2.4.4 Produksi Bioinsektisida
2.4.4.1 Pengaruh Jenis Substrat Sumber Karbon Terhadap Kemampuan Memproduksi Bioinsektisida
Isolat Bacillus thuringiensis ditumbuhkan pada media kultivasi yang merupakan sumber karbon, yaitu fraksi pati iles-iles, onggok, ampas sagu dan
kulit kopi, dan sumber nitrogen urea. Penelitian didesain menggunakan rasio CN 7 pada setiap media kultivasi, berdasarkan hasil penelitian Farrera et al. 1998
dan Nelly 2012, serta nilai a
w
0.92 Capalbo et al. 2001. Komposisi mineral trace element ditambahkan sesuai dengan metode Dulmage dan Rhodes 1971,
seperti tersaji pada Tabel 2.1. Fermentasi dilakukan pada labu erlenmeyer 250 ml, pH awal media 6.8
– 7.2, bobot media 25 g dan diinkubasi selama 96 jam dalam inkubator pada suhu 30
o
C Capalbo et al. 2001. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah sel hidup yang dihitung dengan metode TPC total plate count, jumlah
spora yang dihitung dengan metode VSC viable spore count dan toksisitas yang dilakukan dengan metode celup daun Abizar dan Prijono 2010 sehingga
diperoleh nilai LC
50
, serta susut bobot dan penurunan kadar serat dari substrat. Uji hayati dilakukan untuk mengetahui keefektifan toksisitas bioinsektisida dalam
membunuh serangga sasaran. Pada penelitian ini, digunakan dua jenis serangga sasaran, yaitu ulat kubis Croccidolomia binotalis yang digunakan untuk
mengetahui keefektifan kristal protein dari Bacillus thuringiensis subsp. aizawai dan Bacillus thuringiensis subsp. berliner dan nyamuk Aedes aegepty yang
digunakan untuk mengetahui keefektifan kristal protein dari Bacillus thuringiensis subsp. israelensis. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Prosedur
analisis pra dan pasca kultivasi disajikan pada Lampiran 2. Contoh perhitungan komposisi media fermentasi pada substrat sumber nitrogen disajikan pada
Lampiran 3.
Tabel 2.1. Komposisi Mineral
Komposisi Mineral Konsentrasi
CaCO
3
MgSO
4
.7H
2
O MnSO
4
.7H
2
O ZnSO
4
.7H
2
O FeSO
4
.7H
2
O 1.00 gl
3.00 gl 0.02 gl
0.02 gl 0.02 gl
Sumber: Dulmage dan Rhodes 1971 Aktivitas insektisida pada bioinsektisida diukur dengan bioasai. Bioasai
merupakan salah satu cara untuk menentukan toksisitas bahan aktif yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Pengujian bioasai dilakukan terhadap serangga
uji sebanyak 10 ekor dan dibiarkan selama 4 hari. Hasil pengujian kemudian dihitung menggunakan program Probit Quant Yamamoto et al. 1983 untuk
memperoleh nilai LC
50
. LC
50
hanya menunjukkan potensi relatif produk karena potensi produk bioinsektisida dinyatakan dalam satuan internasional SI dengan
cara pengukuran sebagai berikut: