Pengaruh Penggunaan Jenis Kemasan dan Bahan Pengisi

21 yang digunakan, jarak yang diperoleh semakin pendek dalam waktu yang sama untuk semua kondisi jalan. Hasil konversi frekuensi dan amplitudo selama simulasi transportasi berdasarkan konversi truk selama dua jam di jalan luar kota pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa amplitudo 4.535 cm dan frekuensi 2.920 Hz selama penggetaran dua jam pada alat simulasi setara dengan 156 km di jalan luar kota atau lebih kurang 2.6 jam perjalanan truk dengan kecepatan 60 km jam. Hal ini sesuai dengan jarak yang ditempuh kelompok petani di Banten ketika melakukan pengiriman melon ke pengumpul melon di Jakarta. Berdasarkan penelitian Tirtosoekotjo 1992 yang mengkaji pengaruh lama simulasi transportasi terhadap kerusakan mekanis jeruk menunjukkan bahwa kerusakan mekanis terbesar dialami oleh jeruk yang dikemas dengan peti kayu dengan lama perjalanan delapan jam atau 2121.6 km. Disimpulkan bahwa semakin lama perjalanan maka semakin tinggi kerusakan mekanis yang dialami buah dan juga semakin buruk kondisi jalan yang ditempuh semakin pendek jarak yang diperoleh. Gambar 12. Penyusunan Melon untuk Simulasi Transportasi

C. Pengaruh Penggunaan Jenis Kemasan dan Bahan Pengisi

C.1. Kerusakan Mekanis Buah-buahan rentan mengalami kerusakan fisik selama transportasi dari kebun hingga ke konsumen. Hal ini disebabkan terjadi guncangan pada buah selama transportasi yang mengakibatkan tekanan, benturan, maupun gesekan antarbuah dan kemasan. Kerusakan mekanis yang biasa terjadi berupa luka gores, luka pecah, dan luka memar. Menurut Pantastico 1989 cacat mekanik dapat terjadi pada waktu pengangkutan dan kememaran yang ditimbulkan mengganggu reaksi-reaksi biokimia normal sehingga mengakibatkan perubahan warna, bau, dan rasa yang tidak diinginkan, serta pembusukan yang cepat. 22 Gambar 13. Grafik kerusakan mekanis melon Keterangan: K1B1 = Kemasan karton dengan bahan pengisi cacahan koran K1B2 = Kemasan karton tanpa bahan pengisi K1B3 = Kemasan karton dengan dibungkus koran K2B1 = Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran K2B2 = Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi K2B3 = Kemasan peti kayu dengan dibungkus koran Dari Gambar 13 terlihat bahwa melon yang dikemas dengan karton gelombang tidak mengalami kerusakan mekanis. Namun terjadi kerusakan mekanis melon pada kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi dan peti kayu dengan bahan pengisi potongan kertas koran. Hal ini disebabkan peti kayu yang bersifat keras, kaku, permukaan tidak rata, dan tajam sangat rentan melon mengalami luka gores, luka memar, dan luka pecah karena benturan antarbuah atau benturan dengan kemasan. Kerusakan terbesar terjadi pada melon yang dikemas dengan peti kayu tanpa bahan pengisi, yaitu sebesar 12.5 disebabkan adanya ruang dan kontak langsung antara buah dengan kemasan atau benturan antarbuah. Kemampuan kemasan karton untuk menahan guncangan serta permukaannya yang rata dan tidak merusak buah sehingga tidak terjadi kerusakan mekanis. Dampak kerusakan mekanis masih terjadi setelah simulasi transportasi yang dapat dilihat pada Tabel 4. Kerusakan terbesar pada akhir pengamatan, yaitu hari ke 15 terjadi pada melon yang dikemas dengan peti kayu tanpa bahan pengisi sebesar 70.83, sedangkan kerusakn terendah terjadi pada melon yang dikemas karton gelombang dengan melon yang dibungkus kertas koran. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 K1B1 K1B2 K1B3 K2B1 K2B2 K2B3 K e ru sa ka n m e ka n is Ke ru sakan m ek an is Perlakuan pengemasan 23 Tabel 4. Kerusakan melon setelah transportasi Perlakuan H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 Total buah Total K1B1 3 3 2 2 4 14 58.33 K1B2 3 2 3 3 4 15 62.50 K1B3 2 1 4 2 3 12 50.00 K2B1 1 2 3 2 3 4 15 62.50 K2B2 3 3 3 2 3 3 17 70.83 K2B3 3 2 3 2 5 15 62.50 Kerusakan mekanis yang terjadi berupa luka memar dan luka gores, sedangkan luka pecah tidak ditemukan yang disebabkan karakteristik melon sendiri yang memiliki kulit tebal sehingga mampu menahan benturan yang terjadi selama transportasi. Pantastico 1989 menjelaskan bahwa wadah-wadah yang dipakai dalam kegiatan distribusi harus cukup untuk menahan penumpukan dan dampak pemuatan dan pembongkaran tanpa menimbulkan kememaran pada barang barang yang lunak. Kemasan karton gelombang memiliki keunggulan, yaitu: bobot ringan, harga murah, dan permukaannya yang halus sehingga dapat mengurangi kerusakan yang terjadi akibat benturan produk dengan kemasan. Gambar 14. Kerusakan melon: a luka gores, b luka memar Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Tabel 5 dan Tabel 6, serta Lampiran 6 terlihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi berbeda nyata terhadap kerusakan mekanis melon, sedangkan interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap tingkat kerusakan mekanis. Pada kemasan karton tidak terjadi kerusakan mekanis meskipun tidak diberi bahan pengisi. Hal ini disebabkan ketebalan kulit melon yang dapat menahan benturan selama transportasi. Kerusakan mekanis yang terjadi disebabkan oleh isi kemasan kurang atau terdapat rongga antara melon dengan kemasan maupun antara sesama melon yang memungkinkan buah mengalami pergerakan dan saling berbenturan. Oleh karena itu penggunaan kemasan karton lebih baik digunakan untuk distribusi melon. namun harus diperhatikan pula jumlah melon yang dikemas. Kelebihan isi a b 24 kemasan menyebabkan kemasan tidak mampu menahan beban sehingga kemasan akan rusak. Tingginya kerusakan mekanis pada produk pertanian secara ekonomis merugikan karena semakin banyak produk yang dibuang karena rusak dan semakin sedikit produk yang dapat dijual. Tabel 5. Pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis melon Kemasan Kerusakan mekanis Karton 0.000a Peti kayu 5.556b Tabel 6. Pengaruh bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis melon Bahan pengisi Kerusakan mekanis Potongan koran 2.083ab Tanpa pengisi 6.250a Pembungkus koran 0.000b C.2. Kekerasan Kekerasan merupakan penentu kesegaran melon. semakin lunak buah maka semakin turun kesegarannya. Menurut Sjaifullah 1996 buah matang dan siap konsumsi relatif lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Kekerasan tergantung pada ketebalan kulit luar buah. kandungan total padatan terlarut. dan kandungan pati. Setelah pemanenan. buah akan kehilangan air akibat proses transpirasi dan respirasi sehingga tekanan turgornya akan semakin kecil yang membuat buah menjadi lunak. Buah yang baik memiliki kekerasan yang merata. namun luka yang terjadi akibat transportasi menyebabkan kekerasan tidak merata. Buah yang luka akan lebih cepat mengalami respirasi dan transpirasi karena hilangnya lapisan alami buah itu sendiri sehingga buah akan cepat menjadi lunak dan akhirnya busuk. Perubahan kekerasan melon dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini. Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5. 25 Gambar 15. Grafik kekerasan melon terhadap lama penyimpanan Keterangan: K1B1 = Kemasan karton dengan bahan pengisi cacahan koran K1B2 = Kemasan karton tanpa bahan pengisi K1B3 = Kemasan karton dengan dibungkus koran K2B1 = Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran K2B2 = Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi K2B3 = Kemasan peti kayu dengan dibungkus koran Pengujian kekerasan dilakukan dengan memberikan gaya tekan pada melon. dimana semakin keras melon maka gaya yang dibutuhkan semakin besar pula. Dari Gambar 15 terlihat bahwa kekerasan melon mengalami penurunan selama penyimpanan. Menurut Muthmainnah 2008. tingginya penurunan kekerasan dipengaruhi oleh tingginya susut bobot dan tingkat kerusakan mekanis yang terjadi. Kekerasan tertinggi setelah penyimpanan selama 15 hari terjadi pada perlakuan K1B3, yaitu kemasan karton dengan melon dibungkus koran sebesar 8.11 N, sedangkan kekerasan terendah terjadi pada melon dengan perlakuan K2B2, yaitu kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi dengan kekerasan 5.13 N. Kekerasan melon dengan perlakuan bahan pengisi cenderung lebih tinggi dibanding tanpa bahan pengisi. Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 6 dan hasil uji lanjut Duncan Tabel 7 dan Tabel 8 dapat dilihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berbeda nyata terhadap tingkat kekerasan melon selama penyimpanan. Begitu juga terlihat pada hubungan antara jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap tingkat kekerasan melon. 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 3 6 9 12 15 K1B1 K1B2 K1B3 K2B1 K2B2 K2B3 Lama simpan hari Ke ke rasan N 26 Tabel 7. Pengaruh jenis kemasan terhadap kekerasan melon Kemasan Kekerasan N Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 6 Hari ke 9 Hari ke 12 Hari ke 15 Karton 29.730a 21.010a 17.309a 14.034a 10.747a 7.922a Peti kayu 31.403a 23.446a 17.805a 13.483a 8.862a 5.886a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5. Tabel 8. Pengaruh bahan pengisi terhadap kekerasan melon Bahan Pengisi Kekerasan N Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 6 Hari ke 9 Hari ke 12 Hari ke 15 Potongan koran 31.318a 21.974a 18.729a 14.184a 9.042a 7.386a Tanpa pengisi 27.664a 22.816a 18.876a 14.118a 9.548a 6.589a Pembungkus koran 32.716a 21.893a 15.067a 12.974a 10.824a 6.736a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5. C.3. Susut Bobot Susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk. Dari segi komersil, susut bobot sangat merugikan pedagang terutama untuk buah yang dijual berdasarkan bobotnya. Menurut Santoso 1997 saat pascapanen organ panenan masih melakukan reaksi-reaksi metabolisme dan masih mempertahankan sistem fisiologis sebagaimana saat masih melekat pada tanaman induknya. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhannya buah menggunakan cadangan makanan dan airnya sendiri respirasi dan transpirasi sehingga kehilangan substrat dan air tidak dapat digantikan yang menyebabkan bobot dari buah tersebut berkurang. Susut bobot melon yang diamati setiap tiga hari sekali dapat dilihat pada gambar berikut: 27 Gambar 16. Grafik susut bobot melon terhadap lama penyimpanan Keterangan: K1B1 = Kemasan karton dengan bahan pengisi cacahan koran K1B2 = Kemasan karton tanpa bahan pengisi K1B3 = Kemasan karton dengan dibungkus koran K2B1 = Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran K2B2 = Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi K2B3 = Kemasan peti kayu dengan dibungkus koran Dari Gambar 16 dapat dilihat susut bobot terbesar terjadi pada melon dengan perlakuan K2B2, yaitu melon dengan kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi dengan susut sebesar 13.15 selama penyimpanan 15 hari. sedangkan susut terkecil terjadi pada perlakuan kemasan peti kayu dengan melon yang dibungkus koran. sebesar 10.15. Selain kerusakan mekanis setelah transportasi, hal yang mempengaruhi susut bobot pada penelitian ini adalah pengambilan sampel untuk susut bobot secara acak sehingga meskipun kerusakan mekanis besar susut bobot belum tentu ikut besar pula. Berdasarkan uji ragam Lampiran 6 diketahui bahwa interaksi antara jenis kemasan dengan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap susut bobot melon. serta dari dan uji lanjut Duncan Tabel 9 dan Tabel 10 jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berbeda nyata dengan susut bobot melon. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 3 6 9 12 15 K1B1 K1B2 K1B3 K2B1 K2B2 K2B3 Su su t b o b o t Lama simpan hari 28 Tabel 9. Pengaruh jenis kemasan terhadap susut bobot melon Kemasan Susut bobot Hari ke 3 Hari ke 6 Hari ke 9 Hari ke 12 Hari ke 15 Karton 36.342a 29.383a 27.208a 30.683a 34.20a Peti kayu 32.217a 28.683a 27.100a 31.758a 42.06a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5. Tabel 10. Pengaruh bahan pengisi terhadap susut bobot melon Bahan Pengisi Susut bobot Hari ke 3 Hari ke 6 Hari ke 9 Hari ke 12 Hari ke 15 Potongan koran 33.675a 29.912a 27.775a 32.137a 43.11a Tanpa pengisi 33.050a 29.687a 28.500a 35.850a 43.78a Pembungkus koran 36.112a 27.500a 25.187a 25.675a 27.50a C.4. Total Padatan Terlarut Kandungan total padatan terlarut pada suatu bahan menunjukkan kandungan gula yang terdapat dalam bahan tersebut Sjaifullah 1996. Berdasarkan Gambar 17 diketahui total padatan terlarut melon meningkat sampai hari ke sembilan dan kemudian menurun. Hal ini terkait dengan sifat klimakterik melon. yaitu periode transisi atau proses pertumbuhan menjadi pelayuan senesensen, dimana melon setelah mengalami proses pematangan maturation akan mengalami pemasakan ripening yang dilanjutkan dengan pelayuan yang menyebabkan meningkatnya total padatan terlarut pada daging buah, kemudian setelah pelayuan buah mulai membusuk yang mengakibatkan rasa buah menjadi asam sehingga total padatan terlarutnya akan menurun. Dari pengukuran tersebut didapat bahwa total padatan terlarut tertinggi pada hari terakhir pengamatan terjadi pada pengemasan menggunakan karton dengan melon dibungkus koran K1B3, yaitu sebesar 9.25 o Brix. sedangkan total padatan terlarut terendah pada hari yang sama terjadi pada kemasan peti kayu dengan melon yang dibungkus koran K2B3, yaitu 8.40 o Brix. Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5. 29 Gambar 17. Grafik total padatan terlarut melon terhadap lama penyimpanan Keterangan: K1B1 = Kemasan karton dengan bahan pengisi cacahan koran K1B2 = Kemasan karton tanpa bahan pengisi K1B3 = Kemasan karton dengan dibungkus koran K2B1 = Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran K2B2 = Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi K2B3 = Kemasan peti kayu dengan dibungkus koran Berdasarkan uji ragam Lampiran 6 dan uji lanjut Duncan Tabel 11 dan Tabel 12 diketahui total padatan terlarut tidak berbeda nyata terhadap jenis kemasan dan bahan pengisi, demikian pula dengan interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi terhadap total padatan terlarut juga tidak berpengaruh. Keseragaman dari tingkat kematangan buah sangat penting untuk menggambarkan pengaruh total padatan terlarut terhadap jenis kemasan dan bahan pengisi yang digunakan selama transportasi. Tabel 11. Pengaruh jenis kemasan terhadap total padatan terlarut melon Kemasan Total padatan terlarut o Brix Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 6 Hari ke 9 Hari ke 12 Hari ke 15 Karton 9.5500a 9.9167a 10.5389a 10.9611a 9.9833a 8.9333a Peti kayu 9.3944a 10.1000a 10.7389a 11.3167a 9.2389a 8.5778a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 3 6 9 12 15 K1B1 K1B2 K1B3 K2B1 K2B2 K2B3 T o tal p ad atan ter lar u t o B rix Lama simpan hari 30 Tabel 12. Pengaruh bahan pengisi terhadap total padatan terlarut melon Bahan Pengisi Total padatan terlarut o Brix Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 6 Hari ke 9 Hari ke 12 Hari ke 15 Potongan koran 9.7083a 10.0083a 10.4583a 11.1583a 9.4833a 8.6000a Tanpa pengisi 9.4750a 10.1333a 10.6750a 10.7417a 9.7833a 8.8417a Pembungkus koran 9.2333a 9.8833a 10.7833a 11.5167a 9.5667a 8.8250a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5.

D. Pemilihan Kemasan Melon Terbaik