Pemilihan Kemasan Melon Terbaik

30 Tabel 12. Pengaruh bahan pengisi terhadap total padatan terlarut melon Bahan Pengisi Total padatan terlarut o Brix Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 6 Hari ke 9 Hari ke 12 Hari ke 15 Potongan koran 9.7083a 10.0083a 10.4583a 11.1583a 9.4833a 8.6000a Tanpa pengisi 9.4750a 10.1333a 10.6750a 10.7417a 9.7833a 8.8417a Pembungkus koran 9.2333a 9.8833a 10.7833a 11.5167a 9.5667a 8.8250a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5.

D. Pemilihan Kemasan Melon Terbaik

Penentuan jenis kemasan untuk transportasi produk hortikultura sangatlah penting untuk mencegah atau mengurangi terhadap kerusakan selama produk didistribusikan, sehingga dibutuhkan kemasan yang cukup kokoh untuk menahan goncangan dan gesekan selama transportasi. Kemasan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu peti kayu dan karton gelombang dipilih karena merupakan kemasan yang sering digunakan dalam pengemasan untuk transportasi melon. Dasar pemilihan peti kayu untuk distribusi menurut Pantastico 1989 peti kayu merupakan wadah pengiriman yang paling kuat dan kokoh. Selain itu, peti kayu tidak cepat rusak sehingga dapat digunakan lagi setelah dipakai. Sedangkan karton bergelombang dipilih karena makin disukai untuk pengiriman hasil-hasil daerah tropika maupun subtropika. Bobot yang ringan dan harga yang murah merupakan hal-hal yang sangat menguntungkan. Dalam simulasi transportasi yang telah dilakukan, tidak terjadi kerusakan mekanis pada melon yang dikemas dengan kemasan karton dan kerusakan mekanis terbesar akibat transportasi terjadi pada melon yang dikemas dengan peti kayu tanpa bahan pengisi K2B2, yaitu sebesar 12.5. Kekerasan melon selama penyimpanan mengalami penurunan dengan kekerasan tertinggi setelah penyimpanan selama 15 hari terjadi pada perlakuan K1B3, yaitu kemasan karton dengan melon dibungkus koran sebesar 8.11 N, sedangkan kekerasan terendah terjadi pada melon dengan perlakuan K2B2, yaitu kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi dengan kekerasan 5.13 N. Susut bobot terbesar terjadi pada melon yang dikemas dengan peti kayu tanpa bahan pengisi K2B2, yaitu sebesar 13.15 selama penyimpanan 15 hari, sedangkan susut terkecil terjadi pada perlakuan kemasan peti kayu dengan melon yang dibungkus koran K2B3 sebesar 10.15. Total padatan terlarut tertinggi pada hari terakhir pengamatan terjadi pada pengemasan menggunakan karton dengan melon dibungkus koran K1B3, yaitu sebesar 9.25 o Brix, sedangkan total padatan terlarut terendah pada hari yang sama terjadi pada kemasan peti kayu dengan melon yang dibungkus koran K2B3, yaitu 8.40 o Brix. Dapat disimpulkan kemasan yang terbaik adalah kemasan karton dengan melon yang dibungkus koran. Selain dari pengamatan tersebut. kemasan karton gelombang dengan double wall board yang digunakan dalam transportasi memiliki keunggulan. yaitu: bobot ringan 0.6 kg, harga murah Rp. 5000 kemasan, dan permukaannya yang halus bila dibanding peti kayu sehingga dapat mengurangi kerusakan yang terjadi akibat benturan produk dengan kemasan. Karton gelombang tipe double wall board dipilih dengan mempertimbangkan bobot melon yang cukup besar sehingga kemasan lebih dapat menahan bobot buah dengan permukaannya yang terdiri atas dua papan gelombang. Namun, harus diperhatikan juga kelemahan yang dimiliki karton 31 gelombang ini. Menurut Pantastico 1989 kardus-kardus mempunyai kelemahan, yaitu beberapa jenis diantaranya menyerap lembab dan kehilangan kekuatannya. sehingga dengan demikian tinggi tumpukkan di daerah atau dalam ruang penyimpanan dengan kelembaban yang tinggi harus dibatasi. Kekuatan dan ketahanan terhadap lembab dapat diatasi dengan pemberian lapisan resin dan lilin parafin. 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN