Perumusan Masalah Tujuan Bioinsecticides Production by Bacillus thuringiensis Using Agroindustrial By Product in Solid Fermentation

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang kemampuan Bacillus thuringiensis untuk memproduksi bioinsektisida menggunakan hasil samping pertanian sebagai substrat pada kultivasi media padat.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal berikut: 1. Media kultivasi yang digunakan dalam produksi bioinsektisida adalah bahan pertanian merupakan sumber karbon ampas sagu, iles-iles onggok, dan kulit kopi dan sumber nitrogen ampok jagung, ampas tahu, bungkil kelapa sawit, dan ampas kacang tanah. 2. Mikroorganisme yang digunakan adalah Bacillus thuringiensis dari galur Bacillus thuringiensis subsp. aizawai, Bacillus thuringiensis subsp. berliner, dan Bacillus thuringiensis subsp. israelensis. 3. Produksi bioinsektisida menggunakan kultivasi media padat. 4. Seleksi Bacillus thuringiensis pada media kultivasi berdasarkan daya toksisitas paling tinggi. 5. Mikroorganisme yang digunakan memiliki tipe kristal protein yang berbeda, sehingga untuk uji toksisitas digunakan serangga target ulat kubis Croccidolomia binotalis untuk mengetahui keefektifan kristal protein dari Bacillus thuringiensis subsp. aizawai dan Bacillus thuringiensis subsp. berliner dan nyamuk Aedes aegepty untuk mengetahui keefektifan kristal protein dari Bacillus thuringiensis subsp. israelensis. 2 METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Kerangka Penelitian

Penggunaan insektisida kimia dengan dosis dan frekuensi yang tinggi menjadikan serangga vektor penyakit menjadi resisten terhadap insektisida kimia tersebut dan dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan. Penggunaan bioinsektisida ditujukan untuk menggantikan insektisida kimia. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai bahan bioinsektisida hanya sedikit menimbulkan kekebalan serangga dan aman terhadap lingkungan sekitar. Produksi bioinsektisida dipengaruhi oleh galur bakteri, media, dan kondisi fermentasinya. Nilai parameter terbaik untuk suatu galur tidak sama dengan galur yang lain, tetapi secara umum kondisi kultivasi harus dioptimalkan untuk memperoleh jumlah spora yang banyak, konsentrasi protein kristal yang tinggi dan daya toksisitas yang tinggi pula Dulmage et al. 1990. Hal ini diperkuat oleh Tabashnik 1992, Asano dan Hori 1995 serta Rahayuningsih et al. 2007 yang menyatakan bahwa sinergi antara masing-masing komposisi endotoksin yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda pula sehingga perbedaan galur dan perbedaan media fermentasi yang digunakan akan menghasilkan karakteristik bahan aktif yang berbeda pula. Hasil penelitian Farrera et al. 1998 dan Nelly 2012 menjelaskan bahwa konsentrasi kristal protein yang tertinggi diperoleh pada rasio CN 7:1. Karbon adalah bahan utama untuk mensintesis sel baru atau produk sel.Quinlan dan Lisansky dalam Dellweg 1985 juga menambahkan bahwa penggunaan karbohidrat yang terlalu banyak akan menurunkan pH, sedangkan penggunaan protein yang terlalu banyak akan menaikkan pH. Nilai pH dapat dikendalikan dengan menjaga keseimbangan antara senyawa gula dan protein. Fermentasi substrat padat untuk produksi bioinsektisida belum banyak digunakan. Beberapa keunggulan fermentasi substrat padat menurut Passos dan Ribeiro 2010 adalah produktivitasnya tinggi, kebutuhan airnya rendah sehingga mengurangi biaya pengolahan limbah cair, mengurangi kontaminasi oleh khamir dan bakteri lainnya, waktu fermentasi lebih pendek, dapat menggunakan substrat dari limbah pertanian, mengurangi kerusakan produk metabolit selama proses fermentasi dan produk metabolit yang dihasilkan mempunyai konsentrasi yang tinggi. Produk bioinsektisida yang diperoleh kemudian dikarakterisasi lebih lanjut. Diagram alir dari penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1.