2 METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Kerangka Penelitian
Penggunaan insektisida kimia dengan dosis dan frekuensi yang tinggi menjadikan serangga vektor penyakit menjadi resisten terhadap insektisida kimia
tersebut dan dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan. Penggunaan bioinsektisida ditujukan untuk menggantikan insektisida kimia.
Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai bahan bioinsektisida hanya sedikit menimbulkan kekebalan serangga dan aman terhadap lingkungan sekitar.
Produksi bioinsektisida dipengaruhi oleh galur bakteri, media, dan kondisi fermentasinya. Nilai parameter terbaik untuk suatu galur tidak sama dengan
galur yang lain, tetapi secara umum kondisi kultivasi harus dioptimalkan untuk memperoleh jumlah spora yang banyak, konsentrasi protein kristal yang
tinggi dan daya toksisitas yang tinggi pula Dulmage et al. 1990. Hal ini diperkuat oleh Tabashnik 1992, Asano dan Hori 1995 serta Rahayuningsih et
al. 2007 yang menyatakan bahwa sinergi antara masing-masing komposisi endotoksin yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda pula sehingga
perbedaan galur dan perbedaan media fermentasi yang digunakan akan menghasilkan karakteristik bahan aktif yang berbeda pula. Hasil penelitian Farrera
et al. 1998 dan Nelly 2012 menjelaskan bahwa konsentrasi kristal protein yang tertinggi diperoleh pada rasio CN 7:1.
Karbon adalah bahan utama untuk mensintesis sel baru atau produk sel.Quinlan dan Lisansky dalam Dellweg 1985 juga menambahkan bahwa
penggunaan karbohidrat yang terlalu banyak akan menurunkan pH, sedangkan penggunaan protein yang terlalu banyak akan menaikkan pH. Nilai pH dapat
dikendalikan dengan menjaga keseimbangan antara senyawa gula dan protein.
Fermentasi substrat padat untuk produksi bioinsektisida belum banyak digunakan. Beberapa keunggulan fermentasi substrat padat menurut Passos dan
Ribeiro 2010 adalah produktivitasnya tinggi, kebutuhan airnya rendah sehingga mengurangi biaya pengolahan limbah cair, mengurangi kontaminasi oleh khamir
dan bakteri lainnya, waktu fermentasi lebih pendek, dapat menggunakan substrat dari limbah pertanian, mengurangi kerusakan produk metabolit selama proses
fermentasi dan produk metabolit yang dihasilkan mempunyai konsentrasi yang tinggi. Produk bioinsektisida yang diperoleh kemudian dikarakterisasi lebih lanjut.
Diagram alir dari penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1.
Karakterisasi Media Kultivasi Karakterisasi Isolat
Produksi Bionsektisida Karakterisasi Bionsektisida
Mulai
Selesai
Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian
2.2 Bahan dan Alat
Isolat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kultur Bacillus thuringiensis subsp. aizawai, Bacillus thuringiensis subsp. berliner, dan Bacillus
thuringiensis subsp. israelensis. Sebagai substrat dalam penelitian ini adalah ampas sagu, onggok, fraksi pati iles-iles, kulit kopi, ampas tahu, bungkil kelapa
sawit, ampas kacang tanah, dan ampok jagung. Mineral yang digunakan adalah MgSO
4
.7H
2
O, MnSO
4
.H
2
O, ZnSO
4
.7H
2
O, FeSO
4
.7H
2
O, dan CaCO
3
. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah otoklaf, a
w
-meter, pH- meter, oven, lemari es, inkubator, neraca analitik, desikator, spektrofotometer,
freezer, loop inokulasi, dan alat-alat gelas lainnya seperti labu erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, bunsen, cawan petri, dan gelas piala.
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Bioproses. Laboratorium Teknik Kimia, Laboratorium Pengawasan Mutu, Laboratorium DIT
dan laboratorium lainnya yang terdapat di Departemen Teknologi Industri Pertanian, FATETA IPB. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013
sampai dengan Juli 2013.