setiap kejadian hujan Volume kendaraan mempengaruhi jumlah polutan yang terkandung di atmosfer. Semakin banyak volume kendaraan, semakin tinggi jumlah polutan di atmosfer. Volume kendaraan yang melintas sebelum kejadian hujan 3 mencapai 249.696 buah dan mengakibatkan pH air permukaan lebih masam. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, nilai pH maksimum yang diperbolehkan untuk kelas I bahan baku air minum yaitu sebesar 6-9 dan kelas IV pertanaman yaitu sebesar 5-9, sehingga nilai pH dalam air permukaan tergolong aman digunakan untuk bahan baku air minum dan pertanaman. Peluang pencemaran pH terhadap air tanah sangat kecil, karena air hujan dan air permukaan yang masuk ke dalam tanah sudah tergolong aman bagi air minum. P1 P2 P3 pH 6.70 6.60 6.30 Lama Hujan menit 105 55 110 Tinggi Hujan mm 23.22 2.88 35.61 20 40 60 80 100 120 6.10 6.20 6.30 6.40 6.50 6.60 6.70 6.80 pH Nilai pH dalam air hujan lebih rendah dibandingkan air permukaan. Hal ini terjadi karena sebelum mencapai permukaan tanah, air hujan banyak melarutkan gas-gas di udara sehingga banyak mengandung CO 2 dan O 2 . Air hujan biasanya mengandung asam lemah, karena terjadi reaksi CO 2 dari atmosfer membentuk asam karbonat. Jika air hujan bereaksi dan melarutkan gas-gas yang mengandung zat pencemar yang berasal dari kendaraan maka air hujan akan bersifat lebih masam. P-total . Kandungan P-total dalam air permukaan pada masing-masing kejadian hujan memiliki nilai yang hampir sama, berturut-turut yaitu 0,02 mgl, 0,03 mgl dan 0,02 mgl Gambar 12. Gambar 12 menunjukkan bahwa kandungan P dalam air permukaan tidak dipengaruhi oleh volume kendaraan dan selang kejadian hujan. Hal ini terjadi karena P bukan merupakan hasil buangan dari kendaraan. Gambar 12. Kandungan P-total dalam air permukaan di setiap kejadian hujan Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kandungan P pada air permukaan di lokasi penelitian sangat rendah dan aman bagi kelas I bahan baku air minum yaitu sebesar ≤ 0,2 mgl dan kelas IV pertanaman yaitu sebesar ≤ 5 mgl. Nitrat . Kandungan nitrat dalam air permukaan memiliki nilai yang bervariasi, berkisar antara 10,33-14.47 mgl Gambar 13. Gambar 13 P1 P2 P3 P-Total mgl 0.02 0.03 0.02 Lama Hujan menit 105 55 110 Tinggi Hujan mm 23.22 2.88 35.61 20 40 60 80 100 120 0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 P -t ot al m gL menunjukkan bahwa kejadian hujan 2 dengan lama hujan 55 menit dan tinggi hujan 2,88 mm, mengandung nitrat yang paling tinggi. Berbeda dengan kejadian hujan 1 dan 3 yang memiliki lama hujan yang panjang dan tinggi hujan yang besarnya hampir sama dan mengandung nitrat yang sama. Hal ini menyebabkan kejadian hujan 1 dan 3 dipengaruhi oleh faktor pengenceran pada air permukaan oleh air hujan sehingga kadar nitrat menurun seiring dengan besarnya tinggi hujan dan lama hujan yang panjang. Dengan demikian, kandungan nitrat dalam air permukaan lebih dipengaruhi oleh lama hujan dan tinggi hujan. Gambar 13. Kandungan nitrat pada air permukaan di setiap kejadian hujan Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kandungan nitrat dalam air permukaan di lokasi penelitian tergolong aman digunakan untuk pertanaman kelas IV yaitu sebesar ≤ 20 mgl, tetapi air permukaan tersebut tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum karena kadarnya yang melebihi ambang batas kelas I bahan bak u air minum yaitu sebesar ≥ 10 mgl. Air permukaan dapat mencemari air tanah apabila tanah tidak memiliki kemampuan untuk menahan air unsur hara dan menetralisir bahan-bahan pencemar yang terkandung. Diharapkan kelebihan air yang masuk ke dalam air tanah sudah bersih dari bahan-bahan pencemar. Logam berat Pb . Kandungan Pb pada air permukaan tiap kejadian hujan masing-masing adalah 0,003 mgl, 0,005 mgl dan 0,01 mgl Gambar 14. P1 P2 P3 Nitrat mgl 10.33 14.47 10.33 Lama Hujan menit 105 55 110 Tinggi Hujan mm 23.22 2.88 35.61 20 40 60 80 100 120 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 Nit rat m gL Gambar 14 menunjukkan bahwa air permukaan pada kejadian hujan 3 memiliki kandungan Pb yang tertinggi. Volume kendaraan yang melintas selama selang kejadian hujan 5 hari kejadian hujan 3 lebih besar, sehingga jumlah polutan Pb makin besar. Semakin banyak volume kendaraan, semakin tinggi jumlah Pb yang dikeluarkan kendaraan baik melayang di udara atau mengendap di permukaan jalan. Pada saat terjadi hujan, Pb di udara menjadi terlarut dan Pb di permukaan jalan tersapu oleh air hujan. Hal ini akan mengakibatkan jumlah Pb dalam air permukaan semakin tinggi. Volume kendaraan sebelum kejadian hujan 3 mencapai 249.696 buah. Gambar 14. Kandungan Pb pada air permukaan di setiap kejadian hujan Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kandungan Pb pada air permukaan di lokasi penelitian tergolong aman untuk kelas IV karena kadarnya ≤ 1 mgl dan kelas I karena kadarnya masih dibawah ambang batas yaitu ≤ 0,03 mgl. Cekungan tanah di arboretum berfungsi dengan baik yaitu menyerap air permukaan yang masuk. Kadar Pb yang terkandung dalam air permukaan masih tergolong aman bagi tanaman yang tumbuh di area sekitar jalan tol. Selang kejadian hujan mempunyai hubungan positif dengan volume kendaraan yang melintas di jalan tol. Semakin panjang selang kejadian hujan, semakin besar volume kendaraan yang melintas. Volume kendaraan yang tinggi memberikan pengaruh terhadap kadar polutan di udara. Tinggi rendahnya P1 P2 P3 Pb mgl 0.003 0.005 0.010 Lama Hujan menit 105 55 110 Tinggi Hujan mm 23.22 2.88 35.61 20 40 60 80 100 120 0.000 0.002 0.004 0.006 0.008 0.010 0.012 P b m gL kandungan polutan di udara akan berpengaruh terhadap kualitas air hujan dan air permukaan. Berdasarkan data curah hujan harian tahun 2008-2010 di Stasiun Katulampa, terdapat selang kejadian hujan satu bulan. Selang ini diprediksi volume kendaraan adalah 6 kali lipat dari volume kendaraan pada selang kejadian hujan 5 hari. Pada selang kejadian hujan satu bulan tersebut, dimungkinkan kandungan polutan dari air hujan dan air permukaan akan mengalami peningkatan sebesar ± 6 kali lipat dan berpeluang melebihi ambang batas yang diperbolehkan baik untuk air minum maupun tanaman.

5.4. Sifat Fisik Tanah