Pengaruh Jenis Substrat Sumber Karbon Terhadap Kemampuan Memproduksi Bioinsektisida

Potensi bioinsektisida = LC 50 standar x Potensi standar � LC 50 sampel Vandekar dan Dulmage, 1982

2.4.4.2 Pengaruh Jenis Substrat Sumber Nitrogen Terhadap Kemampuan Memproduksi Bioinsektisida

Pada tahapan ini, isolat ditumbuhkan pada media kultivasi yang terdiri atas substrat sumber karbon dan nitrogen. Sumber karbon berasal dari substrat terpilih pada tahap sebelumnya, sedangkan sumber nitrogen yang digunakan berasal dari ampok jagung, ampas tahu, bungkil sawit, dan bungkil kacang tanah. Kondisi fermentasi dan pengamatan dilakukan sama seperti tahap sebelumnya. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Contoh perhitungan komposisi media fermentasi pada substrat sumber nitrogen disajikan pada Lampiran 4 sedangkan contoh perhitungan air yang ditambahkan supaya kondisi fermentasi mencapai a w 0.92 disajikan pada Lampiran 5.

2.4.5 Produksi Bioinsektisida Menggunakan Substrat Sumber Karbon dan

Nitrogen yang Terpilih Perbanyakan produksi bioinsektisida dilakukan berdasarkan media kultivasi sumber karbon dan nitrogen yang terpilih untuk setiap galur Bacillus thuringiensis. Fermentasi dilakukan menggunakan metode Capalbo et al. 2001. Skala fermentasi ditingkatkan sebanyak 2 kg dan diinkubasi selama 96 jam pada suhu 30 o C. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

2.4.6 Analisis Statistik

Data yang diperoleh berupa jumlah sel hidup, jumlah spora, susut bobot, penurunan kadar serat, penurunan kadar pati dan bioassay diolah menggunakan sidik ragam ANOVA yang dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf nyata 5 α = 0,05 menggunakan paket program SPSS IBM 2011. Data uji toksisitas bioassay yang diperoleh juga diolah dengan metode probit untuk menghitung nilai LC 50 lethal concentration pada setiap sampel menggunakan program Probit Quant Yamamoto et al. 1983. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Substrat

Bahan hasil pertanian dan hasil samping agroindustri dapat digunakan sebagai substrat untuk pertumbuhan pada kultivasi Bacillus thuringiensis. Beberapa hasil samping pertanian yang dapat digunakan sebagai substrat sumber karbon adalah onggok, kulit kopi, fraksi pati iles-iles, dan ampas sagu. Onggok merupakan limbah padat agroindustri pada pembuatan tepung tapioka. Komponen penting dalam onggok adalah pati dan serat kasar, sedangkan lemak dan protein terdapat dalam jumlah kecil. Nuraini et al. 2008 menyatakan bahwa onggok dapat dijadikan sebagai sumber karbon dalam media fermentasi karena onggok masih banyak mengandung pati 75.19 yang tidak terekstrak dan protein kasar yang rendah 1.04 . Kulit kopi merupakan hasil samping industri pengolahan kopi yang diperoleh dari proses pengupasan biji kopi utuh. Kulit kopi mengandung serat yang tinggi. Hasil penelitian Zainuddin dan Murtisari 1995 menyatakan bahwa kulit kopi mengandung komponen serat kasar sebesar 21.74. Selain onggok dan kulit kopi, pati iles-iles dan ampas sagu juga dapat digunakan sebagai substrat sumber karbon untuk pertumbuhan pada kultivasi Bacillus thuringiensis. Pati iles- iles merupakan hasil samping industri glukomanan, yang dihasilkan sebagai hasil samping proses pengayakan. Syaefullah 1990 menyatakan bahwa pati iles-iles mengandung komponen utama pati sebesar 34. Ampas sagu merupakan limbah padat yang dihasilkan dari proses ekstraksi pati sagu. Menurut Asben et al. 2012, ampas sagu memiliki kandungan pati yang masih tinggi yaitu 51.53 dengan selulosa sebesar 21.53 dan hemiselulosa sebesar 14.26 sehingga ampas sagu juga dapat digunakan sebagai substrat sumber karbon. Hasil samping pertanian juga mengandung komponen protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Ampas tahu merupakan hasil samping dalam proses pembuatan tahu yang diperoleh dari hasil penyaringan susu kedelai. Ampas tahu masih mengandung protein yang relatif tinggi, karena pada proses pembuatan tahu tidak semua bagian protein bisa diekstrak, terutama jika menggunakan proses penggilingan sederhana dan tradisional. Nuraini et al. 2008 menyatakan bahwa ampas tahu mengandung protein kasar sebesar 28.36 . Bungkil kacang tanah merupakan hasil samping penggilingan biji kacang tanah setelah diekstraksi minyaknya secara mekanis atau secara kimia menggunakan pelarut. Bungkil kacang tanah mengandung komponen protein yang tinggi, yaitu sebesar 46 Lahoni 2003. Bungkil inti sawit palm kernel cake merupakan hasil samping proses pemisahan minyak inti sawit dari biji inti sawit. Bungkil inti sawit kaya akan kandungan serat dan protein. Menurut Keong 2004, bungkil inti sawit mengandung komponen serat sebesar 15.12 dan protein kasar sebesar 16.86. Ampok jagung adalah produk samping dari proses penggilingan biji jagung kering yang menghasilkan jagung giling kasar, maizena, dan tepung jagung.